Kerancuan dalam Perang Salib 4

Perang Salib 4
Perang Salib adalah rentetan peperangan untuk menguasai suatu daerah dengan embel-embel perang suci (Bela Agama), peperangan ini juga sebagai perang atas nama agama terbesar yang berlangsung dari abad 11 (1095) hingga abad ke 13 (1291) Masehi.

Perang Salib digelorakan oleh pimpinan tertinggi Kristen Katolik (Paus) kepada seluruh Raja dan Rakyat di Eropa untuk memerangi Kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah.

Iming-iming yang dimainkan oleh Paus agar rakyat dan Raja-Raja Kristen di Eropa tertarik mengikuti perang salib adalah dengan “pengampunan” dan “surga”. Siapapun orang Kristen yang mengikuti perang Salib akan dijamin masuk surga sebab mereka akan berjuang menghadapi orang-orang Islam yang sebelumnya dicitrakan sebagai kafir, kejam, pembunuh, perampas dan hal-hal negatif lainnya.

Perang Salib sebetulnya upaya Alexios 1 (Raja Bizantium) mempertahankan negaranya dalam  menghadapi Kerajaan Turki Seljuk. Semakin hari Turki Seljuk mampu mempreteli wilayah jajahan Bizantium satu persatu, sementara disisi lain kekuatan Bizantium dalam membiayai tentara sudah sangat minim.

Alexios 1 merasa khawatir apabila di kemudian hari Turki Seljuk melakukan serangan ke Ibu Kota Bizantium (Konstantinopel), sebab itu Alexios 1 memainkan taktik dengan cara meminta bantuan Paus agar mau memproklamirkan perang agama melawan Islam, khususnya perang terhadap Turki Seljuk. Taktik ini tujuan utamanya adalah agar ia mendapatkan pasokan tentara yang datang dari rakyat di seluruh wilayah kerajaan-kerajaan Kristen Eropa.

Cantiknya, Alexios 1 mengiming-imingi Paus dengan memberikan kekuasaan atas Yerusalem apabila bersedia menyerukan perang salib. Kala itu Yerusalem memang sedang dikuasi oleh Turki Seljuk, meskipun pada Tahum  1099 Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fatimiah (Mesir).

Iming-iming semacam itu, rupanya menarik minat Paus Urbanus II, iapun akhirnya menyerukan perang agama pada rakyat Eropa sesuai dengan pesanan Alexios 1.

Seruan perang Salib diumumkan pada tahun 1095, selanjutnya pada tahun 1096 hingga 1099 meletus perang Salib pertama antara Bizantium yang didukung para tentara salib korban seruan Paus melawan Turki Seljuk.

Secara umum, sejarawan membagi perang salib dalam 10 peristiwa  peperangan, namun perang salib yang terbilang unik adalah perang salib ke 4, karena dalam perang tersebut, tentara salib justru berperang dengan sesama orang Kristen, hal ini tentu rancu, karena misi awal tentara salib adalah untuk memerangi Islam bukan malah memerangi sesama Kristen.

Kisah perang salib IV bermula ketika Paus Inosentius III memberi keputusan untuk mengirim pasukan yang ke empat kalinya. Tujuannya untuk kembali merebut Yerusalem. Sebelumnya Yerusalem yang pernah dirbut tentara Salib pada perang salib ke 1 telah direbut kembali oleh Salahudin (Sultan Dinasti Ayubiyah Mesir) pada 2 Oktober 1187.

Pergerakan dan iring-iringan pasukan salib dalam upaya merebut kembali Yerusalem dijalankan melalui arah selatan, karena berdasarkan dari pengalaman perang salib sebelumnya, yaitu ketika pasukan salib menggunakan perjalanan melalui arah utara selalu mengalami kegagalan.

Pengiriman tentara salib yang keempat kalinya itu dalam sejarah dikenal dengan nama perang salib IV, peristiwa terjadi pada tahun 1203 Masehi.

Rombongan pasukan salib yang mulanya sudah berapi-api menaklukan Yerusalem sejenak berhenti di Konstatinopel, hal tersebut dilakukan karena di iming-imingi akan mendapatkan pendanaan yang besar dan bala bantuan berupa pasukan dari anak Raja Alexios II (Kelak menjadi Alexisos IV) yang baru saja tahtanya direbut oleh Alexios III. Dengan syarat pasukan salib terlebih dahulu harus menumbangkan Alexios III dari tahta.

Pemimpin pasukan salib menyetujui perjanjian yang ditawarkan  sang pangeran, tentara salib bergegas membantu merebut kembali tahta kerajaan dari Alexios III. Dalam pertempuran yang terjadi pada Tanggal 11 Juli hingga 1 Agustus 1203 itu, pasukan salib  berhasil memenangkan pertempuran sehingga dapat menggulingkan Alexios III dari tahta. Setelah pasukan salib menang, sang Pangeran kemudian dinobatkan menjadi raja dengan gelar "Alexios IV". Namun Alexios IV ketika memerintah tidak disukai rakyatnya.

Disisi lain, pada awal Februari 1204,  menantu dari Alexios III di nobatkan sebagai raja oleh pejabat kerajaan yang muak pada ketidak becusan Alexios IV dalam memerintah. Alexios IV dikudeta, sebelum akhirnya dihukum mati

Dihukum matinya Alexios IV membuat pasukan Salib tidak terima, mereka marah karena belum mendapat upah yang dijanjikan oleh Alexios IV. Karena itu selepas dinobatkannya menantu Alexios III menjadi raja, pertempuran antara pasukan salib dan Bizantium kembali pecah, pertempuran terjadi di Konstantinopel pada 8 April 1204. Pada pertempuran ini pasukan salib yang dipimpin oleh Enrico Dandolo memperoleh Kemenangan.

Selepas menguasai pemerintahan, pasukan salib mendirikan Kerajaan Lattin Romawi. Kerajaan tersebut bertahan selama 61 tahun sebelum akhirnya tumbang karena diserang oleh Kekaisaran Nicea yang merupakan penerus Raja Bizantium yang sah.

Penguasan tentara Salib atas Bizantium melupakan tujuan utama mereka untuk memerangi orang-orang Islam dan merebut Yerusalem. Hal tersebut tentu merupakan kerancuan yang hanya dapat ditemui dalam perang salib ke 4.

Baca Juga : Salahuddin Al-Ayyubi Pejuang Besar Berwajah Melankonis

Belum ada Komentar untuk "Kerancuan dalam Perang Salib 4"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel