Nama-nama Wali Songo Beserta Sejarahnya

Nama-nama Wali Songo, kadang bagi orang-orang tertentu membingungkan, mengingat namanya ini banyak, ada nama julukan, nama kecil, nama penobatan dan lain sebagainya, oleh karena itu, dalam artikel ini akan disuguhkan nama-nama Wali Songo disertai dengan sejarah singkatnya. Agar pembaca lebih memahami secara utuh siapa nama dan bagaimana sejarah Wali Songo, berikut kami jelaskan satu persatu dimulai dari Wali paling tua dan berasal dari timur pulau Jawa.



Sunan Gersik

Sunan Gersik atau juga dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim dipercayai bernama asli Makdum Ibrahim As-Samarkandy. Beliau diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada awal abad ke empat belas masehi. Selain itu beliau juga disebut  Syekh Magribi atau Jumadil Kubra.

Akan tetapi, masyarakat Jawa mengenalnya dengan nama Sunan Gresik, karena memang dakwah beliau ini di daerah Gersik Jawa Timur. Sunan Gersik bersaudara denagan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudera Pasai. Pada sekitar tahun 1392 Masehi Sunan Gresik hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Daerah yang pertama kali disinggahinya adalah desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo,sekarang adalah daerah Leran kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur, kegiatan yang  pertama yang di lakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung yang Ibrahim juga membuka pengobatan secara gratis kepada masyarakat sekitar.

Maulan Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam.Ia merangkul masyarakat bawah yang disisihkan dalam kasta agama Hindu.Beliau pun segera mendapatkan tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Setelah pengikutnya banyak,kemubeliaun beliau mendirikan pesantren di Leran, yang merupakan pesanren pertama di Indonesia. Beliau mengajarkan ajaran Islam dengan cara-cara yang mudah diterima masyarakat.Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 Masehi. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah putera tertua Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Pada masa kecilnya,ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada tahun 1401 Masehi. Dinamai Sunan Ampel karena dai tinggal dan mengajarkan agama islam di daerah Ampel atau Ampel Denta, sekarang kota Wonokromo,Surabaya.

Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 Masehi. Sebelum ke Jawa. beliau singgah terlebih dahulu di Plembang. Setelah tiga tahun di Palembang,ia pergi ke daerah Gresik dan dilanjutkan ke Majapahit.Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban.

Dari perkawinannya itu, ia dikaruniai beberapa putra dan putri. Diantara yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonangdan Sunan Draja. Sunan Ampel sangat perperan dalam mendirikan kerajaan Islam Demak, yaitu kerajaan Islam pertamam di Jawa. Beliau pula yang mengangkat muridnya yang bernama Raden Patah, putra Prabu Brawijaya V Raja Majapahit waktu itu,untuk menjadi Sultan Demak pertama tahun 1475 Masehi.

Di Ampel Denta,beliau membangun dan mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan abad 15, persantren tersebut menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh di Nusantara bahkan mancanegara. Diantara para santrinya yang terkenal adalah Sunan Giri dan Raden Patah.

Para santrinya disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Dalam pengajarannya, beliau sangat menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Sunan Ampel wafat diperkirakan pada tahun 1481M di Demak dan di makamkan di sebelah barat masjid ampel.

Sunan Giri

Pada waktu Sunan Ampel masih hidup,di daerah Gresik ada pula seorang ulama terkenal yang menyebarkan agama Islam, Sunan Giri. Nama kecilnya adalah Jaka Samudera. Ayahnya bernama Ishak berasal dari Pasai dan Ibunya bernama Sekardadu,putri dari Raja Blambangan,Jawa Timur.

Ketika Maulana Ishak pergi ke Pasai dan tidak kmbali lagi ke tanah Jawa, Jaka Samudera diasuh dan dijadikan anak angkat oleh Nyi Gede Maloka (Nyi Gede Pinatih),seorang janda kaya raya. Menjelang dewasa, Jaka Samudera pergi berguru kepada Sunan Ampel.Di sana Jaka Smudera bersahabat dengan Maulan Makdum Ibrahim,putra-putra Sunan Ampel dengan nama Raden Paku.

Jasa Sunan Giri dalam mengembangkan agama Islam di Nusantara sangat besar.Semasa hidupnya beliau banyak mengirimkan murid-muridnya kekalangan pedangang dan para nelayan.

Dalam dakwanya,Sunan Giri menciptakan gending Asmara Dana dan  Pucung. Sunan Giri juga terkenal sebagai seorang ahli pendidik bagi anak-anak. Dalam mendidik anak-anak,beliau menggunakan cara permainan yang berjiwa agama, seperti  cublak-ublak suweng, jamuran, ilir-ilir, dan sebagainya. Setelah wafat,beliau dimakamkan di atas bukit Giri di daerah Gresik, Jawa Timur

Sunan Bonang

Nama kecil Sunan Bonang adalah Raden Makdum Ibrahim.Ia adalah putera Sunan Ampel yang lahir tahun 1465 Masehi. Ibunya bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang adapati Tuban. Sunan Bonang belajar agama di pesantren ayahnya di Ampel Denta.

Setelah cukup dewasa, ia berdakwah di Kediri,yang mayoritas masyarakatnya beraga Hindu. Sunan Bonang kemudian menetap di Bonang,yaitu sebuah desa kecil di Lasem dekat Rembang, Jawa Tengah.

Di desa itu ia membangun pesantren yang kini di kenal dengan nama Watu Layar. Sunan Bonang dikenal pula sebagai imam resmi pertama kesultanan Demak,dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi.

Ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran agama dengan kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bekerja dengan murid utamanya, yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan adat Hindu, dengan bernuansa baru yang islami.

Dalam dakwahnya, Sunan Bonang juga terkenal sebagai dalang yang pandai menggubah cerita pewayangan dengan memasukan ajaran agama islam.Sunan Bonang meninggal di Pulau Bawean pada 1525 Masehi dan jenazahnyadimakamkan di Tuban,disebelah barat Mesjid Agung.

Sunan Drajat

Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qasim dan bergelar Raden Syarifuddin. Ia putra dari Sunan Ampel yang terkenal sangat cerdas. Ia lahir pada tahun 1 470  Masehi dan bersaudara dengan Sunan Bonang.Beliau terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial bagi masyarakatnya, baru memberikan pemahaman ajaran Islam.

Ajarannya lebih menekankan kepada kerja keras, kedermawan untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan kemakmuran bagi seluruh masyarakat.

Sunan Drajat memberi contoh serta mengajurkan kepada rakyat agar memiliki jiwa sosial. Ia juga mengajurkan rakyat agar suka menolong kepada fakir miskinyang mengalami penderitaan dan kesemmpitan. Hal itu yang selalu beliau tekankan kepada masyarakatnya karena sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut  masyarakat Jawa. Beliau lahir sekitar tahun 1450 Masehi,  Ayahnya seorang Adipati Tuban yang bernama Arya Wilatikta. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman dan Syekh Malaka.

Usia Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.Dengan demikian, ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak,Kesultan Cirebon, dan Bante, bahkan juga kerajaan Pajang yang lahir pada 1546. Begitu juga awal kelahiran kerajaan Mataram Islam dibawah Penembahan senopati.

Dalam dakwahnya,ia punya pola yang sama dengan Sunan Bonang.Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.Ia sangat menghormati seni dan budaya local. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika langsung diubah adat istiadatnya.Mereka harus didekati secara perlahan-lahan dengan cara mengikuti budaya mereka sambil memengaruhi dengan ajaran agama.

Sunan Kalijaga meninggal ddan dimakamkan di Kadilangu, suatu daerah yang masuk pada wilayah Kabupaten Demak Jawa Tengah.

Sunan Kudus

Nama kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung (Raden Umar Haji) dan syarifah (adik sunan Bonang),sunan Ngudung.

Di Kesultanan Demak, Sunan Kudus di Jawa tengah seperti sragen ,Simo hingga Gudung Kidul. Para wali lainnya menunjuk Jaffar Shidiq untuk berdakwah ke Kudus. Oleh sebab itu,beliau terkenal denagn nama Sunan Kudus.

Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, yakni sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.

Sunan Kudus dalam mengajarkan agama kepada masyarakat dengan cara yang arif dan bijaksan.Beliau memadukan budaya dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat dengan ajaran Islam.

Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang bangunannya merupakan perpaduan antara budaya islam dengan budaya setempat waktu itu.

Masjid tersebut sekarang di sebut Masjid Raya Kudus.Masjid itu juga disebut dengan nama Mesjid Menara Kudus,karena memiliki menara yang indah. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 dan dimakamkan di kota Kudus.

Sunan Muria

Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga dari Dewi Saroh binti Maulana Ishak.Nama kecilnya adalah Raden Umar Said atau disebut juga Raden Prawoto. Nama Muria di ambil dari tempat tinggal terakhinya yaitu di lereng  Gunung Muria, sebelah utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil seperti cara ayahnya,Sunan Kalijaga yaitu melalui seni dan budaya.

Beliau sangat suka bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam dan berdagang Oleh sebab itu,Sunan Muria menjadi wali yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di daerah pedesaan dan pedalaman pulau jawa.

Sunan Muria berdakwah dari Jepara,Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil karyanya yang digunakan dalam berdakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti. Sunan Muria wafat dan dimakamkan di Gunung Muria.

Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati mempunyai nama Syarif Hidayatullah, nama kecilnya Hidayat, selain itu beliau juga dikisahkan dijuluki sebagai Wali Kutub Jawa, dalam naskah Mertasinga beliau juga disebut Prabu engalara erang.

Baca Juga : Silsilah dan Asal-Usul Para Wali Di Tanah Jawa  Menurut Naskah Mertasinga

Sunan Gunung Jati merupakan seorang wali yang berjasa menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, Banten dan Jakarta.

Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448 Masehi. Ibunya bernama Nyai Rara Santang, puteri Prabu Siliwangi dari raja pajajaran. Sedangkan ayahnya bernama Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda (Maulana Sultan Mahmud), seorang ulama dan pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Plestina.

Setelah Kesultanan Bintoro Demak berdiri, dan restu dari kalangan ulama lain, beliau mendirikan kesultanan di Cirebon,Jawa Barat yang kemudian di sebut kesultanan Cirebon atau disebut juga kesultanan Pakungwati.Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya anggota Walisongo menjadi Sultan atau Raja.

Beliau bersama putranya mendirikan kesultanan Banten dan meletakkan dasar-dasar pengembangan Islam serta berdagangan di Banten diserahkan kepada putranya, Sultan Maulana Hasanuddin, yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.

Pada tahun 1568 Masehi,Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun dan dimakamkan di Gunung Jati, kini Gunung Jati selain terdapat makam sang wali juga disana tempat dimakamkanya Raja-raja Cirebon beserta pembesar-pembesar lainnya.

Belum ada Komentar untuk "Nama-nama Wali Songo Beserta Sejarahnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel