Konflik Kerja dan Keluarga

Bungfei.com-Menurut Jamaludin (2014) pekerjaan dan keluarga adalah bagian yang paling penting dalam kehidupan manusia yang tidak mudah dipisahkan. Ketika mencoba untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, sering berakhir dengan konflik dan dilema dalam memberikan prioritas kepada kedua peran tersebut.

Meskipun terlibat dalam kedua peran tersebut bisa memiliki efek positif bagi individu, tetapi jika pekerja tidak dapat menyeimbangkan tanggung jawab terkait dengan kedua peran, potensi konflik antara peran tersebut akan meningkat, situasi semacam ini disebut konflik pekerjaan dan keluarga.

Menurut Frone (2000), konflik kerja dan keluarga dapat didefinisikan sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal.

Hal tersebut biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya. Dikuatkan kembali konflik kerja dan keluarga   sebagai “bentuk konflik antar peran di mana tuntutan  waktu yang dihabiskan untuk, dan ketegangan yang diciptakan oleh pekerjaan mengganggu melaksanakan tanggung jawab terkait keluarga”.

Konflik Kerja dan Keluarga  telah diteliti sebagai prediktor signifikan dari banyak tempat kerja sikap dan perilaku dan salah satu hasil potensi konflik keluarga dan kantor di tempat kerja adalah keinginan berpindah.

Konfik keja dan keluarga adalah suatu pengalaman yang sifatnya tidak hanya satu arah (Lee et al., 2013). Konfik kerja dan keluarga dikatakan sebagai sebuah konsep yang diciptakan oleh Greenhaus dan Beutell (1985) dalah konflik peran ganda yang menuntut waktu, energi dan perhatian seseorang untuk pekerjaannya yang nantinya menimbulkan ketegangan yang mengganggu tugas dan tanggung jawab terhadap keluarga.

Pada dasarnya konflik kerja dan keluarga   ini dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki intensitas yang lebih besar terjadinya Konflik kerja dan keluarga.

Tingkat konflik ini akan semakin parah jika wanita bekerja secara formal karena mereka akan terikat oleh aturan organisasi yang meliputi jam kerja, penugasan, serta target dalam menyelesaikan tugas. Konflik kerja dan keluarga   ini akan lebih dirasakan lagi jika karyawan wanita sudah menikah karena peran tradisional yang sampai saat ini tidak dapat dihindari adalah mengurus rumah tangga dan anak-anaknya (Widyaningrum, 2013).

Faktor- faktor Konflik Kerja dan Keluarga  

Ada beberapa faktor-fator mengenai konflik kerja dan kantor model ini kembangkan oleh beberapa para ahli :

  • Faktor keluarga terkait 

Beberapa aspek struktur keluarga berhubungan dengan konflik kerja – keluarga termasuk bertanggung jawab perwatan tergantung, terutama merawat anak – anak atau orang dewasa penyandang cacat dan tahapan siklus hidup  (Duxbury Dan Higgins 2003) konflik kerja dan keluarga merupakan peranan penting bagi seorang wanita maupun laki – laki, lebih cenderung wanita, wanita jika memiliki seorang anak Akan memiliki tuntutan menjadi orangtua yang baik untuk anaknya, disisi lain wanita memiliki tuntutan terhadap pekerjaan kantor yang memiliki peran penting bagi tuntutan dan kelangsungan hidup agar sejahtera.

  • Siklus hidup 

Hubungan antara tahap siklus hidup dan konflik kerja – kekuarga oleh peneliti (aminah dan ahmad 2007; lu Gilmour Kao dan Huang 2006) kerja dan tuntutan peran keluarga dihadapi selama masa dewasa bervariasi dengan tahap siklus hidup seorang dewasa antara operator pabrik perempuan dan memiliki anak –anak berusia yang masih kecil, tuntutan mendidik dan bertanggung jawab lebih besar sebagai ibu yang baik, sering tak terduga ketika seorang anak mengalami sakit, orangtua penyandang cacat atau hal lainnya.  akan menghasilkan kurangnya konsentrasi saat melakukan pekerjaan dikantor.

  • Keterlibatan keluarga 

Penelitian telah menunjukan bahwa keterlibatan keluarga, yang mengacu pada sejauh mana individu mengindentifikasi dengan keluarga mereka kepentingan relatif dari keluarga untuk individu citra diri dari konsep diri untuk keluarga mereka terkait dengan bekerja – keluarga konflik. Sebagai contoh seorang ibu dengan anak yang sakit mungkin tidak dapat berhenti memikirkan anaknya meskipun dia harus bekerja dan memenuhi tanggung jawab  pekerjaan dan perannya. (Carlson dan kacmar 2000) menemukan bahwa karyawan yang lebih terlibat atau tenggelam dalam domain keluarga berpengalaman lebih gangguan keluarga dengan konflik kerja. 

Belum ada Komentar untuk "Konflik Kerja dan Keluarga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel