Julukan Kota Cirebon dari Masa ke Masa
Kamis, 12 Desember 2019
1 Komentar
Sejak didirikan pada sekitar Tahun 1425 hingga sekarang, Kota Cirebon kerap berganti-ganti julukan, beberapa julukan itu dikemudian hari ada yang resmi digunakan oleh pemerintah Kota Cirebon sebagai nama dan julukan Kota maupun hanya dikenal sebagai julukan oleh penduduk maupun non penduduk Kota Cirebon.
Pertamakali didirikan, Cirebon hanya daerah kosong berumput, orang Cirebon kala itu menjulukinya dengan nama ”Alang-Alang”, maksudnya wilayah yang banyak ditumbuhi rerumputan. Dikemudian hari, yaitu selepas Ki Danusela merubah wilayah Alang-Alang menjadi sebuah perkampungan, Ki Danusela dikenal dengan nama Ki Gede Alang-Alang, maksudnya “Pembesar Kampung Alang-Alang” . Oleh karena itu, sebelum menjadi Kota bahkan Kerajaan yang bernama Cirebon, pada mulanya Cirebon bernama “Kampung Alang-Alang”. Artinya Kampung yang dahulunya merupakan wilayah kosong berumput.
Pada tahap selanjutnya, ketika Kampung Alang-Alang mulai ramai dikunjungi orang dari berbagai suku Bangsa, baik yang datang dari nusantara maupun dunia, Kampung Alang-Alang mulai tenggelam, daerah tersebut populer dengan julukan baru, yaitu “Caruban” sehingga manakala Pangeran Walangsungsang menggantikan kedudukan Ki Danusela sebagai Kuwu Alang-Alang, kampung Alang-Alang diubah namanya menjadi “Caruban Nagari”.
Caruban dalam bahasa Sunda maupun Jawa kuno bermaksud “Majmuk/Percampuran” dijuluki dan dinamakan demikian karena Cirebon waktu itu penduduknya berasal dari berbagai suku bangsa yang beragam, ada dari Sunda, Jawa, Cina, India, Arab dan lain sebagainya. Oleh karena itu sebutan Caruban Nagari/Negeri Caruban dalam pandangan Penguasa Cirebon kala itu lebih pas digunakan ketimbang nama Alang-Alang.
Daerah Caruban yang berpantai di zaman itu dianugerahi “ Garam dan Rebon/Udang Kecil” yang begitu melimpah, baiknya Penguasa Cirebon kala itu pandai memutar otak dan mensejahterakan rakyatnya. Garam dan Rebon yang melimpah oleh Penguasa Cirebon dijadikan sebagai bahan baku bumbu masakan yang kini dikenal dengan nama “Trasi”. Pada zaman ini Caruban berjuluk “Cai Rebon” maksudnya daerah atau negeri penghasil Cai (Air-Air Garam) dan Rebon (Udang Kecil).
Pesatnya perkembangan penduduk Cirebon diantara sebabnya karena dihuni penduduk dari berbagai macam suku bangsa serta ditopang oleh lapangan pekerjaan yang luas juga didukung oleh kondisi Cirebon yang berubah statusnya menjadi negara merdeka dari Pajajaran, beberapa sebab-sebab itu membuat Cirebon menjelma menjadi kota metropolitan di zamannya, karena kedudukannya memang sebagai Ibu Kota Kerajaan. Pada masa ini, Cirebon mendapatkan julukan barunya, yaitu “ Grage” kependekan dari “Negara Gede” yang maksudnya “Kota/Negara Besar”. Hingga kini julukan tersebut masih tetap lestari, bahkan nama “Grage” digunakan sebagai nama Mall terkemuka di Kota Cirebon.
Memasuki zaman kolonial dan kemerdekaan, orang lebih banyak mengenal Cirebon ketimbang Alang-Alang, Caruban, maupun Grage. Nama-nama tersebut tenggelam sedikit demi sedikit, meskipun demikian pemerintah Kota Cirebon berusaha membuat julukan-julukan baru untuk Kota Cirebon diantaranya julukan “Kota Udang” , “Kota Berintan” dan “Kota Wali”.
Baca Juga: Huru-Hara di Kesultanan Cirebon Tahun 1773-1815 M
Pertamakali didirikan, Cirebon hanya daerah kosong berumput, orang Cirebon kala itu menjulukinya dengan nama ”Alang-Alang”, maksudnya wilayah yang banyak ditumbuhi rerumputan. Dikemudian hari, yaitu selepas Ki Danusela merubah wilayah Alang-Alang menjadi sebuah perkampungan, Ki Danusela dikenal dengan nama Ki Gede Alang-Alang, maksudnya “Pembesar Kampung Alang-Alang” . Oleh karena itu, sebelum menjadi Kota bahkan Kerajaan yang bernama Cirebon, pada mulanya Cirebon bernama “Kampung Alang-Alang”. Artinya Kampung yang dahulunya merupakan wilayah kosong berumput.
Pada tahap selanjutnya, ketika Kampung Alang-Alang mulai ramai dikunjungi orang dari berbagai suku Bangsa, baik yang datang dari nusantara maupun dunia, Kampung Alang-Alang mulai tenggelam, daerah tersebut populer dengan julukan baru, yaitu “Caruban” sehingga manakala Pangeran Walangsungsang menggantikan kedudukan Ki Danusela sebagai Kuwu Alang-Alang, kampung Alang-Alang diubah namanya menjadi “Caruban Nagari”.
Caruban dalam bahasa Sunda maupun Jawa kuno bermaksud “Majmuk/Percampuran” dijuluki dan dinamakan demikian karena Cirebon waktu itu penduduknya berasal dari berbagai suku bangsa yang beragam, ada dari Sunda, Jawa, Cina, India, Arab dan lain sebagainya. Oleh karena itu sebutan Caruban Nagari/Negeri Caruban dalam pandangan Penguasa Cirebon kala itu lebih pas digunakan ketimbang nama Alang-Alang.
Daerah Caruban yang berpantai di zaman itu dianugerahi “ Garam dan Rebon/Udang Kecil” yang begitu melimpah, baiknya Penguasa Cirebon kala itu pandai memutar otak dan mensejahterakan rakyatnya. Garam dan Rebon yang melimpah oleh Penguasa Cirebon dijadikan sebagai bahan baku bumbu masakan yang kini dikenal dengan nama “Trasi”. Pada zaman ini Caruban berjuluk “Cai Rebon” maksudnya daerah atau negeri penghasil Cai (Air-Air Garam) dan Rebon (Udang Kecil).
Pesatnya perkembangan penduduk Cirebon diantara sebabnya karena dihuni penduduk dari berbagai macam suku bangsa serta ditopang oleh lapangan pekerjaan yang luas juga didukung oleh kondisi Cirebon yang berubah statusnya menjadi negara merdeka dari Pajajaran, beberapa sebab-sebab itu membuat Cirebon menjelma menjadi kota metropolitan di zamannya, karena kedudukannya memang sebagai Ibu Kota Kerajaan. Pada masa ini, Cirebon mendapatkan julukan barunya, yaitu “ Grage” kependekan dari “Negara Gede” yang maksudnya “Kota/Negara Besar”. Hingga kini julukan tersebut masih tetap lestari, bahkan nama “Grage” digunakan sebagai nama Mall terkemuka di Kota Cirebon.
Memasuki zaman kolonial dan kemerdekaan, orang lebih banyak mengenal Cirebon ketimbang Alang-Alang, Caruban, maupun Grage. Nama-nama tersebut tenggelam sedikit demi sedikit, meskipun demikian pemerintah Kota Cirebon berusaha membuat julukan-julukan baru untuk Kota Cirebon diantaranya julukan “Kota Udang” , “Kota Berintan” dan “Kota Wali”.
Baca Juga: Huru-Hara di Kesultanan Cirebon Tahun 1773-1815 M
A nice explanation about a good city. For me "Cheery bon", a mix of the English for happy and the French for good describes the place well. The people of this wonderful city have been very kind and helpful to the stranger amongst them, so I'd like to thank all for being so nice.
BalasHapus