Istifhâm dalam Bahasa Arab
Jumat, 04 September 2020
Tulis Komentar
Menurut Ghalayaini (Ashar 2016: 34) kalimat pertanyaan bahasa Arab disebut dengan “ismul istifhâm” dan didefinisikan sebagai isim mubhâm (samar) yang dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu. Kalimat pertanyaan ditandai oleh adanya kata tanya seperti apa, siapa, kapan, mengapa, bagaimana serta diakhiri dengan tanda tanya (?) yang dalam bahasa Arab disebut Adawatul Istifhâm yang meliputi أي، لمن، كيف، كم، هل، الهمزة، لماذا، اين، متى، من، ما.
Istifhâm sebagai salah satu kalam insyâ’ thalabi secara etimologi merupakan mashdar dari kata istafhama yang berarti istaudhaha. Kata istifhâm berasal dari akar kata fahima yang berarti faham, mengerti, dan jelas. Bentuk mashdar kata fahima adalah fahm artinya mengetahui sesuatu dengan baik. Sehingga kalimat “fahima al-amr aw al-ma’na” dipahami dengan seseorang mengetahui sesuatu atau makna tertentu serta memiliki pengertian dan gambaran yang baik tentang hal tersebut (Ma’sum 2007: 22).
Al-Fahm juga dirumuskan sebagai suatu keadaan (haiât) jiwa manusia yang sanggup menentukan apa yang terbaik. Kata ini terutama dipergunakan untuk memahami tuturan (kalâm). Sedangkan sekelompok para ahli lain berpendapat bahwa al-fahm juga dipergunakan untuk memahami jenis keterangan lainnya seperti isyarat (Ma’sum 2007: 23). Dengan demikian istifhâm berarti permintaan penjelasan, permintaan keterangan, kata tanya, atau menuntut keterangan (thalab al-fahm).
Sedangkan pengertian istifhâm secara terminologi (Ma’sum 2007: 23-24) adalah mencari pemahaman tentang sesuatu hal yang tidak diketahui. Dalam Al-Mu’jam al-Mufasshal disebutkan bahwa istifhâm adalah mencari pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah, serta sifat dari suatu hal.
Sedangkan dalam Al-Balâghah al-Wâdhihah, istifhâm didefinisikan dengan mancari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui (Ma’sum 2007: 24). Dengan demikian pengertian istifhâm adalah bentuk kalimat yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang suatu masalah yang belum diketahui sebelumnya. Istifhâm (pertanyaan) dapat dilihat dari sudut pandang sintaksis, semantis, dan juga pragmatis.
Dari sudut pandang sintaksis, istifhâm (pertanyaan) merupakan suatu ujaran yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain adalah: (a) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya, dan (b) ditandai dengan penggunaan kata tanya. Kata tanya dalam bahasa Arab selalu ditempatkan di awal kalimat, sedangkan posisi kata tanya dalam bahasa Indonesia bisa di awal, tengah, atau akhir kalimat (Nikmah 2020: 189). Kata tanya dalam bahasa Arab adalah: hamzah (apakah), hal (apakah), mâ (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), matâ (kapan), ayyâna (bilamana), annâ (darimana), kam (berapa), aina (dimana) dan ayyu (apa/siapa).
Dalam penggunanan istifhâm haqiqi yaitu digunakan apabila seseorang ingin mengehui hal atau sesuatu yang belum diketahui tanpa penalaran dan penafsiran. Sementara istifhâm majazi dimana pola ini yang sebenarnya pertanyaan tersebut sudah diketahui seseorang, dan pola istifhâm berpindah fungsi dan makna sehingga membutuhkan penalaran dan penafisran karena berubahnya makna yang disampaikan kepada si pembicara.
Pertama, Istifhâm yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu (al-tashawwur). Kedua, istifhâm untuk membenarkan sesuatu (al-tashdiq). Ketiga, istifhâm yang berfungsi sebagai al-tashawwur di satu sisi dan sebagai al-tashdiq di sisi lain.
Adapun perangkat-perangkat istifhâm yang biasa digunakan dalam kaidah bahasa Arab, antara lain:
a) Tasawwur, Dalam hal ini hamzah langsung diiringi dengan hal yang ditanyakan dan mempunyai bandingan dengan kata yang disebutkan setelah lafadz am yang bearti “atau”.
