Pengertian dan Penyebab Skabies Menurut Para Ahli

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit skabies sering disebut kutu badan, penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia, dan sebaliknya (Widodo, 2013: 312).

Menurut Sarwiji (2011: 547) skabies merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei var. hominis (kutu mite yang membuat gatal) yang memancing reaksi sensitivitas. Skabies muncul diseluruh dunia dan mudah terjangkit oleh kepadatan penduduk tinggi dan kebersihan buruk, dan bisa endemik.

Menurut Deber skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya (Djuanda, 2007: 122). Sedangkan menurut Boediardja (2003: 62) skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var. hominis dan mempunyai gejala seperti lesi papular, pustul, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan.
Skabies
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan, dan penyakit ampera (Harahap, 2000: 109).

Berdasarkan beberapa definisi scabies di atas, dapat disimpulkan bahwa scabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis yang ditularkan secara kontak langsung atau tidak langsung yang dapat menyebabkan gatal.

Penyebab Skabies

Menurut Widodo (2013: 313) penyebab skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei, yang berbentuk bundar dan mempunyai empat pasang kaki. Dua pasang kaki di bagian anterior menonjol keluar melewati batas badan, dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati batas badan.

Selain itu, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang lembab, dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit skabies juga menular dengan cepat pada komunitas yang tinggal bersama.

Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi melalui kontak fisik yang erat. Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur, perabot rumah, jarang terjadi. Kutu dapat hidup diluar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 21°C dengan kelembapan relatif 40- 80% (Harahap, 2000: 110).

Tungau betina berukuran sekitar 300-450 mm, sedangkan yang jantan berukuran 150-250 mm. Secara morfologi tubuh tungau terlihat berbentuk bulat berwarna keputihan. Bagian dorsal tubuh tungau tertutup oleh sejumlah tonjolan-tonjolan halus menyerupai duri (protuberances) dan beberapa rambut-rambut kasar (bristles).

Pada bagian dorsal dan ventral tubuh tungau terdapat barisan duri-duri halus (striae). Pada tungau dewasa memiliki empat pasang tungkai, dua pasangan tungkai pertama pada tungau betina maupun jantan memiliki cakar empodium (empodial claws) dan alat penghisap dengan tangkainya (sucker dan pulvillus). Alat penghisap pada kaki berguna untuk membantu saat berjalan di kulit maupun di terowongan kulit yang dibuatnya (Sucipto, 2011: 130).

Pada tungau jantan, selain kedua pasangan tungkai pertama dan kedua, alat penghisap juga terdapat pada pasangan tungkai keempat, tetapi tidak ada pada pasangan tungkai ke tiga. Sedangkan pada tungau betina, pasangan tungkai ketiga tidak memiliki alat penghisap (Sucipto, 2011: 130).

Sedangkan menurut Handoko dalam buku Adhi Djuanda tungau sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil yang berbentuk oval, punggungnya cembung, bagian perutnya rata, berwarna putih kotor, dan tidak memiliki mata.

Ukuran tungau betina antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, yaitu 200- 240 mikron x 150-200 mikron. Pada bentuk dewasa memiliki mempunyai empat pasang kaki, dua pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan dua pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada tungau jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2007: 123).

Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yaitu sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki (Widodo, 2013: 313).
Tunggau
Siklus hidup tungai melalui perkawinan tungau sarcoptes yang terjadi di permukaan kulit atau di terowongan kulit, mengikuti jalan terowongan yang dibuat oleh tungau betina, dan tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina.

Tungau betina ini menggali dan makan epitel-epitel kulit maupun cairan yang berasal dari sel-sel kulit yang digalinya di sepanjang stratum corneum. Kecepatan menggali tungau mencapai 0,5 mm per hari atau 2-3 milimeter satu hari, sedangkan kecepatan berjalan tungau diperkirakan mencapai lebih dari 2,5 cm per menit.

Bila diperhatikan panjang terowongan yang dihuni tungau terlihat seperti garis-garis di bawah kulit, mulai beberapa milimeter sampai sentimeter. Dalam menyelesaikan siklus hidupnya, tungau mengalami empat tahapan stadium, yaitu dimulai dari telur, larva, nimfa dan dewasa. Tungau betina meletakkan telur 1-3 butir per hari di dalam terowongan kulit yang dibuatnya. Masa subur seekor tungau sekitar dua bulan (Sucipto, 2011: 131).

Dalam waktu 3-5 hari telur akan menetas menjadi larva yang memiliki enam kaki, bentuknya sudah menyerupai tungau dewasa. Larva akan segera keluar dari terowongan menuju permukaan kulit.

Saat berada di permukaan kulit banyak larva yang tidak bertahan hidup, beberapa yang masih hidup akan masuk kembali ke stratum corneum atau folikel rambut untuk membuat kantung-kantung tempat larva berganti kulit. Setelah 2-3 hari larva berubah menjadi protonimfa. Protonimfa kemudian berganti kulit menjadi deutonimfa, setelah beberapa hari nimfa berganti kulit menjadi tungau dewasa.

Beberapa tungau dewasa kawin di kantung-kantung yang dibuat pada masa stadium larva atau pindah permukaan kulit atau kawin di tempat tersebut. Betina yang kawin dan mengandung telur segera menggali terowongan kulit untuk meletakkan telur disana. Lama siklus hidupnya sejak telur sampai tungau dewasa sekitar 10-19 hari.

Tungau betina dapat hidup sekitar satu bulan di kulit manusia, tetapi bila tidak berada di kulit maka tungau hanya bertahan 2-4 hari. Sepanjang hidupnya tungau jantan dapat ditemukan di terowongan-terowongan yang pendek, biasanya kurang dari satu milimeter dari permukaan kulit untuk mencari betina yang siap dibuahi (Sucipto, 2011: 131).

Sembel (2009: 191) menyatakan tungau skabies betina membuat terowongan yang panjang dalam kulit dan mereka meletakkan 40-50 telur dalam terowongan. Siklus hidup tungau mencapai 1-3 minggu tergantung dari kondisi lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penyebab scabies tidak lain karena oleh tungau Sarcoptes scabieis elain itu, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang lembab, dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.

Belum ada Komentar untuk "Pengertian dan Penyebab Skabies Menurut Para Ahli"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel