Mpu Nala Panglima Tentara Majapahit Masa Tribwana Tunggadewi Hingga Hayam Wuruk
Jumat, 15 November 2019
Tulis Komentar
Mpu Nala atau Mpu Lembu Nala merupakan Panglima Tentara Majapahit yang menjabat sejak Majapahit diprintah oleh Tribwana Tunggadewi hingga Hayam Wuruk. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Majapahit Panglima Perang disebut Rakryan Tumenggung.
Kedudukakn Mpu Nala sebagai Panglima Perang Majapahit didasarkan pada lima sumber sejarah, yaitu (1) Kakawin Nãgarakṛtãgama atau Deçawarṇana (2) Prasasti Prapancasarapura (3) Prasasti Batur (4) Prasasti Bendasari, dan (5) Prasasti Sekar.
Menurut Kakawin Nãgarakṛtãgama tepatnya pada Pupuh 31 dan 72 disebutkan bahwa Jabatan yang di emban Mpu Nala adalah sebagai Panglima Perang (Rakryan Tumenggung), selain itu ia juga disebut sebagai seorang penganut agama Budha. Mpu Nala dalam naskah tersebut juga disebutkan sebagai orang yang telah sukses melakukan misi penaklukan Dompo, yaitu salah satu Negeri yang berada di Pulau Sumbawa yang disebut-sebut Gajah Mada dalam sumpah Palapanya.
Berikut ini adalah petikan Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 31
Dalam Prasasti Prapancasarapura terdapat teks:
Selanjutnya dalam Prasasti Batur, Bendasari dan Prasasti Sekar terdapat teks;
Berdasarkan kelima sumber sejarah yang telah disebutkan dapatlah dipahami bahwa Mpu Nala memang seorang Panglima Perang Tentara Kerajaan Majapahit yang menjabat sejak zaman Tribwana Tunggadewi Hingga Masa Hayam Wuruk, sehingga dengan demikian anggapan yang menyatakan bahwa Mpu Nala hanya sebagai Laksamana (Panglima Angkatan Laut) Majapahit tidak benar. Sebab Mpu Nala merupakan Panglima Majapahit segala angkatan bersenjata, baik darat maupun laut.
Dalam garis komando ketentaraan, Rakryan Tumenggung berada pada urutan setelah Raja dan Patih (Mahapatih/Perdana Mentri). Ketika Patih Gajah Mada wafat, Mpu Nala oleh Hayam Wuruk tidak dinaikkan pangkatnya menjadi Patih karena sudah terlalu tua. Di usia senjanya, Mpu Nala dinaikkan pangkatnya sebagai Wreda Mantri atau Menteri Senior yang fungsinya sebagai penasehat Raja atau sebagai pejabat pengawas.
Meskipun sebagai Panglima perang segala angkatan bersenjata Majapahit, Mpu Nala dikenal sebagai Panglima yang piawai memimpin peperangan baik di darat maupun di laut, kepiawaiannya dalam memimpin armada laut ke wilayah-wilayah Nusantara itulah yang memunculkan anggapan bahwa Mpu Nala sebagai Laksamana Kerajaan Majapahit.
Selama menjabat sebagai Panglima Perang Majapahit, Mpu Nala diharuskan dapat mewujudkan sumpah Patih Gajah Mada yaitu menaklukan negeri-negeri di Nusantara. Diantara beberapa misi sukses yang dilakukan Mpu Nala adalah menaklukan Kerajaan Labuan Lombok, Samudra Pasai, Jambi, Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra). Kemudian ada juga Nansarunai (Kalimantan Selatan), Dompo (Nusa Tenggara Barat), Langkasuka, Kelantan, Kedah, Selangor, Pulau Bintan, Tumasik (Singapura) dan Negeri-negeri di Semenanjung Melayu.
Kedudukakn Mpu Nala sebagai Panglima Perang Majapahit didasarkan pada lima sumber sejarah, yaitu (1) Kakawin Nãgarakṛtãgama atau Deçawarṇana (2) Prasasti Prapancasarapura (3) Prasasti Batur (4) Prasasti Bendasari, dan (5) Prasasti Sekar.
Menurut Kakawin Nãgarakṛtãgama tepatnya pada Pupuh 31 dan 72 disebutkan bahwa Jabatan yang di emban Mpu Nala adalah sebagai Panglima Perang (Rakryan Tumenggung), selain itu ia juga disebut sebagai seorang penganut agama Budha. Mpu Nala dalam naskah tersebut juga disebutkan sebagai orang yang telah sukses melakukan misi penaklukan Dompo, yaitu salah satu Negeri yang berada di Pulau Sumbawa yang disebut-sebut Gajah Mada dalam sumpah Palapanya.
Berikut ini adalah petikan Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 31
"..Kalayu ditinggalkan, perjalanan menuju Kutugan. Melalui Kebon Agung, menuju Kambangrawi, bermalam. Tanah anugerah Sri Nata kepada Tumenggung Nala. Candinya Budha menjulang tinggi, sangat elok bentuknya. Perjamuan Tumenggung Nala jauh dari cela. Tidak diuraikan betapa lahap Baginda Nala bersantap. Paginya berangkat lagi ke Halses, Bʹrurang, Patunjungan. Terus langsung melintasi Patentanan, Tarub dan Lesan.."Petikan Kakawin Nãgarakṛtãgama pada Pupuh 72
"..Itulah putusan rapat tertutup. Hasil yang diperoleh perundingan. Terpilih sebagai wredda menteri karib Baginda bernama Mpu Tadi. Penganut karib Sri Baginda Nata. Pahlawan perang bernama Mpu Nala. Mengetahui budi pekerti rakyat Mancanegara bergelar Tumenggung. Keturunan orang cerdik dan setia. Selalu memangku pangkat pahlawan. Pernah menundukkan Negara Dompo, Serba ulet menanggulangi musuh..."
Dalam Prasasti Prapancasarapura terdapat teks:
Maharaja: Çrĩ Tribhuwanottuṅgadewĩ Jayawiṣṇuwarddanĩ,Teks prasasti tersebut menginformasikan bahwa Mpu Nala menjabat sebagai Rakryan Tumenggung ketika penguasa Majapahit dipimpin oleh Raja Wanita bernama Çrĩ Tribhuwanottuṅgadewĩ Jayawiṣṇuwarddanĩ dan Patihnya bernama Mpu Gajah Mada.
Rakryan Patih: Mpu Gajah Mada
Rakryan Tumenggung: Mpu Lembu Nala.
Selanjutnya dalam Prasasti Batur, Bendasari dan Prasasti Sekar terdapat teks;
Maharaja: Çrĩ Rãjasanagara/Hayam WurukKetiga teks prasasti yang telah disebutkan menginformasikan bahwa Mpu Nala menjabat sebagai Rakryan Tumenggung mendampingi Patih (Perdana Mentri) Gajah Mada ketika Majapahit di pimpin oleh Prabu Hayam Wuruk.
Rakryan Patih: Mpu Mada
Rakryan Tumenggung: Mpu Nala.
Berdasarkan kelima sumber sejarah yang telah disebutkan dapatlah dipahami bahwa Mpu Nala memang seorang Panglima Perang Tentara Kerajaan Majapahit yang menjabat sejak zaman Tribwana Tunggadewi Hingga Masa Hayam Wuruk, sehingga dengan demikian anggapan yang menyatakan bahwa Mpu Nala hanya sebagai Laksamana (Panglima Angkatan Laut) Majapahit tidak benar. Sebab Mpu Nala merupakan Panglima Majapahit segala angkatan bersenjata, baik darat maupun laut.
Dalam garis komando ketentaraan, Rakryan Tumenggung berada pada urutan setelah Raja dan Patih (Mahapatih/Perdana Mentri). Ketika Patih Gajah Mada wafat, Mpu Nala oleh Hayam Wuruk tidak dinaikkan pangkatnya menjadi Patih karena sudah terlalu tua. Di usia senjanya, Mpu Nala dinaikkan pangkatnya sebagai Wreda Mantri atau Menteri Senior yang fungsinya sebagai penasehat Raja atau sebagai pejabat pengawas.
Meskipun sebagai Panglima perang segala angkatan bersenjata Majapahit, Mpu Nala dikenal sebagai Panglima yang piawai memimpin peperangan baik di darat maupun di laut, kepiawaiannya dalam memimpin armada laut ke wilayah-wilayah Nusantara itulah yang memunculkan anggapan bahwa Mpu Nala sebagai Laksamana Kerajaan Majapahit.
Selama menjabat sebagai Panglima Perang Majapahit, Mpu Nala diharuskan dapat mewujudkan sumpah Patih Gajah Mada yaitu menaklukan negeri-negeri di Nusantara. Diantara beberapa misi sukses yang dilakukan Mpu Nala adalah menaklukan Kerajaan Labuan Lombok, Samudra Pasai, Jambi, Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra). Kemudian ada juga Nansarunai (Kalimantan Selatan), Dompo (Nusa Tenggara Barat), Langkasuka, Kelantan, Kedah, Selangor, Pulau Bintan, Tumasik (Singapura) dan Negeri-negeri di Semenanjung Melayu.
Belum ada Komentar untuk "Mpu Nala Panglima Tentara Majapahit Masa Tribwana Tunggadewi Hingga Hayam Wuruk"
Posting Komentar