Contoh :
Contoh tersebut menanyakan tentang satu hal (mufrad). Contoh kalimat pertanyaan diatas tidak mebutuhkan jawaban iya atau tidak tetapi membutuhkan jawaban berupa gambaran tentang kejelasan yang ditanyakan.
b.Tasdiq, maksudnya berupa pembenaran terhadap hal yang ditanyakan dan tidak menyebutkan bandingan perkara yang ditanyakan. Dalam bentuk istifhâm ini tidak membutuhkan jawaban tentang penggambaran terhadap sesuatu yang ditanyakan, tetapi hanya membutuhkan pembenaran. Berikut contohnya:
Misal:
(Siapa yang kamu bantu?) من ساعدت؟
Kata tanya “Man” bisa dapat didahului dengan huruf jar seperti من ب عن إلى ل مع dan posisi kata tersebut menjadi isim majrur.
Misal :
Kapan kamu kembali dari bepergian? متى عدت من السفر؟
Bagimana kamu pergi ke sekolah? كيف ذهبت ألى المدرسة؟
Berapa jumlah mobil dikantor? كم سيارة أمام الإدارة؟
Misal: أي الأستاذ في القاعة؟ (Guru yang mana yang ada di aula?)
Misal: أنّى لك هذا؟ (Dari mana kamu dapatkan ini?)
Dari beberapa paparan diatas yang telah dikemukakan, maka dapat diketahui bahwa kata tanya dalam bahasa Arab memiliki berbagai macam posisi atau kedudukan. Posisi atau kedudukan sebuah kata tanya dapat diketahui apabila masuk dalam sebuah kalimat atau menjadi bagian dari sebuah kalimat.
Kemudian posisi kalimat dan makna istifhâm dalam Al-Qur’an, dimana fungsi istifhâm sudah berevolusi jauh pada makna fungsi haqiqinya sehingga muncul beragam karya makna dan multitafsir. Fungsi istifhâm dalam al-Qur’an bukan lagi meminta jawaban atau penjelasan melainkan lebih memberikan kabar, penegasan dan penalaran.
Pengertian Istifhâm
Kata istifhâm secara bahasa berasal dari kata kerja tsulatsi maziid (ثلاثى مزيد) dari (إستفهم-يستفهم-إستفهاما) dengan wazan (استفعل-يستفعل-استفعالا) yang bermakna mencari pemahaman atau pengertian (Ghalayaini 1984: 45).Istifhâm sebagai salah satu kalam insyâ’ thalabi secara etimologi merupakan mashdar dari kata istafhama yang berarti istaudhaha. Kata istifhâm berasal dari akar kata fahima yang berarti faham, mengerti, dan jelas. Bentuk mashdar kata fahima adalah fahm artinya mengetahui sesuatu dengan baik. Sehingga kalimat “fahima al-amr aw al-ma’na” dipahami dengan seseorang mengetahui sesuatu atau makna tertentu serta memiliki pengertian dan gambaran yang baik tentang hal tersebut (Ma’sum 2007: 22).
Al-Fahm juga dirumuskan sebagai suatu keadaan (haiât) jiwa manusia yang sanggup menentukan apa yang terbaik. Kata ini terutama dipergunakan untuk memahami tuturan (kalâm). Sedangkan sekelompok para ahli lain berpendapat bahwa al-fahm juga dipergunakan untuk memahami jenis keterangan lainnya seperti isyarat (Ma’sum 2007: 23). Dengan demikian istifhâm berarti permintaan penjelasan, permintaan keterangan, kata tanya, atau menuntut keterangan (thalab al-fahm).
Sedangkan pengertian istifhâm secara terminologi (Ma’sum 2007: 23-24) adalah mencari pemahaman tentang sesuatu hal yang tidak diketahui. Dalam Al-Mu’jam al-Mufasshal disebutkan bahwa istifhâm adalah mencari pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah, serta sifat dari suatu hal.
Sedangkan dalam Al-Balâghah al-Wâdhihah, istifhâm didefinisikan dengan mancari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui (Ma’sum 2007: 24). Dengan demikian pengertian istifhâm adalah bentuk kalimat yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang suatu masalah yang belum diketahui sebelumnya. Istifhâm (pertanyaan) dapat dilihat dari sudut pandang sintaksis, semantis, dan juga pragmatis.
Dari sudut pandang sintaksis, istifhâm (pertanyaan) merupakan suatu ujaran yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain adalah: (a) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya, dan (b) ditandai dengan penggunaan kata tanya. Kata tanya dalam bahasa Arab selalu ditempatkan di awal kalimat, sedangkan posisi kata tanya dalam bahasa Indonesia bisa di awal, tengah, atau akhir kalimat (Nikmah 2020: 189). Kata tanya dalam bahasa Arab adalah: hamzah (apakah), hal (apakah), mâ (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), matâ (kapan), ayyâna (bilamana), annâ (darimana), kam (berapa), aina (dimana) dan ayyu (apa/siapa).
Macam-macam Istifhâm
Dalam kajian bahasa Arab, istifhâm terbagi menjadi dua bagian yakni istifhâm haqiqi dan istifhâm majazi (al-Jeremy, 1951), istifhâm haqiqi adalah pola istifhâm yang dilontarkan kepada seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Istifhâm majazi adalah pola istifhâm yang sudah diketahui kebenarnya. Fungsi dari istifam majazi sudak tidak haqiqi (sifat aslinya) melainkan mengharapakan jawaban yang beralih pada fungsi-fungsi lainnya seperti, doa, harapan, perintah, larangan, celaan, pengingkaran dan lainnya.Dalam penggunanan istifhâm haqiqi yaitu digunakan apabila seseorang ingin mengehui hal atau sesuatu yang belum diketahui tanpa penalaran dan penafsiran. Sementara istifhâm majazi dimana pola ini yang sebenarnya pertanyaan tersebut sudah diketahui seseorang, dan pola istifhâm berpindah fungsi dan makna sehingga membutuhkan penalaran dan penafisran karena berubahnya makna yang disampaikan kepada si pembicara.
Macam-macam Perangkat Istifhâm (Adawatul Istifhâm)
Perangkat istifhâm yang dimaksud di sini adalah huruf atau kata yang digunakan untuk membentuk kalimat pertanyaan. Dilihat dari fungsinya, perangkat istifhâm dibagi menjadi 3 klasifikasi.Pertama, Istifhâm yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu (al-tashawwur). Kedua, istifhâm untuk membenarkan sesuatu (al-tashdiq). Ketiga, istifhâm yang berfungsi sebagai al-tashawwur di satu sisi dan sebagai al-tashdiq di sisi lain.
Adapun perangkat-perangkat istifhâm yang biasa digunakan dalam kaidah bahasa Arab, antara lain:
1.) Hamzah ( أ )
Huruf hamzah sebagai sebuah perangkat istifhâm memiliki dua fungsi asli:a) Tasawwur, Dalam hal ini hamzah langsung diiringi dengan hal yang ditanyakan dan mempunyai bandingan dengan kata yang disebutkan setelah lafadz am yang bearti “atau”.
Contoh :
(Apakah Samir yang main bola atau Said) س : أ سمير يلعب بالبكرة أم سعيد؟
(Samir yang main bola) ج : سمير يلعب بابرة
b.Tasdiq, maksudnya berupa pembenaran terhadap hal yang ditanyakan dan tidak menyebutkan bandingan perkara yang ditanyakan. Dalam bentuk istifhâm ini tidak membutuhkan jawaban tentang penggambaran terhadap sesuatu yang ditanyakan, tetapi hanya membutuhkan pembenaran. Berikut contohnya:
س : أ سليم أخوك؟
ج : نعم, سليم أخي
2.) Man من
Kata ini berfungsi untuk menyatakan makhluk yang berakal yang diletakkan diawal kalimat juga terletak sebelum isim. Posisi kata tanya هم sebagai subjek (mubtada’).Misal:
(Siapa yang kamu bantu?) من ساعدت؟
Kata tanya “Man” bisa dapat didahului dengan huruf jar seperti من ب عن إلى ل مع dan posisi kata tersebut menjadi isim majrur.
