Keluarga, Pendidikan, Pernikahan, Kewafatan dan Karya R.A Kartini
Minggu, 17 Mei 2020
Tulis Komentar
R.A. Kartini atau Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat atau Raden Ayu Kartini. Ia merupakan wanita asal Jawa yang lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara dan beliau meninggal pada tanggal 21 April 1879 di Rembang, Jawa Tengah.
Raden Adjeng kartini semasa hidupnya dikenal sebagai pelopor kebangkitan peradaban emansipasi wanita pribumi dimasanya, karena beliau menginginkan wanita pribumi mendapat hak-haknya dan sederajat dengan kaum pria. Peran-peran yang dilakukan Raden Ayu kartini membuat namanya diangkat menjadi pahlawan Nasional Indonesia.
Bapak Kartini bernama R.M Ario Sosroningrat merupakan keturunan ningrat atau bangsawan yang masih terdapat benang merah darah biru terhadap Hamengkubuwono VI. Saat itu ayahnya menjabat sebagai Wedana atau pemimpin wilayah administrasi kepemerintahan kabupaten dan kecamatan.
Jabatanya meningkat setelah ia ditawarkan menjadi bupati oleh pemerintah Belanda namun terdapat syarat untuk menjadi seorang bupati. Beliau harus memiliki istri seorang bangsawan, disisi lain beliau sudah mempunyai istri dan 11 anak namun istrinya tersebut hanyalah orang biasa dari keturunan pasangan Siti Aminah dan Madirono yang merupakan kyai atau guru agama di Telukawur.
Akhirnya agar dapat menjadi bupati, Raden Mas Ario Sosroningrat memutuskan untuk menikah lagi demi kepuasan hasrat duniawi beliau menikah dengan Raden Adjeng Woerjan yang merupakan putri keturunan raja Madura, pernikahanya tersebut membuatnya langsung diangkat menjadi bupati di Jepara.
Putri dari kelima dari sebelas bersaudara tersebut disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS), Sekolah tersebut merupakan sekolah SD (Sekolah dasar zaman Hindia Belanda di Indonesia), Kartini mengenyam pendidikan hingga 12 tahun.
Walaupun standaritas dari ELS tersebut bukan lah hal yang istimewa bagi orang-orang Eropa akan tetapi bagi warga pribumi, seseorang yang dapat bersekolah di Els merupakan hal yang teramat special karena jika dilihat hanya sebagian anak bangsawan yang dapat mengenyam pendidikan di ELS.
Selepas 1 tahun pernikahanya dengan bupati Rembang, Raden Adjeng Kartini melahirkan anak tunggal bernama RM Soesalit pada tanggal 13 September 1904.
Saat melahirkan Kartini melamai pendarahan yang cukup hebat hingga memakan waktu 4 hari lamanya membuat energinya terkuras banyak, tepat pada tanggal 17 September 1904 beliau menghembuskan nafas terkahir setelah 4 hari berjuang. Beliau wafat diusia yang masih muda yakni 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kec Bulu, Rembang.
Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini tanggal 21 April sebagai bukti kemajuan peradaban wanita dan mengenang setiap 1 tahun sekali.
Adapun kumpulan Karya tulis RA Kartini dapat dijumpai pada beberapa buku sebagai berikut:
Raden Adjeng kartini semasa hidupnya dikenal sebagai pelopor kebangkitan peradaban emansipasi wanita pribumi dimasanya, karena beliau menginginkan wanita pribumi mendapat hak-haknya dan sederajat dengan kaum pria. Peran-peran yang dilakukan Raden Ayu kartini membuat namanya diangkat menjadi pahlawan Nasional Indonesia.
Keluarga R.A Kartini
Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara, saudara kandungnya antara lain ialah Roekmini, Kardinah, Soematri, Kartinah, Sulastri, Busono, Sosrokartono, Slamet, Maljono, Rawito. 11 anak tersebut termasuk kartini merupakan anak dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan istrinya M.A. Ngasirah.Bapak Kartini bernama R.M Ario Sosroningrat merupakan keturunan ningrat atau bangsawan yang masih terdapat benang merah darah biru terhadap Hamengkubuwono VI. Saat itu ayahnya menjabat sebagai Wedana atau pemimpin wilayah administrasi kepemerintahan kabupaten dan kecamatan.
Jabatanya meningkat setelah ia ditawarkan menjadi bupati oleh pemerintah Belanda namun terdapat syarat untuk menjadi seorang bupati. Beliau harus memiliki istri seorang bangsawan, disisi lain beliau sudah mempunyai istri dan 11 anak namun istrinya tersebut hanyalah orang biasa dari keturunan pasangan Siti Aminah dan Madirono yang merupakan kyai atau guru agama di Telukawur.
Akhirnya agar dapat menjadi bupati, Raden Mas Ario Sosroningrat memutuskan untuk menikah lagi demi kepuasan hasrat duniawi beliau menikah dengan Raden Adjeng Woerjan yang merupakan putri keturunan raja Madura, pernikahanya tersebut membuatnya langsung diangkat menjadi bupati di Jepara.
Pendidikan R.A Kartini
Pernikahan bapaknya yang kedua tidak menjadikan anaknya terlantar begitu saja, kartini tidak senasib dengan wanita pribumi yang ditujukan hanya sebatas untuk dapur dan keluarga. Keningratan bapaknya membuat kartini dapat merasakan pendidikan yang layak.Putri dari kelima dari sebelas bersaudara tersebut disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS), Sekolah tersebut merupakan sekolah SD (Sekolah dasar zaman Hindia Belanda di Indonesia), Kartini mengenyam pendidikan hingga 12 tahun.
Walaupun standaritas dari ELS tersebut bukan lah hal yang istimewa bagi orang-orang Eropa akan tetapi bagi warga pribumi, seseorang yang dapat bersekolah di Els merupakan hal yang teramat special karena jika dilihat hanya sebagian anak bangsawan yang dapat mengenyam pendidikan di ELS.
Pernikahan R.A Kartini
Raden Ayu kartini dijodohkan oleh ayahanda dengan salah satu bupati di Rembang. Bupati tersebut bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhingrat, didalam pernikahan tersebut kartini menjadi istri ke 3/4. Beliau dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhingrat menikah pada tanggal 12 November 1903.Selepas 1 tahun pernikahanya dengan bupati Rembang, Raden Adjeng Kartini melahirkan anak tunggal bernama RM Soesalit pada tanggal 13 September 1904.
Wafatnya R.A Kartini
Meninggalnya R.A Kartini bisa dibilang mati syahid karena beliau meninggal sehabis melahirkan putra pertamanya yang kelak akan menjadi anak semata wayangnya pada tanggal 13 September 1904.Saat melahirkan Kartini melamai pendarahan yang cukup hebat hingga memakan waktu 4 hari lamanya membuat energinya terkuras banyak, tepat pada tanggal 17 September 1904 beliau menghembuskan nafas terkahir setelah 4 hari berjuang. Beliau wafat diusia yang masih muda yakni 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kec Bulu, Rembang.
Peran-peran Kartini
R.A kartini dikenal sebagai wanita yang pintar dan kritis terhadap masalah umum yang terdapat dilingkunganya, adapun peran-peranya sebagai berikut :- R.A Kartini semasa menjadi istri, beliau membangun sebuah sekolah untuk anak-anak perempuan di kompleks kantor kabupaten Rembang (kini menjadi gedung pramuka)
- R.A kartini mengangkat adiknya sebagai guru di sekolahanya yang beliau bangun, adik tersebut bernama Kardinah dan Roekmini.
- Semasa hidupnya yang terus berkarya dan mengajar. Terdapat 1 fans Kartini yang mempunyai visi misi yang sama dan terkagum dengan sosok Kartini. Fans tersebut bernama Van Deventer dengan membangun yayasan kartini di Semarang pada tahun 1912.
- Dalam masa pingitnya, beliau sering berkolerasi kepada sahabatnya yang bernama Rosa Abendanon dengan mengirimkan surat tentang kritikan emansipasi wanita pribumi dan perbedaan dengan wanita Eropa. Yang kelak surat tersebut menjadi bukti kemajuan peradaban wanita Jawa dimata Belanda. Sosok Kartini menjadi pencerahan dan juga symbol emansipasi perjuangan perempuan Indonesia.
Penghargaan dan Kumpulan Karya Tulis RA Kartini
Presiden Soekarno pada tanggal 2 Meri 1964 menetapkan Kartini sebagai tokoh pahlawan kemerdekaan nasional.Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini tanggal 21 April sebagai bukti kemajuan peradaban wanita dan mengenang setiap 1 tahun sekali.
Adapun kumpulan Karya tulis RA Kartini dapat dijumpai pada beberapa buku sebagai berikut:
- Buku : Door Duisternis Tot Licht (dari kegelepan menuju cahaya) terbitan tahun 1911. Buku ini diterbitkan oleh Mr. Jh Abendanon yang merupakan sahabat penanya dan juga sahabat pas sekolahnya. Setelah Kartini wafat, beliau menjabat sebagai menteri Kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda.
- Buku : 1922, “ habis gelap terbitlah terang” dalam bahasa melayu
- Buku : 1938, “habis gelap terbitlah terang (karya Amijn Pane)
- W.R Soepratman menciptakan lagu untuknya yang berjudul “ibu kita Kartini”
- Buku : “Aku Mau : Feminisme dan Nasionalisme ; surat surat Kartini kepada Stella Zeehendelar 1899-1903”
- Buku : “Panggil aku Kartini saja oleh Pramoedya Ananta Toer”
- Buku : “Kartini : sebuah biografi oleh Sitisoeman dari Soeroto”
- Buku : “Letter of a Javanesese Princesss”
Editor : Sejarah Cirebon
Belum ada Komentar untuk "Keluarga, Pendidikan, Pernikahan, Kewafatan dan Karya R.A Kartini "
Posting Komentar