Jaka Tingkir Dipecat Dari Tentara Hingga Menjadi Mantu Sultan Demak
Senin, 04 Februari 2019
Tulis Komentar
Jaka Tingkir atau Hadiwijaya yang kelak menjadi Sultan Pajang itu memulai karir di pemerintahan dengan menjadi Tentara dikesultanan Demak. Karir Jaka Tingkir melesat selepas ia diangkat menantu oleh Sultan Trenggono, ia diberi jabatan sebagai Gubernur (Adipati) di Pajang.
Pada saat menjadi tentara Kesultanan Demak, Jaka Tingkir dikenal sebagai Prajurit tampan yang pandai bermain silat, selain itu ia juga dikenal cerdas dan mudah bergaul. Kecerdasan dan kepandaian Jaka Tingkir dalam bermain silat yang ditopang dengan kepandaianya dalam bergaul ini kemudian menarik hati Sultan Trenggono untuk mengangkatnya sebagai Prajurit kerajaan dengan pangkat lurah wiratamtama.
Lurah Wiratamtama dalam tingkatan Keprajuritan Demak ini dikenal sebagai kepala satuan Prajurit yang salah satu tugas pokonya melatih dan menyelesksi calon prajurit Demak yang baru.
Sebelum menjadi tentara Demak, sebenarnya Jaka Tingkir bekerja sebagai Marbot/Pengurus Masjid Agung Demak, sebab pada mulanya ia datang ke Demak menumpang di rumah Kyai Gandamustaka yaitu saudara Nyi Ageng Tingkir yang menjadi perawat Masjid Demak, pada waktu itu Kyai Gandamustaka berpangkat Lurah Ganjur.
Bermula dari seorang Marbot Masjid yang rajin, dan pandai bergaul dibarengi dengan keahlian silat yang dimilikinya Jaka Tingkir direkomendasikan oleh orang-orang yang suka padanya untuk diangkat menjadi Prajurit. Selepas Sultan Trenggono mendapatkan laporan itu Sang Sultan dikisahkan tertarik pada Jaka Tingkir, dari itulah kemudian ia diangkat menjadi lurah wiratamtama oleh Sultan.
Pada saat menjadi Prajurit Demak, Jaka Tingkir menunjukan prestasinya, namun karena terlibat dalam suatu kasus yang dianggap mencoreng kewibawaan kesultanan Demak Jaka Tingkir kemudian dipecat dari Tentara.
Babad tanah Jawi maupun Babad Jaka Tingkir mengabarkan bahwa sebab-sebab dipecatnya Jaka Tingkir sebagai kesatuan tentara demak karena dianggap keterlaluan dalam melatih tentara, waktu itu ia membunuh Dadungawuk, seorang yang hendak melamar menjadi tentara Demak.
Dadungawuk dikisahkan pada saat melamar menjadi tentara Demak terlihat sombong dan menunjukan kesaktianya agar supaya diterima sebagai Prajurit Demak. Sebagai seorang Lurah Wiratamtama yang salah satu tugasnya menyeleksi Prajurit baru, Jaka Tingkir merasa tersinggung, sehingga ia akhirnya bertarung dengan Dadungawuk, dalam pertarungan ini Dadungawuk dikisahkan terbunuh.
Tragedi terbunuhnya Dadungawuk dalam sleksi penerimaan tentara di Kesultanan Demak ini dianggap mencoreng citra Kesultanan dari itulah Sultan Trenggono kemudian memecat Jaka Tingkir.
Selain sebab-sebab dipecatnya Jaka Tingkir dari tentara karena membunuh Dadungawuk, ada juga yang berasumsi bahwa, Jaka Tingkir dipecat semata-mata bukan karena itu saja, melainkan juga karena bermain cinta dengan putri Sultan Demak, begitulah desas-desunya.
Selepas Jaka Tingkir dipecat dari kesatuan tentara Demak, ia kemudian merantau ke beberapa tempat, dalam perantauannya itu, ia kemudian menyusun rencana agar supaya kembali lagi diangkat menjadi tentara di Kesultanan Demak.
Jaka Tingkir menyusun rencana membahayakan, ia bergabung bersama orang-orang yang ingin memberontak kepada Kesultanan Demak. Ia ikut terlibat dalam upaya Pemberontakan itu. Akan tetapi ketika upaya pemberontakan itu telah disusun dengan matang dan ditentukan pelaksanaannya. Jaka Tingkir rupanya membocorkan upaya pemberontakan itu.
Laporan Jaka Tingkir mengenai upaya pemberontakan itu kemudian menarik hati Sultan Trenggono untuk mengangkatnya kembali menjadi Prajurit demak. Jaka Tingkir kemudian dipercaya menumpas pemberontakan. Penumpasan itu kelak ia laksanakan dengan sukses.
Suksesnya Jaka Tingkir dalam meadamkan pemberontakan yang sebetulnya ia ketahui itu pada akhirnya melambungkan karinya, ia diangkat mantu oleh Sultan Trenggono, ia dikawinkan dengan Putri Sultan Trenggono, kekasihnya sendiri.
Kisah menganai teknik Jaka Tingkir untuk mendapatkan hati Sultan Trenggono melalui konspirasi pemberontakan itu dikisahkan dalam babad tanah Jawi secara samar-samar, sebab dalam naskah itu mengishkan peristiwa itu dengan penuh kiasan.
Jaka Tingkir digambarkan melepas seekor kerbau gila yang sudah diberi mantra. Kerbau itu mengamuk menyerang Sultan Trenggano sekeluarga yang kala itu sedang berwisata di Gunung Prawoto dalam tragedy itu tidak ada prajurit yang mampu melukainya. Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Sultan Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi lurah wiratamtama dan kemudian mengangkatnya sebagai menantu.
