Model Motivasi ARCS dalam Pembelajaran Matematika

Teori motivasi ARCS sebenarnya jika dilihat dari jenisnya maka masuk pada jenis motivasi ekstrinsik. Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang belakangan disebut sebagai ARCS yaitu Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (Kepercayaan diri) dan Satisfaction (Kepuasan) (Siregar, 52:2007).

Selama ini, Matematika kurang mendapatkan perhatian baik dari kalangan guru maupun peserta didik. Mereka sering menganggap Matematika sebagai pelajaran yang sulit, membosankan dan menjenuhkan, sehingga banyak di antara mereka yang kehilangan motivasi belajar Matematika dan berakibat proses pembelajaran tidak efektif.

Kejenuhan belajar dapat melanda peserta didik yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan juga dapat melanda peserta didik karena bosan dan keletihan.  Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru Matematika dalam membangkitkan motivasi peserta didik adalah dengan memberikan motivasi model ARCS.

Adapun pelaksanaan model ARCS dalam pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut:

Attention (Perhatian)

Perhatian merupakan sifat dari seseorang yang umumnya didorong oleh rasa keingintahuan. Rasa ingin tahu tersebut merupakan rasa yang muncul dalam diri seseorang. Seorang guru Matematika  professional tentunya dapat menyadari bahwa dalam proses pembelajaran Matematika sangat penting untuk dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas untuk dapat mendorong rasa ingin tahu tersebut sehingga minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya lebih ditingkatkan.

Beberapa kiat dapat menjadi alternatif bagi guru Matematika untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik antara lain sebagai berikut:

Gunakan metode pembelajaran yang bervariasi

Dalam konteks pembelajaraan Matematika, banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan sehingga peserta didik lebih tertarik untuk memperhatikan dan berada pada posisi yang aktif. Metode-metode tersebut tentunya disesuaikan dengan materi yang disampaikan karena tidak semua materi dapat disampaikan dengan metode yang sama.

Gunakan media

Dalam pembelajaran Matematika tidak dapat berjalan secara optimal tanpa ditunjang dengan tersedianya media yang menunjang. Sebenarnya media pembelajaran Matematika cakupannya sangat luas yakni baik terdapat di kelas/sekolah maupun di luar kelas/sekolah. Penggunaan media dalam pembelajaran Matematika dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan dapat menarik perhatian peserta didik. Namun dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan materi, misalnya dalam bab persegi empat dapat menggunakan media balok, kotak yang sebelumnya telah disediakan guru.

Gunakan humor

Peserta didik akan terdorong untuk terus belajar jika kegiatan pembelajaran Matematika diselenggarakan secara nyaman dan menyenangkan, sehingga peserta didik terlibat aktif secara fisik dan psikis. Salah satunya adalah dengan menggunakan humor jika kondisinya tepat dimana peserta didik terlihat lelah, jenuh dan gaduh.

Gunakan contoh peristiwa nyata

Dalam belajar Matematika, peserta didik akan lebih mudah menguasai pengetahuan atau keterampilan baru jika pernah mengalaminya. Peserta didik akan lebih mempercayai bukti daripada ucapan atau perkataan. Untuk itu, guru hendaknya berupaya memberikan banyak ilustrasi atau contoh riil tentang materi yang disampaikan.

Gunakan teknik tanya jawab dalam pembelajaran

Teknik tanya jawab merupakan metode pembelajaran yang sangat baik, dimana dengan menggunakan teknik tanya jawab peserta didik akan terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup dan efektif karena terdapat komunikasi dari dua arah yaitu guru dan peserta didik.

Relevance (Relevansi/kegunaan)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan, yakni hubungan antara kebutuhan peserta didik dengan materi yang dipelajari. Jika peserta didik merasa bahwa materi tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, maka ia akan termotivasi untuk mempelajarinya.

Sebaliknya jika tidak sesuai dengan kebutuhannya maka akan mengabaikannya. Prinsip relevansi dalam pembelajaran matematika dapat ditunjukkan guru dengan berbagai starategi antara lain:

Memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai, hendaknya guru matematika menjelaskan mengenai tujuan apa yang hendak dicapai setelah pembelajaran berlangsung, yaitu mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam konteks pembelajaran matematika, tujuan pembelajarannya adalah  peserta didik dapat memahami dan mengerti terhadap teori-teori matematika yang menjadi topik bahasan (kognitif), kemudian dari pemahaman ini peserta didik dapat mengintrodusirnya menjadi bagian dari sikap dan nilai dalam kehidupan sehari-hari (afektif), dan peserta didik memiliki keterampilan yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.

Menjelaskan Manfaat

Selain menjelaskan tujuan pembelajaran, guru Matematika juga harus mampu menjelaskan manfaat apa yang dapat diperoleh setelah belajar Matematika, yakni menyangkut kebutuhan peserta didik akan hasil dan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengimplementasikan teori-teori matematis.

Confidence (Kepercayaan diri)

Percaya diri merupakan suatu keyakinan bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu. Sikap percaya diri penting untuk ditanamkan kepada peserta didik, di mana dengan kepercayaan diri mereka merasa mampu untuk menerima materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga dalam penerapannya pada kehidupan sehari-hari mereka akan lebih percaya diri dalam menghituung, mengukur dan lain sebagainya yang berkaitan dengan matematika karena memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai pelajaran matematika.

Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan percaya diri peserta didik dalam belajar matematika adalah:

Harapan Keberhasilan

Dalam pembelajaran matematika banyak dijumpai peserta didik yang kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh guru sehingga muncul rasa tidak percaya diri pada peserta didik bahwa sebenarnya mereka memiliki kemampuan untuk mempelajari materi matematika  serta dapat mempraktekannya sebagai perwujudan dari pemahaman mereka untuk kemudian dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu sudah menjadi tugas guru matematik untuk dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dengan selalu meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan.

Memberikan umpan balik yang konstruktif

Sebuah proses pembelajaran matematika akan senantiasa dalam situasi yang ideal jika terus-menerus terjadi umpan balik. Adanya umpan balik berfungsi sebagai sarana untuk memelihara minat dan antusiasme peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran (Naim, 59:2006).

Guru matematika sebaiknya memberikan umpan balik yang konstruktif sehingga peserta didik mengetahui pemahaman dan hasil mereka selama ini.

Satisfaction (Kepuasan)

Kepuasan merupakan perasaan senang karena telah berhasil melakukan sesuatu. Kepuasan dapat mendorong peserta didik dalam belajar, karena termotivasi untuk mencapai keberhasilan atau mengulangi keberhasilan yang pernah dicapai.

Guru matematika dapat dengan mudah menciptakan kepuasan peserta didik antara lain dengan memberikan pujian dan penghargaan jika peserta didik berperilaku, atau mendapatkan hasil belajar yang baik.

Belum ada Komentar untuk "Model Motivasi ARCS dalam Pembelajaran Matematika"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel