Penerapan Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran

Penerapan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki. Tiga karakteristik dasar yang harus diperhatikan dalam penerapan Problem Based Learning (PBL) yaitu: 1) permasalahan sebagai stimulus untuk pembelajaran; 2) guru berperan sebagai facilitator; dan 3) kerja kelompok merupakan stimulus untuk interaksi (Dolmans et al., 2005).

Problem Based Learning (PBL) tidak hanya mengenai pemecahan masalah yang ada dalam diri siswa, namun lebih tepatnya mengambil keuntungan dari permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Wood, 2003).

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

Ciri yang paling utama dari strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Permasalahan yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut Arends (2013:119) berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan strategi Problem Based Learning (PBL) itu memiliki karakter sebagai berikut:

Pertanyaan atau masalah pendorong, menyusun pembelajaran berdasarkan prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah menyusun pengajaran berdasarkan pertanyaan atau masalah. Masalah dirumuskan dengan jelas, mudah dipahami, luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta bermanfaat bagi siswa.

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Penyelidikan autentik (nyata). Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk menghasilkan suatu solusi. Siswa menganalisis untuk merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. Metode-metode penyelidikan tergantung pada sifat dari masalah yang sedang dipelajari.

Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa membuat produk. Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.

Kolaboratif. Tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa. Bekerjasama memberikan motivasi untuk keterlibatan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan perkembangan keterampilan sosial.

Karakteristik Problem Based Learning (PBL) menurut Amir (2009:53) adalah sebagai berikut:

  1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
  2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang.
  3. Masalah yang biasanya menurut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
  4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
  5. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri (self directed learning).
  6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. 
  7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan melakukan presentasi.

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan bahwa tiga unsur esensial dalam Problem Based Learning (PBL) yaitu  adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa dan belajar dalam kelompok kecil.

Belum ada Komentar untuk "Penerapan Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel