Pangeran Walangsungsang Meninggalkan Istana Pajajaran
Senin, 04 November 2019
Tulis Komentar
Pangeran Walangsungsang adalah anak tertua Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) dari istri keduanya Subang Larang. Semenjak ayahnya menjadi Raja di Kerajaan Pajajaran Pangeran Walangsungsang hidup di istana bersama ayah, ibu dan adik-adiknya.
Sebagai anak tertua, Pangeran Walangsungsang sebenarnya berhak atas tahta akan tetapi beliau meninggalkan Istana Pajajaran yang penuh dengan gemerlap dan kenikmatan hidup demi menjadi seorang pengelana.
Ada beberapa versi seputar asal-usul mengapa Pangeran Walangsungsang meninggalkan Istana Pajajaran untuk kemudian menjadi seorang pengelana.
Menurut Naskah Carios Walangsungsang disebutkan bahwa, Pangeran Walangsungsang pada suatu hari bermimpi di datangi Nabi Muhamad, Walangsungsang diperintahkan agar mencari dan mempelajari agama Nabi Muhamad, mimpi tersebut datang berkali-kali. Berdasarkan mimpi tersebut akhirnya Pangeran Walangsungsang meminta izin dan bahkan menganjurkan kepada ayahnya untuk sama-sama mencari dan mempelajari agama Islam akan tetapi ajakan tersebut rupanya mendapat sambutan yang tidak baik dari Prabu Siliwangi, Pangeran Walangsungsang justru dibentak dan diusir dari Istana. Selepas dibentak dan diusir oleh ayahnya, Pangeran Walangsungsang kemudian pergi dari Istana melalui pintu belakang, ia menyusuri gunung demi gunung untuk mencari petunjuk yang diperoleh dari mimpinya. (Nurhayati Ma’mun, 2018:6)
Menurut Naskah Mertasinga, kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dilatar belakangi oleh rasa sakit hati, karena Ibunya Subang Larang diusir oleh Prabu Siliwangi karena terus mempertahankan keislamannya. Waktu itu tidak boleh mengamalkan ajaran Islam di Istana Pajajaran. Subang Larang oleh Prabu Siliwangi di asingkan ke Banten. (Wahju, 2005; 49)
Baca Juga: Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi Yang Dibuang
Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dilatar belakangi oleh perlakuan buruk Ibu tiri dan adik-adik tiri Pangeran Walangsungsang sepeninggal Subang Larang, sehingga Pangeran Walangsungsang lebih memilih menjauh dari Istana dan belajar agama Islam ketimbang harus berkonflik dengan saudara-saudaranya (Purwaka Caruban Nagari, Pupuh 14).
Berdasarkan ketiga sumber sejarah di atas, diketahui bahwa latar belakang kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dikarenakan perselisihan soal agama, Pangeran Walangsungsang yang tidak menghendaki kehancuran keluarga yang lebih dalam memilih meninggalkan istana.
Selepas meninggalkan Istana Pajajaran, Pangeran Walangsungsang berguru ke berbagai guru terkemuka yang ada di wilayah Pasundan, diantaranya adalah Ki Danuwarsih dan Syekh Nurjati. Ketika Pangeran Walangsungsang menuntut ilmu pada Ki Danuwarsih adik perempuannya Rara Santang ikut menyusul, ia lebih memilih hidup bersama kakaknya ketimbang hidup di Istana, keduanyapun akhirnya bertemu dan belajar Islam secara bersama-sama di Gunung Sembung kepada Syekh Nurjati sebelum kedunya diperintahkan gurunya untuk beribadah haji ke tanah suci.
Sebagai anak tertua, Pangeran Walangsungsang sebenarnya berhak atas tahta akan tetapi beliau meninggalkan Istana Pajajaran yang penuh dengan gemerlap dan kenikmatan hidup demi menjadi seorang pengelana.
Ada beberapa versi seputar asal-usul mengapa Pangeran Walangsungsang meninggalkan Istana Pajajaran untuk kemudian menjadi seorang pengelana.
Menurut Naskah Carios Walangsungsang disebutkan bahwa, Pangeran Walangsungsang pada suatu hari bermimpi di datangi Nabi Muhamad, Walangsungsang diperintahkan agar mencari dan mempelajari agama Nabi Muhamad, mimpi tersebut datang berkali-kali. Berdasarkan mimpi tersebut akhirnya Pangeran Walangsungsang meminta izin dan bahkan menganjurkan kepada ayahnya untuk sama-sama mencari dan mempelajari agama Islam akan tetapi ajakan tersebut rupanya mendapat sambutan yang tidak baik dari Prabu Siliwangi, Pangeran Walangsungsang justru dibentak dan diusir dari Istana. Selepas dibentak dan diusir oleh ayahnya, Pangeran Walangsungsang kemudian pergi dari Istana melalui pintu belakang, ia menyusuri gunung demi gunung untuk mencari petunjuk yang diperoleh dari mimpinya. (Nurhayati Ma’mun, 2018:6)
Menurut Naskah Mertasinga, kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dilatar belakangi oleh rasa sakit hati, karena Ibunya Subang Larang diusir oleh Prabu Siliwangi karena terus mempertahankan keislamannya. Waktu itu tidak boleh mengamalkan ajaran Islam di Istana Pajajaran. Subang Larang oleh Prabu Siliwangi di asingkan ke Banten. (Wahju, 2005; 49)
Baca Juga: Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi Yang Dibuang
Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dilatar belakangi oleh perlakuan buruk Ibu tiri dan adik-adik tiri Pangeran Walangsungsang sepeninggal Subang Larang, sehingga Pangeran Walangsungsang lebih memilih menjauh dari Istana dan belajar agama Islam ketimbang harus berkonflik dengan saudara-saudaranya (Purwaka Caruban Nagari, Pupuh 14).
Berdasarkan ketiga sumber sejarah di atas, diketahui bahwa latar belakang kepergian Pangeran Walangsungsang dari Istana Pajajaran dikarenakan perselisihan soal agama, Pangeran Walangsungsang yang tidak menghendaki kehancuran keluarga yang lebih dalam memilih meninggalkan istana.
Selepas meninggalkan Istana Pajajaran, Pangeran Walangsungsang berguru ke berbagai guru terkemuka yang ada di wilayah Pasundan, diantaranya adalah Ki Danuwarsih dan Syekh Nurjati. Ketika Pangeran Walangsungsang menuntut ilmu pada Ki Danuwarsih adik perempuannya Rara Santang ikut menyusul, ia lebih memilih hidup bersama kakaknya ketimbang hidup di Istana, keduanyapun akhirnya bertemu dan belajar Islam secara bersama-sama di Gunung Sembung kepada Syekh Nurjati sebelum kedunya diperintahkan gurunya untuk beribadah haji ke tanah suci.
Baca Juga: Riwayat Sykeh Nurjati Sang Maha Guru
Belum ada Komentar untuk "Pangeran Walangsungsang Meninggalkan Istana Pajajaran"
Posting Komentar