Baca Juga: Kala Putri Jaka Tingkir Kepergok Mesum Di Kaputeren
Pada saat menjadi tentara Kesultanan Demak, Jaka Tingkir dikenal sebagai Prajurit tampan yang pandai bermain silat, selain itu ia juga dikenal cerdas dan mudah bergaul. Kecerdasan dan kepandaian Jaka Tingkir dalam bermain silat yang ditopang dengan kepandaianya dalam bergaul ini kemudian menarik hati Sultan Trenggono untuk mengangkatnya sebagai Prajurit kerajaan dengan pangkat lurah wiratamtama.
Lurah Wiratamtama dalam tingkatan Keprajuritan Demak ini dikenal sebagai kepala satuan Prajurit yang salah satu tugas pokonya melatih dan menyelesksi calon prajurit Demak yang baru.
Sebelum menjadi tentara Demak, sebenarnya Jaka Tingkir bekerja sebagai Marbot/Pengurus Masjid Agung Demak, sebab pada mulanya ia datang ke Demak menumpang di rumah Kyai Gandamustaka yaitu saudara Nyi Ageng Tingkir yang menjadi perawat Masjid Demak, pada waktu itu Kyai Gandamustaka berpangkat Lurah Ganjur.
Bermula dari seorang Marbot Masjid yang rajin, dan pandai bergaul dibarengi dengan keahlian silat yang dimilikinya Jaka Tingkir direkomendasikan oleh orang-orang yang suka padanya untuk diangkat menjadi Prajurit. Selepas Sultan Trenggono mendapatkan laporan itu Sang Sultan dikisahkan tertarik pada Jaka Tingkir, dari itulah kemudian ia diangkat menjadi lurah wiratamtama oleh Sultan.
Pada saat menjadi Prajurit Demak, Jaka Tingkir menunjukan prestasinya, namun karena terlibat dalam suatu kasus yang dianggap mencoreng kewibawaan kesultanan Demak Jaka Tingkir kemudian dipecat dari Tentara.
Babad tanah Jawi maupun Babad Jaka Tingkir mengabarkan bahwa sebab-sebab dipecatnya Jaka Tingkir sebagai kesatuan tentara demak karena dianggap keterlaluan dalam melatih tentara, waktu itu ia membunuh Dadungawuk, seorang yang hendak melamar menjadi tentara Demak.
Dadungawuk dikisahkan pada saat melamar menjadi tentara Demak terlihat sombong dan menunjukan kesaktianya agar supaya diterima sebagai Prajurit Demak. Sebagai seorang Lurah Wiratamtama yang salah satu tugasnya menyeleksi Prajurit baru, Jaka Tingkir merasa tersinggung, sehingga ia akhirnya bertarung dengan Dadungawuk, dalam pertarungan ini Dadungawuk dikisahkan terbunuh.
Tragedi terbunuhnya Dadungawuk dalam sleksi penerimaan tentara di Kesultanan Demak ini dianggap mencoreng citra Kesultanan dari itulah Sultan Trenggono kemudian memecat Jaka Tingkir.
Selain sebab-sebab dipecatnya Jaka Tingkir dari tentara karena membunuh Dadungawuk, ada juga yang berasumsi bahwa, Jaka Tingkir dipecat semata-mata bukan karena itu saja, melainkan juga karena bermain cinta dengan putri Sultan Demak, begitulah desas-desunya.
Selepas Jaka Tingkir dipecat dari kesatuan tentara Demak, ia kemudian merantau ke beberapa tempat, dalam perantauannya itu, ia kemudian menyusun rencana agar supaya kembali lagi diangkat menjadi tentara di Kesultanan Demak.
Jaka Tingkir menyusun rencana membahayakan, ia bergabung bersama orang-orang yang ingin memberontak kepada Kesultanan Demak. Ia ikut terlibat dalam upaya Pemberontakan itu. Akan tetapi ketika upaya pemberontakan itu telah disusun dengan matang dan ditentukan pelaksanaannya. Jaka Tingkir rupanya membocorkan upaya pemberontakan itu.
Laporan Jaka Tingkir mengenai upaya pemberontakan itu kemudian menarik hati Sultan Trenggono untuk mengangkatnya kembali menjadi Prajurit demak. Jaka Tingkir kemudian dipercaya menumpas pemberontakan. Penumpasan itu kelak ia laksanakan dengan sukses.
Suksesnya Jaka Tingkir dalam meadamkan pemberontakan yang sebetulnya ia ketahui itu pada akhirnya melambungkan karinya, ia diangkat mantu oleh Sultan Trenggono, ia dikawinkan dengan Putri Sultan Trenggono, kekasihnya sendiri.
Kisah menganai teknik Jaka Tingkir untuk mendapatkan hati Sultan Trenggono melalui konspirasi pemberontakan itu dikisahkan dalam babad tanah Jawi secara samar-samar, sebab dalam naskah itu mengishkan peristiwa itu dengan penuh kiasan.
Jaka Tingkir digambarkan melepas seekor kerbau gila yang sudah diberi mantra. Kerbau itu mengamuk menyerang Sultan Trenggano sekeluarga yang kala itu sedang berwisata di Gunung Prawoto dalam tragedy itu tidak ada prajurit yang mampu melukainya. Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Sultan Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi lurah wiratamtama dan kemudian mengangkatnya sebagai menantu.
Baca Juga: Kala Putri Jaka Tingkir Kepergok Mesum Di Kaputeren
Belum ada Komentar untuk "Jaka Tingkir Dipecat Dari Tentara Hingga Menjadi Mantu Sultan Demak"
Posting Komentar