Sunan Gunung Jati Memeriksa Reruntuhan Istana Pajajaran
Selasa, 05 November 2019
Tulis Komentar
Sunan Gunung Jati selama hidupnya menyaksikan runtuhnya Kerajaan Pajajaran, yaitu Kerajaan yang didirikan oleh kakeknya sendiri Prabu Siliwangi. Keruntuhan Pajajaran oleh Banten membuat sedih Sunan Gunung Jati, pada mulanya Sunan Gunung Jati menghendaki Pajajaran menerima Islam dengan damai akan tetapi Pajajaran terus menyombongkan diri dan bersikeras bermusuhan dengan Banten dan Cirebon.
Ibu Kota dan Istana Kerajaan Pajajaran di Pakuan dapat direbut dan ditaklukan Kesultanan Banten ketika Pajajaran diprintah oleh Prabu Nilakendra. Pada masa itu ibu Kota Kerajaan Pakuan ditinggalkan oleh penduduknya. Istana Pajajaran sendiri digambarkan berserakan.
Baca Juga: Ratu Nilakendara, Raja Pajajaran Yang Tercatat Ngawur Dalam Memerintah
Kabar mengenai jatuhnya Pakuan oleh Pasukan Banten juga sebenarnya tercatat dalam beberapa naskah Cirebon, diantaranya naskah mertasinga. Menurut naskah tersebut kekalahan Pajajaran oleh Banten kabarnya menggemparkan Cirebon, sehingga Pangeran Walangsungsang mengajak Sunan Gunung Jati untuk pergi ke Pakuan untuk melihat secara langsung kondisi kota Pakuan.
Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati berangkat ke Pakuan tanpa didampingi oleh pasukan pengawal, keduanya menuju Pakuan guna memeriksa keadaan Ibu Kota Pajajaran selepas kehancurannya.
Ketika Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati tiba di Pakuan, keduanya menyaksikan patung-patung bergelimpangan di bekas-bekas Istana Pajajaran, keduanya kemudian menyelamatkan benda-benda Kerajaan yang masih dapat diselamatkan untuk dibawa ke Cirebon (Wahju, hlm 48)
Benda peninggalan Kerajaan Pajajaran yang diboyong ke Cirebon salah satunya adalah “Bale Budijajar” benda tersebut dikemudian hari di letakan di sebelah utara Gunung Sembung/Gunung Jati. Maka tidaklah mengherankan di Gunung Jati terdapat Bale Budijajar Pajajaran.
Kepergian Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati ke Pakuan tanpa Pengawalan menyebabkan orang-orang Cirebon merasa khawatir, oleh karena itu Raja Luhut yang kala itu menjadi penguasa Jaya Karta (Jakarta) disertai 100 orang prajurit menyusul ke Pakuan untuk menjemput Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati. Mereka kemudian bertemu di Pakuan sebelum akhirnya pulang bersama-sama.
Dalam Naskah Mertasinga juga disebutkan bahwa, selepas runtuhnya Pakuan, Pangeran Walangsungsang kemudian mengambil alih Pakuan, ia dijadikan sebagai penguasa Pakuan dengan gelar Susuhunan Ranggapaku (Wahju, hlm 53).
Baca Juga: Kerajaan Pajajaran, Masa Pendirian, Kejayaan dan Kehancurannya
Ibu Kota dan Istana Kerajaan Pajajaran di Pakuan dapat direbut dan ditaklukan Kesultanan Banten ketika Pajajaran diprintah oleh Prabu Nilakendra. Pada masa itu ibu Kota Kerajaan Pakuan ditinggalkan oleh penduduknya. Istana Pajajaran sendiri digambarkan berserakan.
Baca Juga: Ratu Nilakendara, Raja Pajajaran Yang Tercatat Ngawur Dalam Memerintah
Kabar mengenai jatuhnya Pakuan oleh Pasukan Banten juga sebenarnya tercatat dalam beberapa naskah Cirebon, diantaranya naskah mertasinga. Menurut naskah tersebut kekalahan Pajajaran oleh Banten kabarnya menggemparkan Cirebon, sehingga Pangeran Walangsungsang mengajak Sunan Gunung Jati untuk pergi ke Pakuan untuk melihat secara langsung kondisi kota Pakuan.
Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati berangkat ke Pakuan tanpa didampingi oleh pasukan pengawal, keduanya menuju Pakuan guna memeriksa keadaan Ibu Kota Pajajaran selepas kehancurannya.
Ketika Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati tiba di Pakuan, keduanya menyaksikan patung-patung bergelimpangan di bekas-bekas Istana Pajajaran, keduanya kemudian menyelamatkan benda-benda Kerajaan yang masih dapat diselamatkan untuk dibawa ke Cirebon (Wahju, hlm 48)
Benda peninggalan Kerajaan Pajajaran yang diboyong ke Cirebon salah satunya adalah “Bale Budijajar” benda tersebut dikemudian hari di letakan di sebelah utara Gunung Sembung/Gunung Jati. Maka tidaklah mengherankan di Gunung Jati terdapat Bale Budijajar Pajajaran.
Kepergian Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati ke Pakuan tanpa Pengawalan menyebabkan orang-orang Cirebon merasa khawatir, oleh karena itu Raja Luhut yang kala itu menjadi penguasa Jaya Karta (Jakarta) disertai 100 orang prajurit menyusul ke Pakuan untuk menjemput Pangeran Walangsungsang dan Sunan Gunung Jati. Mereka kemudian bertemu di Pakuan sebelum akhirnya pulang bersama-sama.
Dalam Naskah Mertasinga juga disebutkan bahwa, selepas runtuhnya Pakuan, Pangeran Walangsungsang kemudian mengambil alih Pakuan, ia dijadikan sebagai penguasa Pakuan dengan gelar Susuhunan Ranggapaku (Wahju, hlm 53).
Baca Juga: Kerajaan Pajajaran, Masa Pendirian, Kejayaan dan Kehancurannya
Belum ada Komentar untuk "Sunan Gunung Jati Memeriksa Reruntuhan Istana Pajajaran"
Posting Komentar