3.) Hal هل
Penggunaan huruf “hal” dalam kalimat istifhâm hanya berfungsi sebagai tashdiq saja, yang tujuannya untuk mengetahui terjadi atau tidaknya sesuatu. Misal: هل هذا كتابك؟ pertanyaan seperti ini membutuhkan jawaban “ya atau tidak”. Dalam ketentuan bahasa Arab, istifhâm dengan menggunakan huruf “hal” tidak boleh dipakai dalam kalimat-kalimat berikut:- Frasa yang didahului huruf nafi.
- Fi’il mudhari’ yang sedang menunjukkan suatu proses yang sedang berlangsung.
- Klausa yang didahului oleh huruf inna
- Klausa yang didalamnya menggunkan huruf athaf
- Klausa isim yang sesuadahnya terdapat fi’il
4.) Ma ما
Kata tenya ini berfungsi menyakan sesuatu yang tidak berakal, yang terletak sebelum fi‟il. Kata tanya ما berposisi sebagai:- mubtada’ (subjek) seperti: Apa yang dipotong? ما انقطع؟
- Sebagai posisi khobar : Apa ihsan itu? ما الإحسان؟
- Sebagai maf‟ul bih: Apa yang kamu minum? ما شربت؟
Misal :
Kenapa engkau menulis surat ke orang tuamu?
لماذا كتبت الرسالة إلى والدك؟
5.) Mata (ىتم)
Dalam kaidah bahasa Arab, kata ini berfungsi untuk menyakan keterangan waktu, baik yang lalu maupun yang akan datang yang berposisi sebagai dhorof. Contoh:Kapan kamu kembali dari bepergian? متى عدت من السفر؟
6.) Ayyana أيان
Kata tanya ini biasanya terletak sebelum kata benda dan kata kerja. Fungsi kata tanya tersebut menerangkan masa yang secara spesifik bersejarah. Misal: Kapan terjadinya hari kiamat? أيان يوم القيامة؟7.) Ayna أين
Kata tanya ini berfungsi menanyakan keterangan tempat yang posisinya sebelum kata kerja dan kata benda. Misal: أين ذهب أبوك؟ (Bapak kamu pergi kemana?)8.) Kaifa (كيف )
Dalam kaidah istifhâm terletak sebelum kata kerja dan kata benda, yang berfungsi untuk menerangkan keadaan. Misal:Bagimana kamu pergi ke sekolah? كيف ذهبت ألى المدرسة؟
9.) Kam (كم)
Dalam tata bahasa kalimat tanya tersebut berfungsi untuk mengetahui jumlah. Misal:Berapa jumlah mobil dikantor? كم سيارة أمام الإدارة؟
10.) Ayyu أي
Kata ini berfungsi untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara dua hal yang terletak setelah kata benda yang menempati berbagi posisi mubtada’, khobar, maf’ul bih.Misal: أي الأستاذ في القاعة؟ (Guru yang mana yang ada di aula?)
11.) Anna أنّى
Kata tanya ini memiliki ciri khas tersendiri, yakni terletak sebelum huruf jar yang memiliki beberapa makna sesuai dialognya seperti: Bagaimana, dari mana dan kapan.Misal: أنّى لك هذا؟ (Dari mana kamu dapatkan ini?)
Dari beberapa paparan diatas yang telah dikemukakan, maka dapat diketahui bahwa kata tanya dalam bahasa Arab memiliki berbagai macam posisi atau kedudukan. Posisi atau kedudukan sebuah kata tanya dapat diketahui apabila masuk dalam sebuah kalimat atau menjadi bagian dari sebuah kalimat.
Kemudian posisi kalimat dan makna istifhâm dalam Al-Qur’an, dimana fungsi istifhâm sudah berevolusi jauh pada makna fungsi haqiqinya sehingga muncul beragam karya makna dan multitafsir. Fungsi istifhâm dalam al-Qur’an bukan lagi meminta jawaban atau penjelasan melainkan lebih memberikan kabar, penegasan dan penalaran.
Belum ada Komentar untuk "Istifhâm dalam Bahasa Arab"
Posting Komentar