Keragu-Raguan Ilmuan Belanda Terhadap Ketokohan Ken Arok

KEN AROK- Perdebatan seputar tokoh Ken Arok apakah fakta atau fiksi memang selalu hangat diperbincangkan, namun ada sisi yang terbalik-balik, yaitu dipahami terbalik oleh para penikmat sejarah, mereka menganggap Tokoh Ken Arok sekaligus Pararatonnya adalah cerita dan Naskah yang dibuat-buat Belanda, padahal sejatinya justru Ilmuan dan Arkeolog Belanda lah yang mula-mula menolak eksistensi Ken Arok dan Pararatonnya sebagai tokoh dan teks sejarah.

Sementara pihak yang menerima kisah Ken Arok dan Pararatonnya sebagai Tokoh dan teks Sejarah justru para Sejarawan pribumi yang dilegitimasi oleh pemerintah Indonesia sendiri. Maka dengan demikian orang-orang yang tidak mengakui ketokohan Ken Arok dan Pararatonnya sebagai fakta sejarah sejatinya adalah para Pengikut Ilmuan Belanda, bukan sebaliknya. Tapi Nasib mantan penjajah memang sial, selalu dituduh yang tidak-tidak.

Diantara Ilmuan Sejarah dari Belanda yang mula-mula menolak ketokohan Ken Arok sebagai fakta sejarah adalah  C.C Berg, ilmuan ini menanggap bahwa “ Ken Arok bukan tokoh Sejarah, dan Pararaton adalah sebuah teks yang supranatural dan a historis” , begitulah pernyataan C.C Breg yang dikutip oleh Abimayu (2017:190) dalam bukunya Babad Tanah Jawi.

Keragu-raguan Ilmuan Belanda itu didsarkan pada data-data pembanding yang tidak sama sekali menyebutkan tokoh Ken Arok sebagai tokoh pendiri Singasari. Sebagaimana dalam bukti sejarah lainnya, yaitu dalam Prasasti Mula Malurung disebutkan bahwa “ Pendiri Singasari [Tumapel] adalah Bhatara Siwa yang disebut sebagai aki/kakek dari Sri Nararaya Seminingrat”.

Selain itu dalam pembanding lainnya, sebagaimana yang tercatat dalam Negara Kertagama, pendiri Singsari disebut sebagai “Sang Hyang Girinathaputra yang selepas mengalahkan Sri Kertajaya dari Kediri kemudian digelari Sri Ranggah Rajasa”.

Satu Prasasti dan Satu Naskah yang zaman pembuatannya dianggap lebih dekat dengan masa hidup pendiri Singsari itu nyatanya tidak sama sekali menyebutkan Nama Ken Arok sebagai nama Pendiri Singsari, hal  inilah yang belakangan memunculkan hipotesis dari Sejarawan Belanda itu bahwa nama “Ken Arok” itu adalah nama fiksi yang dibuat-buat penulis Pararaton.

Menanggapi hal itu, sebenarnya penulis sendiri bingung, meskipun disisi lain menahan mules. Tapi pendapat dan hipotesis semacam itu diungkapkan oleh pakar dalam bidangnya, Ilmuan Sejarah Belanda.  Yang tentunya lebih luas ilmunya dibandingkan penulis.
KEN AROK
Ilustrasi
Dari munculnya anggapan bahwa nama “Ken Arok” sebagai nama fiksi yang dibuat-buat oleh pencipta Pararaton inilah kemudian menjalar pemikiran liar yang berusaha mencari-cari mengenai maksud dan arti dari kata Ken dan Arok.

Pada umumnya orang-orang yang berpikiran liar itu menduga-duga bahwa kata “Ken” itu katanya bermakna “Kain” sementara “Arok” itu bermakna “Suka Bertarung/Petarung” sehingga dengan demikian Ken Arok itu bermaksud seorang pembesar yang dahulunya suka berkelahi.

Menurut anggapan orang-orang model ini julukan Kain/Ken jaman itu perlambang bahwa yang bersangkutan adalah bukan seorang biasa, melainkan bangsawan, karena ciri bangsawan waktu itu adalah berpakaian, tidak sebagaimana jelata yang pada umumnya cenderung hampir bugil.

Makna kata “Ken” dan “Arok” sebagaimana yang dipaparkan di atas jangan anda kira sebagai bahasa Jawa Kuno/Sansekerta  sebab kedua kata tersebut, baik kata “Ken” maupun kata “Arok/Angrok” tidak dapat anda jumpai dalam entri bahasa Sansekerta maupun Jawa Kuno. Sekali lagi bahwa itu adalah anggapan liar yang seliar-liarnya.

Memahami dari penjelasan dia atas, maka kemudian dapat dimengerti bahwa ilmuan Belanda, salah satunya C.C Berg, semenjak dari dulu menganggap ketokohan Ken Arok adalah fiksi, bukan sebagai tokoh sejarah, bahkan mengangap seluruh teks Pararton a-Historis.

Sebaliknya Ilmuan Sejarah Indonesia, maksudnya para penulis buku-buku Sejarah yang bukunya disahkan sebagai bahan Ajar di sekolah-sekolah oleh pemerintah ternyata sebaliknya, mengangap bahwa ketokohan Ken Arok adalah Fakta Sejarah, hal ini dapat dibuktikan dari buku-buku pelajaran Sejarah yang beredar,  dimana didalamnya menjelaskan bahwa pendiri Singasari adalah seorang yang bernama Ken Arok.

Selain itu para Sejarawan Kubu ini juga masih mengangap Pararton sebagai teks sejarah, terbukti dari seringnya para Ilmuan dalam kelompok ini menggagung-agungkan kebesaran orang Nusantara dan Majapahitnya sebagaimana yang dikabarkan dalam Pararaton, yaitu mengenai sumpah Papalapa dan luasnya kekuasaan Majapahit  dan Singsari.

Kembali kepersoalan, bahwa sebenarnya nama “Ken Arok” tidak hanya terdapat dalam naskah pararton saja, dalam naskah lainnya pun ada juga yang menyebut-nyebut tokoh ini, salah satunya adalah Naskah “ Kidung Harsawijaya”.

Pada intinya polemik menganai ketokohan Ken Arok apakah fakta atau fiksi sepertinya akan tetap hangat, bahkan boleh jadi memanas, yang hanya bisa kita tunggu adalah adanya penemuan baru yang mengabarkan tentang tokoh ini. Namun yang paling penting lainnya adalah agar para pembaca dan penikmat sejarah jangan beranggapan terbalik-balik.

Baca Juga: Ken Arok Si Temon Dari Kediri

Belum ada Komentar untuk "Keragu-Raguan Ilmuan Belanda Terhadap Ketokohan Ken Arok"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel