Letak Geografis Kerajaan Pajajaran
Sabtu, 21 Maret 2020
Tulis Komentar
Letak Geografis Kerajaan Pajajaran menjadi penting dibahas mengingat banyak dikalangan awam tidak begitu memahami dimana sebetulnya letak Kerajaan yang pernah berjaya di pulau Jawa bagian barat itu. Pajajaran sebetulnya nama dari Ibu Kota gabungan Kerajaan Sunda-Galuh, dikemudian hari nama Ibu Kota lebih banyak digunakan dalam penyebutan dibandingkan dengan nama kerajaan resminya.
Sebelum menjadi kerajaan Pajajaran, kerajaan ini berpisah dan bergabung dalam kurun waktu tertentu. Sesuai perhitungan, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh telah tiga kali dipersatukan.
Pertama, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dipersatukan pada tahun 732 M oleh Raja Sanjaya. Pada tahun 759 M terpecah kembali, Raja Banga (Sanghyang Banga) memerdakan kembali kerajaan Sunda dari kekuasaan Galuh.
Kedua, Rakyan Wuwus menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon pada tahun 819 M. Prabu Gajah Kulon menyatukan kembali kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh dalam sutu pusat pemerintahan. Akan tetapi pada tahun 1382 M, Wastukencana saat menjabat sebagai Raja memiliki kehendak membangi kekuasaan kepada kedua putranya. Akhirnya kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh kembali terpecah kembali.
Ketiga, pada tahun 1482 M, Sri Baduga Maharaja atau sering dikenal Prabu Siliwangi naik tahta menjadi raja di tanah sunda. Dibawah pemerintahanya, ia mampu menyatukan Kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh. Bahkan ia mampun merebut Lampung dari kekuasaan Majapahit. Di tangan Sri Baduga Maharaja juga inilah kerajaan gabungan Sunda-Galuh berubah nama menjadi Kerajaan Pajajaran.
Nama “Pajajaran” sebelum abad ke-15 M, tidak pernah tertulis dalam sumber sejarah manapun. Sejarawan dan arkeolog tidak menemukan tanda-tanda yang menyatakan bahwa kerajaan pajajaran sudah berdiri sebelum abad ke-15 M. Sedangkan sumber seperti Pararaton dan Nagarakretagama mwnyebutkan bahwa pada abad ke-14 M ke bawah bernama Kerajaan Sunda bukan Pajajaran.
Baru pada abad ke-16 M nama Pajajaran ditemukan dalam beberapa naskah, nama Pajajaran disebutkan dalam Naskah Carita Parahiyangan yang disusun pada tahun 1580 M. Selanjutnya nama Pajajaran semakin terkenal setelah ditemukan psntun-pantun Sunda serta babad-babad yang tertulis pada saat pajajaran sudah tidak ada.
Letak geografis kerajaan Pajajaran sejak masa Raja Sanjaya hingga tahun 1579 M ternyata tidak mengalami perubahan drastis. Bujangga Manik seorang petualang Pajajaran yang telah menyelusuri seluruh pulau jawa pada abad ke-16 M, mengatakan bahwa letak geografis kerajaan sunda di sisi timur adalah Sungai Cipamali atau sering disebut Pemali.
Batas kerajaan Sunda disisi barat adalah selat sunda. Batas kerajaan sunda disisi utara adalah pantai utara Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah derah Brebes. Jika mengutip catatan Pires, disisi selatan terdapat samudera hindia dan berjejer enam pelabuhan dibawah kekuasaan kerajaan sunda, diantaranya yaitu Bantan (Banten), Pontang Cigede, Tamgara (tanggerang), Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Indramayu).
Kerajaan Pajajaran, atau kerajaan Sunda-Galuh merupakan warisan dari kerajaan Tarumanegara, pembahasan mengenai luas wilayah Kerajaan Pajajaran tidak bisa dipisahkan dari hal tersebut.
Kerajaan memiliki batas bagian timur adalah sungai Citarum sedangkan bagian timur adalah kerajaan Galuh. Batas timur kerajaan Galuh adalah Sungai Cipamali yang terletak di brebes, Jawa Tengah. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Kerajaan Pajajaran dalam menentukan wilayah kekuasaan tidak hanya dari keberadaan etnis Sunda saja, tetapi tetap mengacu pada sumber rujukan seperti yang telah dinyatakan Tome Piers.
Tome Pires dalam Suma Oriental (1513-1515 M) menyatakan beberapa orang menegaskan bahwa Kerajaan Sunda memiliki luas setengah Pulau Jawa. Sebagian lagi menyatakan bahwa luas Kerajaan Sunda sepertiga dan ditambah seperdelapan dari Pulau Jawa.
Dari keterangan Tome Pires juga bahwa Jawa Barat merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran, dengan demikian berarti mencakup suku Sunda, Betawi dan Urang Kanekes/Orang Badui. Kerajaan Pajajaran di Jawa Tengah cenderung ke bagian selatan, yakni Brebes dan sekitarnya, yang pasti tidak sampai utara. Sebab di sana terdapat Kerajaan Kalingga, sedangkan di bagian ujung selatan ada Kerajaan Mataram (Yogyakarta).
Guna mendeteksi peninggalan sejarah yang mendukung dalam menentukan wilayah Kerajaan Pajajaran salah satunya dengan menggunakan tempat suci yang dinamakan Mandala Dalam Naskah Sunda Kuno (NSK) disebutkan terdapat 73 Mandala, bahwa Kabuyutan di Tatar Sunda mendapatkan akulnurasi budaya dengan masuknya agama Buddha di Jawa Barat. Tempat suci Kabuyutan yang ada di Tanah Sunda sering disebut Mandala.
Mandala sendiri dalam bahasa Sanskerta memiliki makna "Lingkaran" yang merupakan konsep agama Hindu, tetapi jika dihubungkan dalam konteks agama Buddha, maka mengarah pada benda yang wujudnya nyata.
Mandala biasa digunakan sebagai tempat memusatkanpikiran, sehingga banyak pula yang menggunakan sebagai meditasi. Biasanya juga di Mandala terdapat batu utama sebagai benda untuk mengarahkan pikiran lebih fokus. Diantara Mandala Puwalingga yang ditemukan di Purbalingga, Mandala Puakarta ditemukan di Purwokerto, artefak candi kuno di Bumi Ayu Brebes dan lain sebagainya. Situs yang ditemukan di Bumi Ayu ini dinyatakan sebagai peninggalan Kerajaan Galuh pada abad ke-9 M.
Penulis: Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Sebelum menjadi kerajaan Pajajaran, kerajaan ini berpisah dan bergabung dalam kurun waktu tertentu. Sesuai perhitungan, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh telah tiga kali dipersatukan.
Pertama, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dipersatukan pada tahun 732 M oleh Raja Sanjaya. Pada tahun 759 M terpecah kembali, Raja Banga (Sanghyang Banga) memerdakan kembali kerajaan Sunda dari kekuasaan Galuh.
Kedua, Rakyan Wuwus menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon pada tahun 819 M. Prabu Gajah Kulon menyatukan kembali kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh dalam sutu pusat pemerintahan. Akan tetapi pada tahun 1382 M, Wastukencana saat menjabat sebagai Raja memiliki kehendak membangi kekuasaan kepada kedua putranya. Akhirnya kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh kembali terpecah kembali.
Ketiga, pada tahun 1482 M, Sri Baduga Maharaja atau sering dikenal Prabu Siliwangi naik tahta menjadi raja di tanah sunda. Dibawah pemerintahanya, ia mampu menyatukan Kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh. Bahkan ia mampun merebut Lampung dari kekuasaan Majapahit. Di tangan Sri Baduga Maharaja juga inilah kerajaan gabungan Sunda-Galuh berubah nama menjadi Kerajaan Pajajaran.
Nama “Pajajaran” sebelum abad ke-15 M, tidak pernah tertulis dalam sumber sejarah manapun. Sejarawan dan arkeolog tidak menemukan tanda-tanda yang menyatakan bahwa kerajaan pajajaran sudah berdiri sebelum abad ke-15 M. Sedangkan sumber seperti Pararaton dan Nagarakretagama mwnyebutkan bahwa pada abad ke-14 M ke bawah bernama Kerajaan Sunda bukan Pajajaran.
Baru pada abad ke-16 M nama Pajajaran ditemukan dalam beberapa naskah, nama Pajajaran disebutkan dalam Naskah Carita Parahiyangan yang disusun pada tahun 1580 M. Selanjutnya nama Pajajaran semakin terkenal setelah ditemukan psntun-pantun Sunda serta babad-babad yang tertulis pada saat pajajaran sudah tidak ada.
Letak geografis kerajaan Pajajaran sejak masa Raja Sanjaya hingga tahun 1579 M ternyata tidak mengalami perubahan drastis. Bujangga Manik seorang petualang Pajajaran yang telah menyelusuri seluruh pulau jawa pada abad ke-16 M, mengatakan bahwa letak geografis kerajaan sunda di sisi timur adalah Sungai Cipamali atau sering disebut Pemali.
Batas kerajaan Sunda disisi barat adalah selat sunda. Batas kerajaan sunda disisi utara adalah pantai utara Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah derah Brebes. Jika mengutip catatan Pires, disisi selatan terdapat samudera hindia dan berjejer enam pelabuhan dibawah kekuasaan kerajaan sunda, diantaranya yaitu Bantan (Banten), Pontang Cigede, Tamgara (tanggerang), Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Indramayu).
Kerajaan Pajajaran, atau kerajaan Sunda-Galuh merupakan warisan dari kerajaan Tarumanegara, pembahasan mengenai luas wilayah Kerajaan Pajajaran tidak bisa dipisahkan dari hal tersebut.
Kerajaan memiliki batas bagian timur adalah sungai Citarum sedangkan bagian timur adalah kerajaan Galuh. Batas timur kerajaan Galuh adalah Sungai Cipamali yang terletak di brebes, Jawa Tengah. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Kerajaan Pajajaran dalam menentukan wilayah kekuasaan tidak hanya dari keberadaan etnis Sunda saja, tetapi tetap mengacu pada sumber rujukan seperti yang telah dinyatakan Tome Piers.
Tome Pires dalam Suma Oriental (1513-1515 M) menyatakan beberapa orang menegaskan bahwa Kerajaan Sunda memiliki luas setengah Pulau Jawa. Sebagian lagi menyatakan bahwa luas Kerajaan Sunda sepertiga dan ditambah seperdelapan dari Pulau Jawa.
Dari keterangan Tome Pires juga bahwa Jawa Barat merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran, dengan demikian berarti mencakup suku Sunda, Betawi dan Urang Kanekes/Orang Badui. Kerajaan Pajajaran di Jawa Tengah cenderung ke bagian selatan, yakni Brebes dan sekitarnya, yang pasti tidak sampai utara. Sebab di sana terdapat Kerajaan Kalingga, sedangkan di bagian ujung selatan ada Kerajaan Mataram (Yogyakarta).
Guna mendeteksi peninggalan sejarah yang mendukung dalam menentukan wilayah Kerajaan Pajajaran salah satunya dengan menggunakan tempat suci yang dinamakan Mandala Dalam Naskah Sunda Kuno (NSK) disebutkan terdapat 73 Mandala, bahwa Kabuyutan di Tatar Sunda mendapatkan akulnurasi budaya dengan masuknya agama Buddha di Jawa Barat. Tempat suci Kabuyutan yang ada di Tanah Sunda sering disebut Mandala.
Mandala sendiri dalam bahasa Sanskerta memiliki makna "Lingkaran" yang merupakan konsep agama Hindu, tetapi jika dihubungkan dalam konteks agama Buddha, maka mengarah pada benda yang wujudnya nyata.
Mandala biasa digunakan sebagai tempat memusatkanpikiran, sehingga banyak pula yang menggunakan sebagai meditasi. Biasanya juga di Mandala terdapat batu utama sebagai benda untuk mengarahkan pikiran lebih fokus. Diantara Mandala Puwalingga yang ditemukan di Purbalingga, Mandala Puakarta ditemukan di Purwokerto, artefak candi kuno di Bumi Ayu Brebes dan lain sebagainya. Situs yang ditemukan di Bumi Ayu ini dinyatakan sebagai peninggalan Kerajaan Galuh pada abad ke-9 M.
Penulis: Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Belum ada Komentar untuk "Letak Geografis Kerajaan Pajajaran"
Posting Komentar