Penokohan Pada Novel Maut Ar-rajul Al-Wahid A’la Al-Ard karya Nawal Al-Sa’adawi

Penokohan merupakan bagian dari unsur intristik dalam novel. Menurut Nurgiyantoro penokohan merupakan “pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita”. Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah cerita.  Istilah penokohan mengandung dua aspek, yaitu isi dan bentuk. Tokoh, watak, dan segala emosi termasuk dalam aspek isi, sedangkan teknik perwujudannya dalam suatu karya fiksi adalah aspek bentuk.

Tokoh dan penokohan yang dilukiskan secara jelas dalam cerita yang ditampilkan dalam isi novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard terdiri dari 6 tokoh utama yaitu Umdah, Zakiyah, Kufrawi, Nafisah, Zainab dan Jalal. Adapun penjelasan dari tiap-tiap tokoh adalah sebagai berikut:

1. Umdah

Umdah dalam novel matinya seorang laki-laki digambarkan sebagai seorang berdarah Inggris yang memerintah desa Kafr Thin atas mandat penjajah Inggris yang kala itu menjajah Mesir. Tubuhnya gendut dan besar dengan mata biru selayaknya orang Eropa. Hal tersebut tergambar dalam petikan novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard bagian 2 halaman 17 sebagai berikut:
1
Dalam petikan di atas diketahui bahwa Umdah memang seorang kepala desa Kafr Thin,  memiliki rumah besar yang dilengkapi gerbang besinya, fisiknya gemuk, berkumis dengan mata kebiru-biruan mewarisi mata ibunya yang seorang Inggris. Dalam petikan novel di atas juga disebutkan bahwa Umdah ditinjau dari hidungnya yang mancung serta bibirnya yang tebal menandakan bahwa ia seorang laki-laki dengan hasrat seksual tinggi.

Secara umum hubungan sosaial Umdah dengan rakyatnya baik, sebab Umdah digambarkan sebagai seorang Kepala Desa yang lues meskipun sejatinya bersifat jahat dan licik. Umdah tinggal dalam rumah yang besar, didalamnya dilengkapi pernak-pernik alat-alat rumah tangga yang mahal, bahkan didalam rumahnya terdapat kolam renang, dan pemandian air panas.

Baiknya hubungan Umdah dalam dengan masyarakat disekitar desanya tergambar dari petikan novel pada bagian 2 halaman 18 sebagai berikut:
2
Pada petikan novel di atas, disebutkan bahwa Umdah bersama beberapa penduduk setempat kadang pergi ke Masjid untuk menunaikan Shalat Isya, selepas itu barulah Umdah dan penduduk setempat bercengkrama sambil menghisap cerutu. Hal itu tentu menandakan bahwa Umdah sebenarnya seorang yang pandai bersosialisasi dengan masyarakatnya.

Umdah juga digambarkan berwatak licik, ia tidak pernah menampakan kejahatannya dimata masyarakatnya, akan tetapi bila mana ia ingin melakukan kejahatan seperti merampas hak-hak rakyatnya, menodai kesucian gadis-gadis di kampungnya ia melakukannya dengan cara-cara terorganisir sehingga tidak ada yang menyangka bahwa ialah pelakunya. 

Sifat Umdah yang yang pandai menyembunyikan kejahatan serta melanggengkan kekuasaannya sebagai seorang kepala desa di Kafr Thin  tergambar dalam petikan novel pada bagian 14 halaman 147 dan 148 dibawah ini:
3
Dalam petikan teks novel di atas dijelaskan bahwa ada tiga orang yang sebenarnya mengetahui kejahatan Umdah, akan tetapi ketiganya yaitu kepala keamaanan desa, Imam Masjid serta seorang dukun tersebut mampu dijinakan oleh Umdah dan mampu tunduk padanya. Memahami petikan teks tersebut dapatlah dipahami bahwa tindakan kejahatan yang dilakukan tokoh Umdah rupanya dilkukan dengan professional ia melibatkan tokoh kemanan, agama dan dukun di desanya untuk menutupi keburukan-keburukannya dimasyarakat. 

