Kematian Jaka Tingkir
Jumat, 22 November 2019
Tulis Komentar
Kematian Jaka Tingkir dikisahkan dalam Babad Tanah Jawa, dalam naskah tersebut disebutkan bahwa ketika Jaka Tingkir (Hadiwijaya) menjabat sebagai Sultan Pajang Keadipatian Mataram memberontak, sehingga Jaka Tingkir dengan 10.000 pasukan Pajang menyerang Mataram.
Serangan Jaka Tingkir dengan pasukan yang sangat besar itu gagal karena berbarengan dengan itu Gunung Merapi meletus, letusan abu vulkaniknya menghalangi pandangan tentara Pajang, sehingga mau tidak mau Jaka Tingkir memutuskan untuk mundur dan kembali ke Pajang karena kondisi yang tak memungkinkan.
Dalam perjalananan Pulang, Jaka Tingkir singgah ke Makam Sunan Tembayat, namun ia tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggap sebagai firasat bahwa ajalnya akan segera tiba.
Setelah berziarah Jaka Tingkir kemudian melanjutkan perjalanan ke Pajang, akan tetapi dalam perjalanan pulang, Jaka Tingkir terjatuh dari Gajah Tunganggannya sehingga ia harus di usung dengan tandu.
Sesampainya di Pajang, sakit Jaka Tingkir bertambah parah. Ia pun akhirnya berwasiat kepada anak dan menantunya agar jangan membenci Sutawijaya (Adipati Mataram yang memberontak), karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir, selain itu Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Jaka Tingkir. Sementara dalam cerita Rakyat Sutawijaya sebetulnya adalah anak Jaka Tingkir dengan anak Ki Ageng Sela Mataram.
Jaka Tingkir akhirnya wafat pada Tahun 1582, ia dimakamkan di desa Butuh yang merupakan kampung halaman ibunya. Selepas kematian Jaka Tingkir yang menjadi Sultan Pajang selanjutnya adalah menantunya Arya Panggiri.
Selepas Arya Panggiri naik tahta, ia melanggar wasiat Jaka Tingkir, karena melancarkan serangan ke Mataram, berkali-kali Arya Panggiri melakukan serangan ke Mataram namun semua serangan tersebut menuai kegagalan karena tidak didukung oleh pejabat kerajaan dan rakyat yang memilih patuh pada wasiat Jaka Tingkir.
Lama-kelamaan Arya Panggiri merasa muak pada rakyat dan punggawa kerajaan yang tidak mendukungnya, dari itulah banyak petinggi Pajang yang dipecat serta dihukum berat, rakyat yang tidak mendukungpun disengsarakan.
Keadaan semacam itu membuat Pangeran Benowo naik pitam, sehingga ia bersekutu dengan Mataram untuk melengserkan Arya Panggiri.
Gabungan Pasukan Pangeran Benowo dan Sutawijaya akhirnya mengalahkan Pajang, sementara Arya Panggiri sendiri wafat dalam peristiwa itu.
Selepas kematian Arya Panggiri, Pangeran Benowo akhirnya naik tahta, ia menjadi Sultan Pajang selanjutnya.
Serangan Jaka Tingkir dengan pasukan yang sangat besar itu gagal karena berbarengan dengan itu Gunung Merapi meletus, letusan abu vulkaniknya menghalangi pandangan tentara Pajang, sehingga mau tidak mau Jaka Tingkir memutuskan untuk mundur dan kembali ke Pajang karena kondisi yang tak memungkinkan.
Dalam perjalananan Pulang, Jaka Tingkir singgah ke Makam Sunan Tembayat, namun ia tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggap sebagai firasat bahwa ajalnya akan segera tiba.
Setelah berziarah Jaka Tingkir kemudian melanjutkan perjalanan ke Pajang, akan tetapi dalam perjalanan pulang, Jaka Tingkir terjatuh dari Gajah Tunganggannya sehingga ia harus di usung dengan tandu.
Sesampainya di Pajang, sakit Jaka Tingkir bertambah parah. Ia pun akhirnya berwasiat kepada anak dan menantunya agar jangan membenci Sutawijaya (Adipati Mataram yang memberontak), karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir, selain itu Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Jaka Tingkir. Sementara dalam cerita Rakyat Sutawijaya sebetulnya adalah anak Jaka Tingkir dengan anak Ki Ageng Sela Mataram.
Jaka Tingkir akhirnya wafat pada Tahun 1582, ia dimakamkan di desa Butuh yang merupakan kampung halaman ibunya. Selepas kematian Jaka Tingkir yang menjadi Sultan Pajang selanjutnya adalah menantunya Arya Panggiri.
Kisruh Tahta Dalam Kematian Jaka Tingkir
Menjelang kematiannya, Jaka Tingkir tidak mewasiatkan penggantinya, sehingga ketika Jaka Tingkir wafat terjadi kisruh perebutan tahta antara menantu Jaka Tingkir dan anaknya Pangeran Benowo. Kisruh tersebut pada mulanya hampir membuat keduanya berperang, akan tetapi Pangeran Benowo mengalah, ia kemudian memilih menjadi Adipati di Jipang.Selepas Arya Panggiri naik tahta, ia melanggar wasiat Jaka Tingkir, karena melancarkan serangan ke Mataram, berkali-kali Arya Panggiri melakukan serangan ke Mataram namun semua serangan tersebut menuai kegagalan karena tidak didukung oleh pejabat kerajaan dan rakyat yang memilih patuh pada wasiat Jaka Tingkir.
Lama-kelamaan Arya Panggiri merasa muak pada rakyat dan punggawa kerajaan yang tidak mendukungnya, dari itulah banyak petinggi Pajang yang dipecat serta dihukum berat, rakyat yang tidak mendukungpun disengsarakan.
Keadaan semacam itu membuat Pangeran Benowo naik pitam, sehingga ia bersekutu dengan Mataram untuk melengserkan Arya Panggiri.
Gabungan Pasukan Pangeran Benowo dan Sutawijaya akhirnya mengalahkan Pajang, sementara Arya Panggiri sendiri wafat dalam peristiwa itu.
Selepas kematian Arya Panggiri, Pangeran Benowo akhirnya naik tahta, ia menjadi Sultan Pajang selanjutnya.
Belum ada Komentar untuk "Kematian Jaka Tingkir"
Posting Komentar