Tuduhan Rekayasa Penyiraman Novel, Balasan untuk Penyinyir Wiranto?
Rabu, 06 November 2019
Tulis Komentar
Mentri Kordinator Politik Hukum dan Kemanan Jendral Purnawirawan Wiranto pada Kamis (10/10/2019) ditusuk oleh teroris suami istri saat hendak pulang selepas menghadiri acara peresmian Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mat’laul Anwar yang beralamat di Kampung Cikaliung Desa Sindanghayu Kecamatan Saketi Kab Pandegelang Banten.
Penusukan tersebut menjadi viral lantaran kejadian terekam oleh kamera Handphone beberapa saksi mata yang menyaksikan secara langsung pristiwa kejadian. Vidio penusukan kemudian tersebar ke media sosial dan membuat sebagaian orang turut prihatin atas musibah yang dialami oleh Wiranto.
Musibah yang dialami Wiranto rupanya tidak membuat pembenci presiden dan pemerintahan terpilih berhenti dari baruk sangka, mereka yang dikenal sebagai Kampret Garis Keras umumnya nyinyir bahkan menuduh kasus penusukan hanya rekayasa belaka. Tuduhan sandiwara digemakan oleh para pembenci presiden di akun-akun sosial media mereka. Tidak tanggung-tanggung yang melakukan tuduhan rekayasa dari mulai anak politikus senior lawan politik Jokowi, istri-istri tentara sampai pada rakyat biasa yang terindikasi sebagai pendukung capres yang kalah.
Pemerintah mulai geram dengan tuduhan tersebut, khususnya intansi Tentra Nasioal Indonesia (TNI) yang mendapati istri-istri dari perwira TNI ada yang menuduh kasus penusukan Wiranto sebagai sebuah rekayasa.
Andika Perkasa selaku Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) bahkan mengumumkan di depan media, bahwa ia akan mencopot anggotanya dari Jabatan TNI Angkatan Darat yang istri-istrinya kedapatan memfitnah kasus penusukan Wiranto sebagai sandiwara. Tercatat lebih dari 3 perwira TNI AD yang diberhentikan dari jabatan karena ulah istri mereka yang nyinyir pada peristiwa penusukan Wiranto.
Pencopotan perwira TNI akibat kelakuan istri-istri mereka membuat Shock para penyinyir, merekapun akhirnya ramai-ramai menghapus status nyinyiran mereka, pada umunya karena takut akan dipenjarakan maupun takut akan dipecat dari jabatannya sebagai abdi negara.
Para pendukung pemerintah yang umumnya dinamakan sebagai Cebong Garis Keras itu, akhirnya mencari-cari juga bahan balasan nyinyiran, rupanya bahan yang dijadikan sebagai bahan nyinyiran adalah "Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan".
Novel Baswedan adalah salah satu penyidik senior KPK yang disiram air keras pada Selasa (11/4/2017) pada waktu Subuh. Kejadian bermula ketika Novel Baswedan sedang berjalan menuju rumah setelah melaksanakan Shalat Subuh di Masjid Jami Al-Ihsan Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Jakarta Utara.
Novel pada saat itu tiba-tiba di siram air keras oleh dua pria yang mengendarai sepeda motor, cairan air keras yang disiramkan tepat mengenai wajah novel. Belakangan selepas dilakukan perawatan akhirnya salah satu mata novel Baswedan mengalami kebutaan.
Kasus Novel yang sudah lama terjadi mulanya tidak dipermasalahkan oleh pendukung pemerintah, mereka pada umumnya hanya bersikap diam saja. Akan tetapi karena kasus novel tersebut selalu digunakan oleh para pembenci pemerintah untuk menyerang pemerintah, mereka rupanya jengkel juga.
Kasus Novel hingga saat ini sudah dijadikan sebagai bahan politik untuk mendeskriditkan pemerintah, Kepolisian dalam hal ini dan tidak lupa pula pemerintahan Jokowi dianggap oleh lawan politiknya sebagai pemerintahan yang gagal dan tidak becus dalam melindungi para penyidik KPK terbukti dari belum tertangkapnya pelaku penyerangan, sehingga kasus Novel selalu digaungkan oleh para Kampret Garis Keras untuk menyerang pemerintah.
Keadaan semacam itu akhirnya membuat pendukung Pemerintah mengkritisi kasus penyiraman Novel, terlebih karena Novel dianggap sebagai pegawai KPK yang pandangan politiknya dianggap kontra terhadap Pemerintah.
Pada umumnya, akun-akun pendukung pemerintah membuat nyinyiran tentang kasus penyiraman Novel sebagai kasus rekayasa, alasannya adalah karena terdapat kejanggalan pada luka yang didertia Novel Baswedan.
Mereka menuduh Novel tidak disiram air keras, sebab katanya kalau bagian wajah terkena siraman air keras maka muka akan menjadi hancur dan meleleh sebagaimana kasus-kasus penyiraman air keras yang pernah ada, sementara Novel hanya mengalami kebutaan pada sebagian matanya saja, sementara anggota bagian wajah lainnya tidak ada luka bakar barang sedikitpun.
Selain itu, akun-akun pendukung pemerintah yang menuduh kasus penyiraman air keras novel sebagai sandiwara juga menduga bahwa Novel tidak buta, melainkan menggunakan lensa mata sehingga seolah-olah mengalami kebutaan.
Nyinyiran yang dilakukan akun-akun media sosial Cebong Garis Keras itu pada nyatanya membuat Jengkel para Kampret Garis Keras, mereka marah dengan semarah-marahnya. Hingga artikel ini ditulis, nyinyiran di media sosial tentang kasus penyiraman air keras Novel Baswedan masih berseliweran dengan masif. Diantara akun Cebong Garis Keras yang meragukan keaslian kasus penyerangan air keras Novel Baswedan adalah akun Youtube Nyai Dewi Tanjung. Demikian vidionya;
Penusukan tersebut menjadi viral lantaran kejadian terekam oleh kamera Handphone beberapa saksi mata yang menyaksikan secara langsung pristiwa kejadian. Vidio penusukan kemudian tersebar ke media sosial dan membuat sebagaian orang turut prihatin atas musibah yang dialami oleh Wiranto.
Pemerintah mulai geram dengan tuduhan tersebut, khususnya intansi Tentra Nasioal Indonesia (TNI) yang mendapati istri-istri dari perwira TNI ada yang menuduh kasus penusukan Wiranto sebagai sebuah rekayasa.
Andika Perkasa selaku Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) bahkan mengumumkan di depan media, bahwa ia akan mencopot anggotanya dari Jabatan TNI Angkatan Darat yang istri-istrinya kedapatan memfitnah kasus penusukan Wiranto sebagai sandiwara. Tercatat lebih dari 3 perwira TNI AD yang diberhentikan dari jabatan karena ulah istri mereka yang nyinyir pada peristiwa penusukan Wiranto.
Balasan untuk Penyinyir Penusukan Wiranto
Nyinyiran para pembenci presiden dan pemerintah terpilih pada nyatanya membuat jengkel para pendukung presiden dan pemerintah. Mereka umumnya kesal atas tingkah laku penyinyir yang sepertinya tidak mempunyai etika dalam berkehidupan. Bagimana tidak, yang ditusuk disalahkan sementara yang menusuk dianggap sebagai pahlawan.Para pendukung pemerintah yang umumnya dinamakan sebagai Cebong Garis Keras itu, akhirnya mencari-cari juga bahan balasan nyinyiran, rupanya bahan yang dijadikan sebagai bahan nyinyiran adalah "Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan".
Novel Baswedan adalah salah satu penyidik senior KPK yang disiram air keras pada Selasa (11/4/2017) pada waktu Subuh. Kejadian bermula ketika Novel Baswedan sedang berjalan menuju rumah setelah melaksanakan Shalat Subuh di Masjid Jami Al-Ihsan Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Jakarta Utara.
Novel pada saat itu tiba-tiba di siram air keras oleh dua pria yang mengendarai sepeda motor, cairan air keras yang disiramkan tepat mengenai wajah novel. Belakangan selepas dilakukan perawatan akhirnya salah satu mata novel Baswedan mengalami kebutaan.
Kasus Novel yang sudah lama terjadi mulanya tidak dipermasalahkan oleh pendukung pemerintah, mereka pada umumnya hanya bersikap diam saja. Akan tetapi karena kasus novel tersebut selalu digunakan oleh para pembenci pemerintah untuk menyerang pemerintah, mereka rupanya jengkel juga.
Kasus Novel hingga saat ini sudah dijadikan sebagai bahan politik untuk mendeskriditkan pemerintah, Kepolisian dalam hal ini dan tidak lupa pula pemerintahan Jokowi dianggap oleh lawan politiknya sebagai pemerintahan yang gagal dan tidak becus dalam melindungi para penyidik KPK terbukti dari belum tertangkapnya pelaku penyerangan, sehingga kasus Novel selalu digaungkan oleh para Kampret Garis Keras untuk menyerang pemerintah.
Keadaan semacam itu akhirnya membuat pendukung Pemerintah mengkritisi kasus penyiraman Novel, terlebih karena Novel dianggap sebagai pegawai KPK yang pandangan politiknya dianggap kontra terhadap Pemerintah.
Pada umumnya, akun-akun pendukung pemerintah membuat nyinyiran tentang kasus penyiraman Novel sebagai kasus rekayasa, alasannya adalah karena terdapat kejanggalan pada luka yang didertia Novel Baswedan.
Mereka menuduh Novel tidak disiram air keras, sebab katanya kalau bagian wajah terkena siraman air keras maka muka akan menjadi hancur dan meleleh sebagaimana kasus-kasus penyiraman air keras yang pernah ada, sementara Novel hanya mengalami kebutaan pada sebagian matanya saja, sementara anggota bagian wajah lainnya tidak ada luka bakar barang sedikitpun.
Selain itu, akun-akun pendukung pemerintah yang menuduh kasus penyiraman air keras novel sebagai sandiwara juga menduga bahwa Novel tidak buta, melainkan menggunakan lensa mata sehingga seolah-olah mengalami kebutaan.
Nyinyiran yang dilakukan akun-akun media sosial Cebong Garis Keras itu pada nyatanya membuat Jengkel para Kampret Garis Keras, mereka marah dengan semarah-marahnya. Hingga artikel ini ditulis, nyinyiran di media sosial tentang kasus penyiraman air keras Novel Baswedan masih berseliweran dengan masif. Diantara akun Cebong Garis Keras yang meragukan keaslian kasus penyerangan air keras Novel Baswedan adalah akun Youtube Nyai Dewi Tanjung. Demikian vidionya;
Belum ada Komentar untuk "Tuduhan Rekayasa Penyiraman Novel, Balasan untuk Penyinyir Wiranto?"
Posting Komentar