Sementara sikap jahat Umdah yang biasa merenggut kesucian gadis-gadis di desanya tergambar dalam petikan novel pada bagian 14 halaman 150 dibawah ini:
4
Dalam petikan teks novel di atas tergambar jelas bagaimana cara-cara Umdah menggagahi gadis belia (Zainab) yang bekerja dirumahnya, ia menggagahi Zainab mana kala ia sedang membersihkan kamar mandi di rumahnya. 

2. Kufrawi

Kufrawi dalam novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard digambarkan sebagai petani miskin lagi tua, meskipun demikian pria ini digambarkan sebagai pria yang giat bekerja diladang. 

Gambaran tokoh Kufrawi yang sebagai seorang petani miskin yang giat bekerja diladangnya tergambar dalam petikan novel pada bagian 6 halaman 68 dibawah ini:
5
Pada kalimat awal petikan teks novel di atas, diketahui bahwa pada hari Jumat saat matahari dipuncak kepalanyapun Kufrawi masih bekerja diladangnya, ia menggarap ladangnya dengan giat, sehingga tanpa terasa kringat di  kepala, tengkuk, dada, perut dan pahanya mengalir bercucuran. 

Selain itu, tokoh Kufrawi juga digambarkan  sebagai tokoh yang begitu penyayang terhadap anak-anaknya, ia memiliki dua anak gadis Nafisah dan Zainab. Istrinya telah lama mati, ia membesarkan kedua anaknya sendirian. Kufrawi juga dikisahkan tinggal bersama adik perempuannya Zakiyah dalam satu rumah sempit warisan orang tuanya. 

Gambaran bahwa tokoh Kufrawi mempunyai anak perempuan bernama Nafisah tergambar dalam petikan teks novel bagian 6 halaman 71 berikut:
6
Pada  petikan teks awal pada kalimat di atas disebutkan bahwa Nafisah waktu kecil merasa kaget melihat ayahnya Kufrawi yang berbincang-bincang dengan kerbau.

Selain itu tokoh Kufrawi juga digambarkan mempunyai anak perempuan lain bernama Zainab adik dari Nafisah. Hal tersebut tergambar pada petikan teks novel bagian 2 halaman  25 berikut:
7
Pada  petikan teks percakapan antara Umdah dan Haji Ismail di atas, disebutkan bahwa Zainab adalah adik Nafisah yang kecantikannya menyerupai kakaknya. 

3. Zakiyah

Zakiyah dalam novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard digambarkan sebagai perempuan paruh baya yang baik, ia sorang petani wanita miskin kurus dengan mata yang besar. Tokoh perempuan ini juga digambarkan sebagai pekerja keras, tidak banyak bicara dengan orang-orang di desanya, ia menjelma menjadi wanita pendiam dan lebih banyak bekerja diladang selepas ditinggal mati suaminya, Zakiyah merupakan adik dari Kufrawi, Zakiyah juga mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Jalal. 

Kondisi fisik Zakiyah yang kurus serta berprofesi sebagai petani wanita tergambar dalam petikan novel bagian 1 halaman 7-8 berikut:
8
Dalam petikan novel di atas tergambar jelas bahwa wajah Zakiyah terlihat kurus, pucat dan kering, bibirnya terkatup rapat, matanya lebar membelalak. Ia juga berprofesi sebagai petani sebab ia biasa bekerja dengan kerbaunya diladang pertaniannya yang terletak di lembah sungai nil. 

Sementara itu, gambaran bahwa tokoh Zakiyah dalam novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard sebagai adik dari Kufrawi tergambar dalam petikan novel bagian 1 halaman 14 berikut:
9
Dalam petikan novel di atas tergambar jelas bahwa dahulu saat Zakiyah baru bisa berjalan, ia berjalan-jalan bersama kakaknya Kufrawi ke ladang, selanjutnya kakaknya menggiring kerbau dan dia berjalan di belakang keledai yang mengusung rumput. Zakiyah kecil masih ingat betul bagaimana suara kakaknya menggiring kerbaunya “sya,…sya….sya…” atau “hia, hia, hia”. 

Adapun gambaran bahwa tokoh Zakiyah dalam novel maut ar-rajul al-wahid a’la al-ard memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Jalal terdapat dalam petikan novel pada bagian 1 halaman 16 sebagaiamana berikut:
10
Dalam petikan novel di atas tergambar jelas bahwa Kufrawi dalam sebuah percakapan dengan adiknya Zakiyah berusaha menghiburnya, bahwa Jalal pasti kembali ke rumah meskipun ia telah lama kabur dari rumah. 

4. Nafisah

Nafisah adalah gadis cantik anak Kufrawi, meskipun demikian gadis ini dikisahkan sebagai gadis yang mengidap trauma, ia berubah menjadi gadis yang penakut bila bertemu dengan Umdah kepala desanya atau bahkan bila bertemu Umdah. Tidak ada yang tahu alasan dibalik takutnya Nafisah pada Umdah, hanya Nafisah sendiri yang mengetahuinya. 

Gambaran kondisi tokoh Nafisah yang semacam itu tergambar dalam petikan teks novel bagian 3 halaman 33 berikut:
11
Dalam petikan novel di atas tergambar jelas bahwa ketika usianya menginjak remaja, Nafisah sudah dijangkiti rasa takut pada Umdah, bahkan ketika melewati rumah Umdah pun ia membelakanginya. Rasa takut Nafisah pada Umdah pun bertambah besar manakala terdengar kabar jika Umdah sedang berjalan menghampirinya. 

5. Jalal

Jalal adalah anak dari Zakiyah, sikapnya pendiam namun jujur, meskipun demikian Jalal juga digambarkan sebagai pria yang tertutup, bilamana ada suatu masalah yang menimpanya, ia lebih memilih menyimpannya sendiri, untuk mengatasi masalah itu ia biasanya menghilang pergi ke suatu tempat tanpa satu orangpun yang diberi tahu. 

Gambaran kondisi tokoh Jalal yang semacam itu tergambar pada petikan teks novel bagian 16 halaman 183-184 berikut:
12
Pada petikan novel di atas tergambar jelas bahwa tokoh Jalal tiba-tiba mendatangi Ibunya setelah sekian lama menghilang dari rumah (4 tahun), Jalal mengabarkan ia datang dari Sinai. Ibunya merasa terkejut dengan kedatangan Jalal, sebab selama ini ia menanggap anaknya telah mati, meskipun begitu Ibunya (Zakiyah) akhirnya merasa senang atas kedatangan anaknya. 

6. Zaenab 

Zainab digambarkan sebagai gadis remaja yang cantik juga lugu, sikapnya penurut dan pemalu, selain itu Zainab juga digambarkan sebagai gadis yang begitu mencintai keluarganya, Zainab adalah anak Kufrawi ia juga kemudian dinikahi oleh Jalal sepupunya sendiri, anak dari Zakiyah. 

Gambaran tokoh Jainab sebagai gadis cantik dan lugu tergambar pada petikan teks novel bagian 2 halaman 25-26 berikut: 
13
Pada petikan novel di atas tergambar jelas bahwa tokoh Zainab memang digambarkan oleh pengarang sebagai gadis belia yang tinggi langsing, dengan bokong padat dan payudara seimbang, kakinyapun digambarkan halus, oleh karena itulah Zainab menjadi incaran Umdah. 

Sementara itu, mengenai perkawinan Zainab dengan sepupunya sendiri Jalal, tergambar pada petikan teks novel bagian 17 halaman berikut: 
14
Pada petikan novel di atas tergambar jelas bahwa tokoh Zainab memang pada akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri Jalal, anak bibinya Zakiyah. 

Belum ada Komentar untuk "Penokohan Pada Novel Maut Ar-rajul Al-Wahid A’la Al-Ard karya Nawal Al-Sa’adawi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel