Diksi Konotatif dan Contohnya
Rabu, 19 Agustus 2020
1 Komentar
Diksi secara pengertian adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara didepan umum atau dalam karang-mengarang. Dapat pula dikatakan bahwa diksi adalah penentuan kata-kata seorang pengarang untuk mengungkapkan gagasanya. Diksi yang baik yang sesuai dengan tuntuan cerita, keadaan atau peristiwa dan pembacanya.
Diksi banyak macamnya, salah satunya diksi konotatif. Adapun secara pengertian yang dimaksud diksi konotatif adalah adalah kata yang memiliki makna tambahan yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang atau pembacanya.
Berikut ini adalah contoh-contoh diksi konotati dalam sebuah novel:
Pada halaman 6 Novel Galaksi, penggarang menggambarkan bahwa saat tokoh Kejora berangkat ke sekolah untuk pertama kalinya, ia menjumpai seorang siswa yang berdandan urakan, sebagai gadis cupu taat aturan, tentu Kejora merasa aneh pada tampilan siswa dihadapannya, ditambah-tambah lagi secara fisik siswa itu dianggap perkasa, fisiknya tidak seperti tampilan fisik siswa lain yang ia sudah lihat, sehingga ia menduga, bahwa siswa dihadapannya tak lain merupakan pimpinan geng di sekolah barunya. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Sosok cowok dengan dasi sekolah diikat di kepala itu seperti malaikat pencabut nyawa di hadapan Kejora. Apalagi tubuhnya terkena sinar matahari. Kejora berani bertaruh pasti sudah banyak pasang mata memperhatikan mereka karena laki-laki ini adalah pemimpin geng besar gagah perkasa di sekolahnya (Halaman 6)”
Petikan kalimat pada novel di atas, jelas di dalamnya terdapat kata “Besar” yang mengiringi kata geng, kata tersbut jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan dari kata “Geng” yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang atau pembacanya. Karena pada dasarnya geng besar sekolah tidak mungkin sebesar kenyatannya, melainkan hanya beranggotakan beberapa glintir siswa saja.
Pada halaman 9 Novel Galaksi, pengarang menggambarkan saat beberapa tokoh utama berkumpul, yaitu, Kejora, Lala dan Febbi, dimana pada obrolan hari itu ketika Kejora menanyakan kepada Lala mengenai tingkah aneh pacarnya karena lengket dengan Mona, membuat Lala tak bisa menjawab, ia hanya menggelengkan kepala, disisi lain Febbi justru menimpali, ia justru memperingatkan lala dengan bahayanya Mona. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“La, pacar lo kenapa bisa bareng sama Mona?” tanya Kejora, memebuat Lala menggeleng tidak tahu. “Waahh, hati-hati sama dia! Tuh cewek bisa ngerebut jordan dari lo lagi!” ucapan Febbi malah mengompori suasana yang mulai terasa panas bagi Lala. (Halaman 9)”
Kata mengompori pada petikan novel di atas, jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang. Kalimat yang diungkapan Febbi “Waahh, hati-hati sama dia! Tuh cewek bisa ngerebut jordan dari lo lagi!” jelas kalimat yang meman-manasi, tanpa pengarang menambahkan kata mengomporipun sebetulnya pembaca sudah tahu, dengan demikian pemilihan kata mengompori merupakan perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang.
Pada halaman 22 Novel Galaksi, tergambar bagaimana kondisi 7 siswa yang dihukum karena membolos, pada mulanya mereka acuh terhadap hukuman yang mereka terima, sehingga mereka malah bercanda, namun karena candaan mereka menggangu Ibu guru yang sedang mengajar, Ibu guru yang dipernakan oleh tokoh Dayu marah, ia meletakan penghapus di atas meja dengan keras sebagai tanda peringatan, agar mereka jangan ribut jika tidak ingin dihukum lebih berat. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Bams, Jordan, Oji, Guntur dan Nyong sedang dihukum. Mereka disuruh berdiri di lorong sekolah tepat di depan pintu masuk kelas karen ketahuan bolos di lantai atas. Yang dilakukan ketujuh cowok itu adalah bercanda sembil cekikikan membuat Bu Dayu yang sedang mengajar menoleh. Mulanya guru itu tidak melakukan sesuatu tetapi setelah mendengar suara tawa tertahan Guntur. Bu Dayu langsung meletakan penghapus papan di meja dengan keras membuat ketujuh cowok itu terkesiap karena bunyinya dan lansung diam seperti anak ayam yang baru saja dimarahi indukya. (Halaman 22)”
Pada petikan kalimat di atas, didalamnya terdapat kata anak ayam, kata tersebut jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang. Kalimat yang diungkapan, kata anak ayam bermaksud menjadi penurut, keluar dari makna harfiahnya yang bermakna seekor binatang.
Pada halam 218 Novel Galaksi, pengarang menggambarkan kondisi jiwa yang tak karu-karuan pada dtiri Kejora, sebab laki-laki yang diam-diam ia sukai mengjaknya ketemuan secara pribadi, iapun digambarkan salah tingkah. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Aku tunggu di Warjok, ya.” Kejora kaget karena tiba-tiba Galaksi menggunakan kata ‘aku’ seperti orang yang berpacaran. Galaksi melepas genggaman tangan mereka. Senyum cowok itu membuat Kejora meleleh. Kojara tidak membalasnya. Namun, hanya dari tatapan cewek itu, Galaksi tahu apa yang sedang dikatakanya. Kenapa Galaksi bisa menyebalkan dan manis di hari yang sama? “Aku sayang kamu”. (Halaman 218)”
Berdasarkan petikan kalimat novel di atas, pengarang menggunakan kata meleleh untuk menggambarkan konidisi Kejora yang salah tingkah, jelas kata tersebut merupakan diksi diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya. Meleleh makna harfiahnya bukan salah tingkah melainkan mencair sebagaimana es cream yang semula keras karena didinginkan dalam lemari es menjadi meleleh setelah dikeluarkan.
Baca Juga: Pengertian Diksi dan Macam-Macamnya
Diksi banyak macamnya, salah satunya diksi konotatif. Adapun secara pengertian yang dimaksud diksi konotatif adalah adalah kata yang memiliki makna tambahan yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang atau pembacanya.
Berikut ini adalah contoh-contoh diksi konotati dalam sebuah novel:
Pada halaman 6 Novel Galaksi, penggarang menggambarkan bahwa saat tokoh Kejora berangkat ke sekolah untuk pertama kalinya, ia menjumpai seorang siswa yang berdandan urakan, sebagai gadis cupu taat aturan, tentu Kejora merasa aneh pada tampilan siswa dihadapannya, ditambah-tambah lagi secara fisik siswa itu dianggap perkasa, fisiknya tidak seperti tampilan fisik siswa lain yang ia sudah lihat, sehingga ia menduga, bahwa siswa dihadapannya tak lain merupakan pimpinan geng di sekolah barunya. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Sosok cowok dengan dasi sekolah diikat di kepala itu seperti malaikat pencabut nyawa di hadapan Kejora. Apalagi tubuhnya terkena sinar matahari. Kejora berani bertaruh pasti sudah banyak pasang mata memperhatikan mereka karena laki-laki ini adalah pemimpin geng besar gagah perkasa di sekolahnya (Halaman 6)”
Petikan kalimat pada novel di atas, jelas di dalamnya terdapat kata “Besar” yang mengiringi kata geng, kata tersbut jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan dari kata “Geng” yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang atau pembacanya. Karena pada dasarnya geng besar sekolah tidak mungkin sebesar kenyatannya, melainkan hanya beranggotakan beberapa glintir siswa saja.
Pada halaman 9 Novel Galaksi, pengarang menggambarkan saat beberapa tokoh utama berkumpul, yaitu, Kejora, Lala dan Febbi, dimana pada obrolan hari itu ketika Kejora menanyakan kepada Lala mengenai tingkah aneh pacarnya karena lengket dengan Mona, membuat Lala tak bisa menjawab, ia hanya menggelengkan kepala, disisi lain Febbi justru menimpali, ia justru memperingatkan lala dengan bahayanya Mona. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“La, pacar lo kenapa bisa bareng sama Mona?” tanya Kejora, memebuat Lala menggeleng tidak tahu. “Waahh, hati-hati sama dia! Tuh cewek bisa ngerebut jordan dari lo lagi!” ucapan Febbi malah mengompori suasana yang mulai terasa panas bagi Lala. (Halaman 9)”
Kata mengompori pada petikan novel di atas, jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang. Kalimat yang diungkapan Febbi “Waahh, hati-hati sama dia! Tuh cewek bisa ngerebut jordan dari lo lagi!” jelas kalimat yang meman-manasi, tanpa pengarang menambahkan kata mengomporipun sebetulnya pembaca sudah tahu, dengan demikian pemilihan kata mengompori merupakan perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang.
Pada halaman 22 Novel Galaksi, tergambar bagaimana kondisi 7 siswa yang dihukum karena membolos, pada mulanya mereka acuh terhadap hukuman yang mereka terima, sehingga mereka malah bercanda, namun karena candaan mereka menggangu Ibu guru yang sedang mengajar, Ibu guru yang dipernakan oleh tokoh Dayu marah, ia meletakan penghapus di atas meja dengan keras sebagai tanda peringatan, agar mereka jangan ribut jika tidak ingin dihukum lebih berat. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Bams, Jordan, Oji, Guntur dan Nyong sedang dihukum. Mereka disuruh berdiri di lorong sekolah tepat di depan pintu masuk kelas karen ketahuan bolos di lantai atas. Yang dilakukan ketujuh cowok itu adalah bercanda sembil cekikikan membuat Bu Dayu yang sedang mengajar menoleh. Mulanya guru itu tidak melakukan sesuatu tetapi setelah mendengar suara tawa tertahan Guntur. Bu Dayu langsung meletakan penghapus papan di meja dengan keras membuat ketujuh cowok itu terkesiap karena bunyinya dan lansung diam seperti anak ayam yang baru saja dimarahi indukya. (Halaman 22)”
Pada petikan kalimat di atas, didalamnya terdapat kata anak ayam, kata tersebut jelas merupakan diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya, dasar pemilihan katanya hanya pada perasaan atau pikiran yang timbul pada pengarang. Kalimat yang diungkapan, kata anak ayam bermaksud menjadi penurut, keluar dari makna harfiahnya yang bermakna seekor binatang.
Pada halam 218 Novel Galaksi, pengarang menggambarkan kondisi jiwa yang tak karu-karuan pada dtiri Kejora, sebab laki-laki yang diam-diam ia sukai mengjaknya ketemuan secara pribadi, iapun digambarkan salah tingkah. Petikan kalimat dalam novel yang menggambarkan suasana tersebut adalah sebagai berikut:
“Aku tunggu di Warjok, ya.” Kejora kaget karena tiba-tiba Galaksi menggunakan kata ‘aku’ seperti orang yang berpacaran. Galaksi melepas genggaman tangan mereka. Senyum cowok itu membuat Kejora meleleh. Kojara tidak membalasnya. Namun, hanya dari tatapan cewek itu, Galaksi tahu apa yang sedang dikatakanya. Kenapa Galaksi bisa menyebalkan dan manis di hari yang sama? “Aku sayang kamu”. (Halaman 218)”
Berdasarkan petikan kalimat novel di atas, pengarang menggunakan kata meleleh untuk menggambarkan konidisi Kejora yang salah tingkah, jelas kata tersebut merupakan diksi diksi “Konotatif” karena kata tersebut merupakan kata yang memiliki makna tambahan pada teks kalimat sebelumnya yang terlepas dari makna harfiahnya. Meleleh makna harfiahnya bukan salah tingkah melainkan mencair sebagaimana es cream yang semula keras karena didinginkan dalam lemari es menjadi meleleh setelah dikeluarkan.
Baca Juga: Pengertian Diksi dan Macam-Macamnya
waw
BalasHapus