Pasang Surut Hubungan Cirebon dan Mataram

Bantuan tentara Cirebon yang diutus Panembahan Ratu I terlambat datang ke Pajang, sehingga serangan Mataram yang dibantu Adipati Jipang (Pangeran Benowo) ke Pajang sukses memporak-porandakan Pajang. Pajangpun akhirnya runtuh. 

Baca Juga : Sisi Unik Kesultanan Pajang, Runtuh Karena Sultannya Malas Bertahta

Kala itu, di Jawa termasuk Giri Kedaton yang sebagai pusatnya Dewan wali Islam Jawa tidak mengakui Suksesi Mataram sebagai pengganti Pajang. Begitupun dengan Cirebon, Banten dan Keadipatian di Jawa, Madura, Sukadana (Kalimantan), Palembang dan Jambi. 

Baca Juga : Sunan Giri Jadi Raja

Menghadapi hal semacam itu, Mataram akhirnya menggunakan cara kekerasan, dengan menaklukan daerah-daerah di Jawa, Madura, Sumatra dan Kalimantan agar mau mengakui Mataram sebagai pelanjut Pajang. Hasilnya daerah bekas pengaruh Demak-Pajang tunduk dibawah Mataram, kecuali Cirebon dan Banten. 

Penaklukan Cirebon sulit dilakukan Mataram karena dihalang-halangi Sunan Kalijaga, satu-satunya Dewan Wali yang mendukung Mataram. 

Meskipun menghalang-halangi, Sunan Kalijaga rupanya juga menawarkan solusi. Caranya dengan mengikat tali kekerabatan dengan Cirebon. Singkat cerita ide Sunan Kalijaga itu akhirnya diterima Cirebon. Anak Panembahan Ratu I yang perempuan dinikahkan dengan anak  Panembahan Anyakrawati (Kelak menjadi Sultan Agung). 

Direncanakan, hasil pernikahan anak Sultan Cirebon dan Anak Sultan Mataram itu yang nantinya didaulat menjadi  Sultan Mataram selanjutnya (Pangeran Alit). 

Hubungan Cirebon dan Mataram zaman Panembahan Ratu I selalu baik, kedudukannyapun setara, itulah sebabnya Cirebon tidak pernah berubah menjadi Keadipatian sebagaimana Kerajaan lain yang ditaklukan Mataram baik dengan  jalan perang maupun diplomasi. 

Baca Juga : Mataram Islam, Kerajaan Yang Lahir dari Amuk Gunung Merapi

PERANG CIREBON VS MATARAM

Sepeninggal Sultan Agung, tahta Mataram diserobot oleh Amangkurat I yang sebetulnya bukan Putra Mahkota, dalam konflik internal itu Pangeran Alit wafat terbunuh. Peristiwa inilah yang dikemudian hari menyebabkan Cirebon murka. 

Meskipun demikian, Amangkurat I tetap berusaha menjaga hubungannya dengan Cirebon, kala itu Cirebon sedang diperintah oleh Panembahan Ratu II (Panembahan Girilaya). Anak Amangkurat I yang perempuan dipersembahkan kepada Sultan Cirebon untuk mengikat  tali kekerabatan. 

Zaman Amangkarurat I, Mataram banyak diguncang pemberontakan, pada masa itu pula Cirebon banyak menampung para Pelarian dari Mataram, hal itulah yang kemudian membuat Amangkurat I murka pada Cirebon. 

Ketika bulan Seba datang, seluruh wilayah taklukan Mataram berkumpul di Mataram, selain itu sebagai sekutu Mataram, Sultan Cirebon yang juga sebagai menantu Amangkurat ikut hadir ke Mataram. Akan tetapi oleh Amangkurat I Sultan Cirebon dihinakan, yaitu diperlakukan sebagai negeri taklukan duduk ditanah ketika menghadap Amangkurat I berjejer dengan Adipati bawahan Mataram lainnya (Zaman sebelum Amangkurat I, Raja Cirebon duduk diatas Kursi disebelah  Kanan Sultan Mataram). 

Penghinaan semacam itu membuat murka Senopati Cirebon yang ikut hadir di Mataram, nantinya ketika Panembahan Ratu II pulang ke Cirebon, beberapa Senopati Cirebon tetap tinggal di Mataram dan mendukung Pemberontakan orang-orang Mataram pada Amangkurat I. 

Perang Cirebon Vs Mataram
Keterlibatan Senopati Cirebon dalam upaya Makar di Mataram akhirnya membuat  Amangkurat I memutuskan menaklukan Cirebon, dengan tentara yang besar Mataram menyerang Cirebon, laga pertempuran pertama pecah di Losari, akan tetapi pasukan Mataram dapat diporak porandakan Cirebon, pertempuran terjadi dalam 3 sesi di tempat yang berbeda, dalam peristiwa ini Mataram dinyatakan tak dapat menaklukan Cirebon. 

Baca Juga : Kutukan Amangkurat I yang Tertolak

PANEMBAHAN RATU II DITIPU AMANGKURAT I

Selepas kekalahan Mataram dalam peperangan di Losari, Amangkurat I yang sebetulnya juga sedang diguncang pemberontakan dalam negeri, mengajukan ajakan damai. Namun ajakan damai ini rupanya tipu muslihat. 

Melalui bantuan seorang Kapten Laut VOC Belanda, Panembahan Ratu II bersama kedua anaknya berhasil dirayu datang ke Mataram, dan benar saja sesampainya Raja Cirebon ke Mataram, Sultan Cirebon wafat diracun. Sementara  kedua anaknya ditahan tidak boleh pulang ke Cirebon. 

Amangkurat I Menghendaki Cirebon runtuh karena putra Mahkota ditahan Mataram. Kalaupun anak itu dikembalikan, Mataram menuntut agar Cirebon bersedia menjadi negeri taklukan Mataram. 

PEMBALASAN DENDAM CIREBON

Selepas wafatnya Panembahan Ratu II dan ditahannya Putra Mhakota di Mataram, Cirebon tidak mau begitu saja takluk pada Mataram. 

Cirebon yang kala itu diprintah oleh wali negara (Jaksa Pitu), melakukan berbagai upaya untuk memberi pelajaran pada Amangkurat I, salah satu caranya adalah bersekutu dengan Banten untuk melakukan pnggalangan dana dan bantuan senjata pada pihak-pihak yang melakukan pemberontakan pada Amangkurat I. 

Adapun para pemberontak yang dimaksud adalah Pemberontakan musuh-musuh Mangkurat I termasuk orang-orang Madura dan Makasar dibawah pimpinan Pangeran Trunojoyo dan Kareang Galesong. 

Berkat bantuan persenjataan dan pendanaan dari Cirebon dan Banten itulah, Amangkurat akhirnya dapat digulingkan dari tahta, bahkan beliau kemudian wafat dalam pelarian setelah istana Mataram diduduki musuh. 

Kelak, dua putra Mahkota Cirebon yang ditawan oleh Mataram itu akhirnya dikembalikan ke Cirebon oleh utusan Pemberontak. Kedua Pangeran Cirebon yang dimaksud adalah Pangeran Mertawijaya dan Kertawijaya. 

Baca Juga : Nasib Kesultanan Cirebon Selepas Kemangkatan Panembahan Girilaya

Oleh : Bung Fei

Belum ada Komentar untuk "Pasang Surut Hubungan Cirebon dan Mataram"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel