Keruntuhan Kesultanaan Malaka Menurut Sumber Portugis
Jumat, 25 Januari 2019
1 Komentar
Keruntuhan kesultanan Malaka tidak hanya dikisahkan dalam sejarah Melayu saja, akan tetapi dikisahkan juga dalam beberapa catan sejarah yang berasal dari Portugis. Menurut Sumber Portugis, mereka merebut dan menghancurkan Kesultanan Melaka untuk kemudian menjajahnya karena Sultan Mahmud Syah menghianati perjanjian damai dengan Portugis. Pada mulanya Portugis tidak ada niatan sedikitpun untuk menjajah sebab bangsa Portugis adalah bangsa yang cinta damai. Begitu pengakuannya.
Kisah mengenai keruntuhan kesultanan Malaka dan sebab-sebab mengamuknya Portugis untuk kemudian menjajah Melaka dikisahkan dalam beberapa sumber sejarah Portugis, diantaranya Naskah Corpo Cronologio, Gavetas, Calecoa des Laurenco dan lain sebagainya.
Dalam sumber-sumber Portugis sebagaimana yang telah disebutkan di atas, disebutkan bahwa, pada 11 September 1509 Armada Portugis yang dpimpin oleh Diogo Lopes de Squera mendarat di Malaka. Ketika baru pertama kali mendarat orang-orang Portugis di temui oleh beberapa Kapten Kapal Cina dari 4 Kapal Jung.
Para Kapten Kapal Cina itu menawarkan persahabantan dengan orang-orang Potrugis, sambil mengabarkan kepada orang-orang Portugis, agar berhati-hati dalam melakukan Perjanjian dengan orang-orang Melayu, sebab menurut para Kapten Cina, "orang-orang Melayu dikenal sebagai penghianat-penghianat besar".
Nasehat dari para Kapten Cina pada mulanya tak dihiraukan oleh Diogo Lopes de Squera, Kapten Portugis itu tetap menjalankan misinya untuk membuka Kantor Dagang di Malaka, Ia kemudian meminta izin kepada Kerajaan Melaka untuk membuka kantor dagang di Malaka.
Selepas mendengar penjelasan Diogo Lopes de Squera mengenai tujuan kedatanganya ke Malaka, maka Sultan Mahmud Syah mengizinkan Portugis untuk membangun kantor Dagang di Malaka dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian perdagangan antara Portugis dan Kesultanan Malaka. Portugis kemudian menyewa tempat khusus yang dijadikan Kantor Dagang Portugis selanjutnya Portugis mengangkat Roy de Ajure sebagai Kepala Kantor Dagangnya.
Masuknya Pedagang Portugis ke Melaka membuat khawatir para pedagang yang terlebih dahulu berdagang di Malaka, mereka takut bisnis mereka tersaingi oleh Portugis, diantara yang merasa khawatir bisnisnya tersaingi adalah Sudagar Kaya Asal India (Ghuzarat) dan Saudagar kaya asal Jawa.
Saudagar Kaya Asal India dalam catatan Portugis bernama Nahodabeque ia merupakan Syah Bandar Malaka bagi orang-orang India. Sementara Sudagar Kaya asal Jawa bernama Utimuti Raja, tokoh Jawa ini dalam catatan Portugis disebut sebagai orang yang paling berpengaruh selepas Sultan Mahmud Syah, karena ia memiliki 6.000 Budak/Hamba Sahaya dan memiliki ribuan Askar Jawa di Melaka.
Dalam catatan Portugis, dengan kelicikannya, Sudagar asal India dan Jawa itu memprovokasi Sultan Mahmud Syah untuk membatalkan perjanjian perdagangan dengan Portugis. Kedua Saudagar itu memberitahukan kepada Sultan bahwa orang-orang Portugis datang ke Malaka untuk memata-matai Kota Melaka dan kemudian menjajahnya, sebab begitulah yang dilakukan Portugis ketika mereka menjajah India, pada mulanya berdagang, kemudian setelah kuat menjajah.
Nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja kepada Sultan Mahmud Syah ini membuat bimbang Sultan, Sultanpun kemudian mengumpulkan para Pembesar Kerajaan. Para Pembesar kerajaan terpecah menjadi dua kubu, ada yang mempercayai nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja ada pula yang tak mempercayainya.
Pembesar kerajaan yang mempercayai Nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja adalah Bendahara Kesultanan Malaka, sementara yang tak mempercayainya adalah Laksamana dan Tumenggung Malaka.
Melihat kondisi para pembesarnya yang terpecah menjadi dua, Sultan Mahmud bertambah-tambah bimbang, namun Sultan kemudian mengikuti Nasihat Bendaharanya, sebab Bendahara Kesultanan Melaka pada waktu itu dijabat oleh Pamannya sendiri.
Setelah Sultan dan Bendahara merasa yakin bahwa kedatangan Portugis ke Malaka untuk memata-matai Malaka dan menjajahnya, maka disusunlah rencana pembunuhan orang-orang Portugis.
Bendahara mengirimkan undangan melalui Kepala Dagang Portugis Roy de Ajure atas nama Sultan agar menyampaikan kepada Diogo Lopes de Squera yang kala itu tinggal di atas Kapal untuk mendaratkan kapalnya ke Pelabuhan Melaka. Sebab dalam surat itu dijelaskan bahwa Sultan ingin memberikan muatan hasil bumi untuk bekal orang-orang Portugis melanjutkan perjalanan.
Surat ajakan Sultan oleh Diogo Lopes de Squera tidak ditanggapi dengan curiga, ia pun mengirimkan kapal-kapalnya untuk didaratkan di pelabuhan karena akan mengangkut muatan. Meskipun demikian Diogo Lopes menyisakan satu Kapal yang agak jauh dari Pelabuhan, Kapal satu ini dilengkapi dengan meriam-meriam canggih untuk jaga-jaga apabila terjadi hal-hal yang buruk menimpanya.
Sementara disisi lain, Bendahara menugaskan para tentara Pembunuh untuk menyamar sebagai pengangkut hasil bumi, mereka menggunakan perahu-perahu kecil untuk mengirimkan dan memasukan hasil bumi itu ke kapal-kapal Portugis.
Diantara Para tentara Pembunuh yang menyamar salah satunya diipersiapkan untuk membunuh Diogo Lopes de Squera, dengann mengendap-endap mereka menaiki kapal. Pada saat yang bersamaan rupanya di atas kapal Diogo Lopes de Squera sedang bermain catur, pada saat bermain Catur inilah tentara pembunuh yang dipersiapkan untuk membunuh Diogo Lopes melancarkan aksinya, namun baru saja ia mencabut kerisnya, ia ketahuan oleh salah satu orang Portugis, ia berteriak dan memperingatkan Diogo, sehingga Diogo Lopes berdiri dan menghindar dari pembunuhan.
Terikan itu kemudian mengagetkan seluruh orang Portugis yang kala itu bersandar di Pelabuhan. Diogo Lopes de Squera kemudian memerintahkan armadanya untuk meninggalkan Pelabuhan sambil sesakali menembakan meriam. Para tentara ppembunuh yang berada didalam kapal kemudian melarikan diri, mereka melompat ke laut menuju perahu-perahu kecilnya.
Sebagian orang-orang Portugis yang masih tetap di atas kapal kemudian menyelamatkan diri dan menjauh pergi dari Melaka, sementara orang-orang Portugis yang sudah berada di darat dibunuh sisanya yang ada di Kota, yaitu orang-orang Portugis yang menempati Kantor Dagang ditahan oleh Kesultanan.
Rencana pembunuhan terhadap orang-orang Potrugis ini kemudian membuat marah Portugis, maka slepas itu hubungan Portugis dan Malaka memburuk, perjanjian perdamaian dan perdagangan keduanya pun secara otomatis menjadi batal.
Penghianatan dan pembatalan perjanjian oleh Kesultanan Melaka membuat Portugis murka, mereka mengirimkan armada perangnya untuk menaklukan Melaka. Armada perang ini dipimpin oleh Alfonso de Albuqueruqe.
Pada tanggal 1 Juli 1511, Armada tempur pimpinan Alfonso mendaratkan sauhnya di Melaka dan menembakan meriam peringatan. Pada waktu itu Sultan Mahmud Syah merasa terkejut, sebab serangan Portugis itu datang tiba-tiba, mengingat peristiwa pengusiran orang-orang Portugis di Melaka sudah terjadi tiga tahun yang lalu (1509).
Sultan Mahmud Syah kemudian mengirimkan Surat gencetan senjata dan permintaan maaf, dengan alasan peristiwa 2 tahun yang lalu bukan atas perintah dirinya, Sultan Melaka waktu itu mengkambing hitamkan pamannya, ia mengabarkan bahwa Bendaharalah yang dahulu melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Portugis, Sultan meyakinkan Alfonso bahwa ia tidak terlibat dalam peristiwa itu.
Mendapati surat permintaan maaf dan gencatan senjata dari Sultan, Afoso kemudian menerima permintaan maaf dari Sultan dan bersedia damai apabila Sultan memenuhi tuntutannya. Waktu itu Alfonso mengirimkan tuntutan kepada Kesultanan Maalaka tuntutan itu berbunyi;
“ Apabila hendak berdamai maka Sultan harus membayar ganti rugi sebanyak 3.00.000 Cruzado dan Sultan harus Menizinkan Portugis untuk Mendirikan Benteng (kubu) di Melaka, apabila tuntutan ini tidak dipenuhi maka Portugis menyatakan akan menaklukan Melaka”.
Tuntutan Portugis kemudian diterima oleh Sultan, di Istana Sultan bersama para Pembesar kerajaan kemudian merapatkan masalah itu. Dalam menanggapi permasalahan rupanya para pembesar Kesultanan terpecah menjadi dua golongan, ada yang menghendaki perang ada pula yang menghendaki damai dengan membayar denda dan memebrikan izin pembuatan banteng bagi Portugis.
Sementara disisi lain, Alfonso sudah tidak sabar lagi, selain itu ia juga dibisiki oleh para Penasehatnya bahwa Sultan Melaka tidak dapat dipercaya janjinya, oleh karena itu berdasarkan nasehat itu Alfonso kemudian menembakan meriam ke arah kubu-kubu pertahanan Melaka dan membakar perahu-perahu di Pelabuan Melaka, maka perang pun kemudian meletus.
Dalam upayaa menghadapi invaasi portugis, Sultan Melaka menyerahkan pimpinan perlawanan pada Putranya, perang dikisahkan berlangsung selama beberpa hari. Pada tanggal 15 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukan, semantara Sultan dan para pembesar kerajaan melarikan diri selepas Tentara Portugis memasuki Kota.
Begitulah kisah mengenai keruntuhan Kesultanan Malaka menurut sumber-sumber Portugis. Kisah lengkap mengenai Keruntuhan Kesultanan Melaka versi Portugis ini dapat anda baca pada jurnal dibawah ini;
Kisah mengenai keruntuhan kesultanan Malaka dan sebab-sebab mengamuknya Portugis untuk kemudian menjajah Melaka dikisahkan dalam beberapa sumber sejarah Portugis, diantaranya Naskah Corpo Cronologio, Gavetas, Calecoa des Laurenco dan lain sebagainya.
Dalam sumber-sumber Portugis sebagaimana yang telah disebutkan di atas, disebutkan bahwa, pada 11 September 1509 Armada Portugis yang dpimpin oleh Diogo Lopes de Squera mendarat di Malaka. Ketika baru pertama kali mendarat orang-orang Portugis di temui oleh beberapa Kapten Kapal Cina dari 4 Kapal Jung.
Para Kapten Kapal Cina itu menawarkan persahabantan dengan orang-orang Potrugis, sambil mengabarkan kepada orang-orang Portugis, agar berhati-hati dalam melakukan Perjanjian dengan orang-orang Melayu, sebab menurut para Kapten Cina, "orang-orang Melayu dikenal sebagai penghianat-penghianat besar".
Nasehat dari para Kapten Cina pada mulanya tak dihiraukan oleh Diogo Lopes de Squera, Kapten Portugis itu tetap menjalankan misinya untuk membuka Kantor Dagang di Malaka, Ia kemudian meminta izin kepada Kerajaan Melaka untuk membuka kantor dagang di Malaka.
Selepas mendengar penjelasan Diogo Lopes de Squera mengenai tujuan kedatanganya ke Malaka, maka Sultan Mahmud Syah mengizinkan Portugis untuk membangun kantor Dagang di Malaka dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian perdagangan antara Portugis dan Kesultanan Malaka. Portugis kemudian menyewa tempat khusus yang dijadikan Kantor Dagang Portugis selanjutnya Portugis mengangkat Roy de Ajure sebagai Kepala Kantor Dagangnya.
Masuknya Pedagang Portugis ke Melaka membuat khawatir para pedagang yang terlebih dahulu berdagang di Malaka, mereka takut bisnis mereka tersaingi oleh Portugis, diantara yang merasa khawatir bisnisnya tersaingi adalah Sudagar Kaya Asal India (Ghuzarat) dan Saudagar kaya asal Jawa.
Saudagar Kaya Asal India dalam catatan Portugis bernama Nahodabeque ia merupakan Syah Bandar Malaka bagi orang-orang India. Sementara Sudagar Kaya asal Jawa bernama Utimuti Raja, tokoh Jawa ini dalam catatan Portugis disebut sebagai orang yang paling berpengaruh selepas Sultan Mahmud Syah, karena ia memiliki 6.000 Budak/Hamba Sahaya dan memiliki ribuan Askar Jawa di Melaka.
Dalam catatan Portugis, dengan kelicikannya, Sudagar asal India dan Jawa itu memprovokasi Sultan Mahmud Syah untuk membatalkan perjanjian perdagangan dengan Portugis. Kedua Saudagar itu memberitahukan kepada Sultan bahwa orang-orang Portugis datang ke Malaka untuk memata-matai Kota Melaka dan kemudian menjajahnya, sebab begitulah yang dilakukan Portugis ketika mereka menjajah India, pada mulanya berdagang, kemudian setelah kuat menjajah.
Nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja kepada Sultan Mahmud Syah ini membuat bimbang Sultan, Sultanpun kemudian mengumpulkan para Pembesar Kerajaan. Para Pembesar kerajaan terpecah menjadi dua kubu, ada yang mempercayai nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja ada pula yang tak mempercayainya.
Pembesar kerajaan yang mempercayai Nasehat Nahodabeque dan Utimuti Raja adalah Bendahara Kesultanan Malaka, sementara yang tak mempercayainya adalah Laksamana dan Tumenggung Malaka.
Melihat kondisi para pembesarnya yang terpecah menjadi dua, Sultan Mahmud bertambah-tambah bimbang, namun Sultan kemudian mengikuti Nasihat Bendaharanya, sebab Bendahara Kesultanan Melaka pada waktu itu dijabat oleh Pamannya sendiri.
Setelah Sultan dan Bendahara merasa yakin bahwa kedatangan Portugis ke Malaka untuk memata-matai Malaka dan menjajahnya, maka disusunlah rencana pembunuhan orang-orang Portugis.
Bendahara mengirimkan undangan melalui Kepala Dagang Portugis Roy de Ajure atas nama Sultan agar menyampaikan kepada Diogo Lopes de Squera yang kala itu tinggal di atas Kapal untuk mendaratkan kapalnya ke Pelabuhan Melaka. Sebab dalam surat itu dijelaskan bahwa Sultan ingin memberikan muatan hasil bumi untuk bekal orang-orang Portugis melanjutkan perjalanan.
Surat ajakan Sultan oleh Diogo Lopes de Squera tidak ditanggapi dengan curiga, ia pun mengirimkan kapal-kapalnya untuk didaratkan di pelabuhan karena akan mengangkut muatan. Meskipun demikian Diogo Lopes menyisakan satu Kapal yang agak jauh dari Pelabuhan, Kapal satu ini dilengkapi dengan meriam-meriam canggih untuk jaga-jaga apabila terjadi hal-hal yang buruk menimpanya.
Sementara disisi lain, Bendahara menugaskan para tentara Pembunuh untuk menyamar sebagai pengangkut hasil bumi, mereka menggunakan perahu-perahu kecil untuk mengirimkan dan memasukan hasil bumi itu ke kapal-kapal Portugis.
Diantara Para tentara Pembunuh yang menyamar salah satunya diipersiapkan untuk membunuh Diogo Lopes de Squera, dengann mengendap-endap mereka menaiki kapal. Pada saat yang bersamaan rupanya di atas kapal Diogo Lopes de Squera sedang bermain catur, pada saat bermain Catur inilah tentara pembunuh yang dipersiapkan untuk membunuh Diogo Lopes melancarkan aksinya, namun baru saja ia mencabut kerisnya, ia ketahuan oleh salah satu orang Portugis, ia berteriak dan memperingatkan Diogo, sehingga Diogo Lopes berdiri dan menghindar dari pembunuhan.
Terikan itu kemudian mengagetkan seluruh orang Portugis yang kala itu bersandar di Pelabuhan. Diogo Lopes de Squera kemudian memerintahkan armadanya untuk meninggalkan Pelabuhan sambil sesakali menembakan meriam. Para tentara ppembunuh yang berada didalam kapal kemudian melarikan diri, mereka melompat ke laut menuju perahu-perahu kecilnya.
Sebagian orang-orang Portugis yang masih tetap di atas kapal kemudian menyelamatkan diri dan menjauh pergi dari Melaka, sementara orang-orang Portugis yang sudah berada di darat dibunuh sisanya yang ada di Kota, yaitu orang-orang Portugis yang menempati Kantor Dagang ditahan oleh Kesultanan.
Rencana pembunuhan terhadap orang-orang Potrugis ini kemudian membuat marah Portugis, maka slepas itu hubungan Portugis dan Malaka memburuk, perjanjian perdamaian dan perdagangan keduanya pun secara otomatis menjadi batal.
Penghianatan dan pembatalan perjanjian oleh Kesultanan Melaka membuat Portugis murka, mereka mengirimkan armada perangnya untuk menaklukan Melaka. Armada perang ini dipimpin oleh Alfonso de Albuqueruqe.
Pada tanggal 1 Juli 1511, Armada tempur pimpinan Alfonso mendaratkan sauhnya di Melaka dan menembakan meriam peringatan. Pada waktu itu Sultan Mahmud Syah merasa terkejut, sebab serangan Portugis itu datang tiba-tiba, mengingat peristiwa pengusiran orang-orang Portugis di Melaka sudah terjadi tiga tahun yang lalu (1509).
Sultan Mahmud Syah kemudian mengirimkan Surat gencetan senjata dan permintaan maaf, dengan alasan peristiwa 2 tahun yang lalu bukan atas perintah dirinya, Sultan Melaka waktu itu mengkambing hitamkan pamannya, ia mengabarkan bahwa Bendaharalah yang dahulu melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Portugis, Sultan meyakinkan Alfonso bahwa ia tidak terlibat dalam peristiwa itu.
Mendapati surat permintaan maaf dan gencatan senjata dari Sultan, Afoso kemudian menerima permintaan maaf dari Sultan dan bersedia damai apabila Sultan memenuhi tuntutannya. Waktu itu Alfonso mengirimkan tuntutan kepada Kesultanan Maalaka tuntutan itu berbunyi;
“ Apabila hendak berdamai maka Sultan harus membayar ganti rugi sebanyak 3.00.000 Cruzado dan Sultan harus Menizinkan Portugis untuk Mendirikan Benteng (kubu) di Melaka, apabila tuntutan ini tidak dipenuhi maka Portugis menyatakan akan menaklukan Melaka”.
Tuntutan Portugis kemudian diterima oleh Sultan, di Istana Sultan bersama para Pembesar kerajaan kemudian merapatkan masalah itu. Dalam menanggapi permasalahan rupanya para pembesar Kesultanan terpecah menjadi dua golongan, ada yang menghendaki perang ada pula yang menghendaki damai dengan membayar denda dan memebrikan izin pembuatan banteng bagi Portugis.
Sementara disisi lain, Alfonso sudah tidak sabar lagi, selain itu ia juga dibisiki oleh para Penasehatnya bahwa Sultan Melaka tidak dapat dipercaya janjinya, oleh karena itu berdasarkan nasehat itu Alfonso kemudian menembakan meriam ke arah kubu-kubu pertahanan Melaka dan membakar perahu-perahu di Pelabuan Melaka, maka perang pun kemudian meletus.
Dalam upayaa menghadapi invaasi portugis, Sultan Melaka menyerahkan pimpinan perlawanan pada Putranya, perang dikisahkan berlangsung selama beberpa hari. Pada tanggal 15 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukan, semantara Sultan dan para pembesar kerajaan melarikan diri selepas Tentara Portugis memasuki Kota.
Begitulah kisah mengenai keruntuhan Kesultanan Malaka menurut sumber-sumber Portugis. Kisah lengkap mengenai Keruntuhan Kesultanan Melaka versi Portugis ini dapat anda baca pada jurnal dibawah ini;
Jahanamlah kau protugis memang pandai kau membalik fakta.
BalasHapus