Tagedi Bom Borobudur 1985

Pada 1985 Indonesia dihebohkan dengan berita pengeboman Candi Borobudur, menurut terdakwa sebagaimana yang terungkap dalam persidangan, bahwa motivasi mereka mengebom Candi Borobudur adalah sebagai tindakan balasan terhadap rezim Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto yang telah tega-teganya membunuhi umat Islam dalam peristiwa Tanjungpriok 1984.

Meskipun alasan terdakwa cenderung ngawur begitulah memang keadannya, dikatakan ngawur karena bagimana mungkin yang dituduh salah pemerintah muslim Orba sementara yang dijadikan sasaran amuk kemarahan justru Candi Budha yang tak ada sangkut pautnya dengan Rezim.

Jika merujuk pada keterangan Terdakwa (Abdulkadir), dapatlah dimengerti bahwa tindakan pengeboman Borobudur yang membuat porak poranda sebagain dari situs bersejarah itu adalah termotivasi dari kesewenang-wenangan Rezim Orba terhadap para pendemo aksi bela Islam 1984. Para Pendemo yang kala itu terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok Jakarta banyak yang meninggal akibat ditembaki tentara selaku pihak keamanan yang sudah muak dengan aksi anarkis pendemo.

Peristiwa Tanjung Priok 1984

Peristiwa Tanjung Priok 1984 dalam catatan sejarah buram dalam berbangsa dan bernegara memang menyakitkan, sebab banyak darah yang tertumpah dalam peristiwa ini. Pada tahun 1983, pemerintah Orde Baru dibawah kekuasaan Jendral Soeharto bersama MPR menetapkan Tap MPR No.II/1983 yang inti isinya berbunyi “Pancasila merupakan asas tunggal dalam bernegara”.

Tidak ada lagi asas Islam maupun Asas agama lainnya yang berlaku untuk organisasi, ormas, lembaga keagamaan dan lain sebagainya ketika Tap MPR No.II/1983 disahkan. Kebebasan untuk menetapkan asas termasuk didalamya asas Islam dalam mendirikan partai dan organisasi pada zaman Soekarno dibungkam pada masa ini.

Hal itulah yang memantik kemarahan sebagaian Umat Islam pada rezim Orde Baru. Mereka mengangap Rezim Orde Baru anti Islam. Dari itulah sebagian umat Islam, terutamanya yang bergaris keras, menentang keputusan itu, mereka menggunakan mimbar masjid-masjid mereka sebagai tempat orasi untuk menentang Orba dan kebijakan Pancasilanya itu.

Masalah menjadi gawat, ketika dalam suatu waktu tentara terlibat adu jotos dengan pengurus Masjid di Tanjung Priok.Pada mulanya pengurus Masjid itu memprofokasi masa dengan memasang Pamflet dan menyuarakan aksi melalui ceramah yang isinya  menentang kebijakan asal tunggal pancasila.

Dalam peristiwa ini beberapa pengurus Masjid diseret kepenjara. Perlakuan tentara terhadap pengurus masjid itu kemudian memantik demo besar-besaran.

Dalam tuntutannya, pendemo menghendaki agar pengurus masjid dibebaskan dari penjara, serta meminta agar negara menghapuskan kebijakan asas tunggal pancasila dalam bernegara. Tapi rupanya tuntutan para pendemo itu tidak digubris Rezim, mereka justru ditembaki tampa ampun, dikejar dan ditangkap. Banyak nyawa yang melayang waktu itu.
Peristiwa Tanjung Priok 1984

Puncak Aksi Pengeboman Borobudur

Peristiwa penembakan, penangkapan dan perburuan pada para aktifis Tanjung Priok 1984 itu rupanya yang membuat kelompok Zihad pimpinan "Ibrahim" alias Mohammad Jawad alias "Kresna" melakukan aksi balasan dan perlawanan terhadap Rezim. Ibrahim merekrut beberapa anggota untuk melakukan teror pengeboman di Indonesia. Salah satu anggota Jihadis pimpinan Ibrahim itu adalah Abdulkadir.

Dalam kaitannya dengan Pengebomam di Candi Borobudur,  Pada mulanya Abdulkadir beserta tiga kawan lainnya, diajak oleh Ibrahim untuk "berkemah" ke Candi Borobudur sebelum kemudian dibujuk olehnya untuk mengebom candi budha terbesar didunia tersebut.

Dalam peristiwa itu sebenarnya Abdulkadir bukanlah seorang profesional karena menurut pengakuannya dia tidak mengetahui secara mendalam mengenai seluk beluk sebuah bom. Ia hanya menuruti  perintah Ibrahim dan rekannya.

Setelah menyetujui perintah Ibrahim, mereka kemudian diberikan sejumlah bom waktu rakitan yang telah dirakit secara rapi. Sementara yang menyediakan Bom adalah Ibrahim sendi, oleh karena itu Ibrohim adalah satu-satunya orang yang merakit bom-bom tersebut.

Bahan bom terbuat dari trinitrotoluena (TNT) tipe batangan PE 808 / tipe produksi Dahana. Tiap bom rakitan terdiri dari dua batang dinamit yang dipilin dengan selotip. Abdulkadir dan pelaku yang lain kemudian hanya tinggal memasangnya di dalam stupa dan memencet tombol berupa tombol arloji untuk mengaktifkan bom waktu tersebut.
Dampak Pemboman 1985
Setelah dirasa siap kemudian mereka menekan tombol  alroji  dari kejahuan, maka kemudian ledakan terdengar dengan dahsyat, stupa yang dipasangi berantakan menjadi puing. Selepas kejadian itu pelaku kemudian kabur.

Penangkapan Pelaku Pengeboman

Selepas kejadian, Pemerintah kemudian mengejar pelaku Pengeboman melalui berbagai cara, hingga akhirnya pemerintah kemudian dapat menangkap dua dari tiga orang yang dituduh sebagai pelaku pengeboman, diantara yang dapat ditangkap itu adalah Abdulkadir, dan Husein keduanya kakak beradik dari Ali Alhabsyi, seorang keluarga tersohor dari Jakarta dari kalangan Habib.

Setelah melalui persidangan Husen akhirnya diputuskan dipenjara seumur hidup sementara Abdul Kadir dipenjara selama 20 tahun. Hingga kini Ib Rahim alias  Mohammad Jawad alias Kresna yang dianggap sebagai dalam pengeboman masih belum tertangkap, ia menghilang bak ditelan bumi, keberadaanya masih menjadi misteri.

Baca Juga: Pristiwa Tanjung Priok 1984, Aksi Bela Islam Zaman Orde Baru

Belum ada Komentar untuk "Tagedi Bom Borobudur 1985"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel