Sejarah Dakwah Sunan Kalijaga
Sabtu, 05 Oktober 2019
Tulis Komentar
Sebagai salah seorang anggota wali songo tentunya Sunan Kalijaga selama hidupnya sibuk mendakwahkan agama Islam. Sejarah dakwah Sunan Kalijaga tercatat dalam berbagai naskah kuno, diantaranya Babad Demak, Babad Cirebon dan lain sebagainya.
Menurut Babad Demak Raden Said mengawali dakwahnya di Cirebon, tepatnya di Desa Kalijaga, untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Dari situlah kemudian Raden Said dijuluki Sunan Kalijaga karena memang bertempat tinggal di desa Kalijaga.
Pada awal kedatangannya ke Cirebon, Sunan Kalijaga dikisahkan menyamar dan bekerja sebagai pembersih Masjid Agung Keraton Cirebon. Di sinilah Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Dalam pertemuan itu dikisahkan bahwa Sunan Gunung Jati sengaja menguji Sunan Kalijaga dengan sebongkah emas yang diletakkan di bawah padasan.
Saat melihat sebongkah emas tersebut Sunan Kalijaga tidak kaget, mengingat ajaran Sunan Ampel aja gumunan, yang artinya jangan mudah kaget dan heran. Malah Emas tersebut disulap menjadi batu oleh Sunan Kalijaga yang digunakan sebagai tempat meletakkan bakiak. Setelah lulus dari ujian tersebut Sunan Kalijaga dinikahkan oleh Sunan Giri dengan adiknya sendiri bernama Zaenab. Dari pernikahan tersebut, Sunan Kalijaga memiliki satu putra bernama Watiswara yang dikenal dengan nama Sunan Panggung, seorang putri kembarannya bernama Watiswari, dan seorang putri bernama Ratu Champaka.
Dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga tinggal dalam waktu beberapa tahun saja di Cirebon. Dalam perjalanan hidupnya selanjutnya, Sunan Kalijaga mengembara ke Bintoro, Demak, dan membantu Sultan Demak. menyebarkan Islam di Pulau Jawa, khususnya di daerah Pantai Utara Jawa. Untuk menghargai jasa Sunan Kalijaga tersebut, Sultan memberikan bumi Kadilangu sebagai bumi Pardikan kepada Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Kisah Perceraian Sunan Kalijaga dan Istrinya Nyi Undi
Di Kadilangu, Sunan Kalijaga menetap hingga akhir hayatnya. Kadilangu merupakan tempat Sunan Kalijaga membina kehidupan rumah tangga. Istri yang disebut-sebut hanyalah Dewi Sarah, Putri Maulana Ishak, memberikan tiga orang anak kepada Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga diakui sebagai Guru Suci ing Tanah Jawi, artinya guru suci di Tanah Jawa. Sebagaiman dakwah para Wali Sanga yang mengedepankah dakwah dengan penuh hikmah dan bijaksana, Sunan Kalijaga merealisasikan prinsip dakwah sesuai dengan prinsip jawa momong, momor, momot yang artinya mengasuh, bergaul dan melebur. Artinya dalam menyampaikan ajaran Islam Sunan senantiasa mengarahkan dan membimbing umat namun tidak sebagai orang yang ‘jabatan’ agamanya lebih tinggi melainkan dengan bergaul dan nyawiji, melebur dan menyatu dengan umat.
Dakwah dengan tiga prinsip tersebut menjadikan Islam berhasil dikembangkan hingga ke pelosok Jawa. Adapun karya-karya dan peninggalan Sunan Kalijaga yang berupa kesenian sebagai media dakwah adalah gamelan, wayang kulit, baju takwa Demak, tembang dhandhanggula kain batik motif garuda, dan syair-syair pujian pesantren.
Kepiawaian Sunan Kalijaga dalam mengislamisasi nilai-nilai budaya Nusantara yang berasal dari Hindu rupanya berhasil untuk menarik perhatian masyarakat Jawa yang menyukai tontonan pagelaran Wayang. Sang Sunan menggubah pakem-pakem wayang yang semula berkiblat pada kisah-kisah Hindu disisipi ajaran-ajaran Islam. Saat menyelenggarakan lakon wayang Sunan Kalijaga meminta upah kepada masyarakat berupa Jimat Kalimasada, atau ucapan Syahadat. Beliau mau melakonkan wayang untuk meramaikan pesta asal yang memanggil itu bersedia bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam.
Dengan kemampuan sebagai dalang yang menakjubkan tersebut, sunan Kalijaga selama berdakwah di Jawa Barat dikenal penduduk sebagai dalang yang menggunakan nama yang berbeda sebagai nama samaran. Di Pajajaran, Sunan Kalijaga di kenal dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di daerah Tegal dikenal sebagai dalang barongan dengan nama Ki Dalang Bengkok. Di daerah Purbalingga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang topeng dengan nama Ki Dalang Kumendung, sedangkan di Majapahit dikenal sebagai dalang dengan nama Ki Unehan. Kegiatan dakwahnya memanfaatkan pertunjukkan tari topeng, barongan dan wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Kisah Kematian Sunan Kalijaga
Menurut Babad Demak Raden Said mengawali dakwahnya di Cirebon, tepatnya di Desa Kalijaga, untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Dari situlah kemudian Raden Said dijuluki Sunan Kalijaga karena memang bertempat tinggal di desa Kalijaga.
Pada awal kedatangannya ke Cirebon, Sunan Kalijaga dikisahkan menyamar dan bekerja sebagai pembersih Masjid Agung Keraton Cirebon. Di sinilah Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Dalam pertemuan itu dikisahkan bahwa Sunan Gunung Jati sengaja menguji Sunan Kalijaga dengan sebongkah emas yang diletakkan di bawah padasan.
Saat melihat sebongkah emas tersebut Sunan Kalijaga tidak kaget, mengingat ajaran Sunan Ampel aja gumunan, yang artinya jangan mudah kaget dan heran. Malah Emas tersebut disulap menjadi batu oleh Sunan Kalijaga yang digunakan sebagai tempat meletakkan bakiak. Setelah lulus dari ujian tersebut Sunan Kalijaga dinikahkan oleh Sunan Giri dengan adiknya sendiri bernama Zaenab. Dari pernikahan tersebut, Sunan Kalijaga memiliki satu putra bernama Watiswara yang dikenal dengan nama Sunan Panggung, seorang putri kembarannya bernama Watiswari, dan seorang putri bernama Ratu Champaka.
Dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga tinggal dalam waktu beberapa tahun saja di Cirebon. Dalam perjalanan hidupnya selanjutnya, Sunan Kalijaga mengembara ke Bintoro, Demak, dan membantu Sultan Demak. menyebarkan Islam di Pulau Jawa, khususnya di daerah Pantai Utara Jawa. Untuk menghargai jasa Sunan Kalijaga tersebut, Sultan memberikan bumi Kadilangu sebagai bumi Pardikan kepada Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Kisah Perceraian Sunan Kalijaga dan Istrinya Nyi Undi
Di Kadilangu, Sunan Kalijaga menetap hingga akhir hayatnya. Kadilangu merupakan tempat Sunan Kalijaga membina kehidupan rumah tangga. Istri yang disebut-sebut hanyalah Dewi Sarah, Putri Maulana Ishak, memberikan tiga orang anak kepada Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga diakui sebagai Guru Suci ing Tanah Jawi, artinya guru suci di Tanah Jawa. Sebagaiman dakwah para Wali Sanga yang mengedepankah dakwah dengan penuh hikmah dan bijaksana, Sunan Kalijaga merealisasikan prinsip dakwah sesuai dengan prinsip jawa momong, momor, momot yang artinya mengasuh, bergaul dan melebur. Artinya dalam menyampaikan ajaran Islam Sunan senantiasa mengarahkan dan membimbing umat namun tidak sebagai orang yang ‘jabatan’ agamanya lebih tinggi melainkan dengan bergaul dan nyawiji, melebur dan menyatu dengan umat.
Dakwah dengan tiga prinsip tersebut menjadikan Islam berhasil dikembangkan hingga ke pelosok Jawa. Adapun karya-karya dan peninggalan Sunan Kalijaga yang berupa kesenian sebagai media dakwah adalah gamelan, wayang kulit, baju takwa Demak, tembang dhandhanggula kain batik motif garuda, dan syair-syair pujian pesantren.
Kepiawaian Sunan Kalijaga dalam mengislamisasi nilai-nilai budaya Nusantara yang berasal dari Hindu rupanya berhasil untuk menarik perhatian masyarakat Jawa yang menyukai tontonan pagelaran Wayang. Sang Sunan menggubah pakem-pakem wayang yang semula berkiblat pada kisah-kisah Hindu disisipi ajaran-ajaran Islam. Saat menyelenggarakan lakon wayang Sunan Kalijaga meminta upah kepada masyarakat berupa Jimat Kalimasada, atau ucapan Syahadat. Beliau mau melakonkan wayang untuk meramaikan pesta asal yang memanggil itu bersedia bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam.
Dengan kemampuan sebagai dalang yang menakjubkan tersebut, sunan Kalijaga selama berdakwah di Jawa Barat dikenal penduduk sebagai dalang yang menggunakan nama yang berbeda sebagai nama samaran. Di Pajajaran, Sunan Kalijaga di kenal dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di daerah Tegal dikenal sebagai dalang barongan dengan nama Ki Dalang Bengkok. Di daerah Purbalingga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang topeng dengan nama Ki Dalang Kumendung, sedangkan di Majapahit dikenal sebagai dalang dengan nama Ki Unehan. Kegiatan dakwahnya memanfaatkan pertunjukkan tari topeng, barongan dan wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Kisah Kematian Sunan Kalijaga
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Dakwah Sunan Kalijaga"
Posting Komentar