Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan)
Selasa, 15 Oktober 2019
Tulis Komentar
Knowledge Sharing atau berbagi pengetahuanadalah proses yang sistematis dalam mengirimkan, mendistribusikan, dan mendiseminasikan pengetahuan dan konteks multidimensi dari seorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lain yang membutuhkan melalui metode dan media yang variatif (Lumbantobing, 2012 : 24).
Menurut Van den Hoof dan De Ridder (2004), knowledge sharing adalah proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit dan explicit knowledge) dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan (solusi) baru.
Salah satu tujuan definisi ini terdiri dari memberikan dan mengumpulkan knowledge, dimana memberikan knowledge dengan cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain apa yang dimiliki dari personal intellectual capital seseorang, dan mengumpulkan pengetahuan merujuk pada berkonsultasi dengan rekan kerja dengan membagi informasi atau intellectual capital yang mereka miliki.
Menurut Pasaribu (2009), knowledge sharing dapat didefinisikan sebagai kebudayaan interaksi sosial, termasuk pertukaran knowledge antara karyawan, pengalaman, dan skill melalui keseluruhan departemen atau organisasi, hal ini menciptakan dasar umum bahwa kebutuhan untuk kerjasama.
Connelly dan Kelloway (dalam Baharim, 2008) mendefinisikan knowledge sharing sebagai perilaku yang melibatkan pertukaran informasi atau membantu rekan kerja yang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing adalah proses dimana para individu secara timbal balik saling bertukar pengetahuan atau informasi melalui interaksi sosial berdasarkan pengalaman dan skill yang mereka miliki untuk membagi dan menerima pengetahuan dalam keseluruhan organisasi untuk menciptakan pengetahuan baru.
Carmeli, Gelbard, dan Reiter-Palmon (2013) juga langsung menguraikan Knowledge sharing ke dalam beberapa indikator yaitu: (1) Kemampuan seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya untuk berbagi informasi dan pengetahuan; (2) Kemampuan memecahkan masalah dengan solusi kreatif; (3) Kemampuan menyerap informasi dan pengetahuan; dan (4) Kemampuan menyampaikan pengetahuan yang didapat dari internal dan eksternal perusahaan.
Berdasarkan dimensi dan indikator yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil sebuah simpulan mengenai dimensi dan indikator knowledge sharing sebagai berikut: (1) Dimensi interaksi sosial; (2) Dimensi berbagi pengalaman; (3) Dimensi hubungan internal; (4) Dimensi pengamatan; dan (5) Dimensi kepercayaan.
Profesional knowledge, yaitu pengetahuan yang memungkinkan pemiliknya melakukan pekerjaanya atau sering disebut dengan istilah know-how. Pengetahuan ini dihasilkan dari kombinasi pendidikan formal dan pengalaman seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Profesional kowledge merupakan prasyarat untuk menjadi seorang spesialis yang berkontribusi dalam aktivitas organisasi.
Coordinating knowledge, terdapat pada aturan-aturan, standar dan cara-cara bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan. Coordinating knowledge mengintegrasikan dan menuntun aplikasi dari profesional knowledge, agar terjadi transformasi input menjadi output yang aman di dalam organisasi. Dengan kata lain, coordinating knowledge merupakan proses bisnis yang mengatur siapa melakukan apa dan kapan, dan tidak mengatur “bagaimana” cara melakukan pekerjaan, karena “bagaimana” adalah porsi dari profesional knowledge.
Object-based knowledge, merupakan knowledge yang terkait dengan objek tertentu dan dilewatkan melalui jalur produksi dari perusahaan. Kombinasi dari profesional knowledge dan coordinating knowledge yang diintegrasikan dan diaplikasikan pada objek tertentu seperti pasien, pelanggan atau mesin, merupakan object-based knowledge. Contohnya, cara penanganan gangguan pada elemen sistem komunikasi, yang memadukan profesional knowledge (pengetahuan tentang elemen telekomunikasi) dan coordinating knowledge (standar penanganan gangguan).
Know-who adalah knowledge tentang dimana knowledge yang dibutuhkan berada dan siapa pemiliknya. Know-who memungkinkan identifikasi tentang expert atau orang-orang yang mampu mendukung penyelesaian masalah-masalah yang spesifik. Knowledge manager perlu memiliki keterampilan dan kepemimpinan agar dapat melibatkan expert dalam penyelesaian suatu masalah.
Keempat jenis pengetahuan diatas merupakan persyaratan untuk berjalannya proses organisasional. Dengan kata lain, keempatnya tidak dapat dipisahkan karena proses organisasional tidak akan dapat berjalan jika ada salah satunya yang hilang. Knowledge sharing sangat bermanfaat bagi para pekerja atau karyawan karena dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang pelik dalam menyelesaikan pekerjaanya sehari-hari. Selain itu dengan knowledge sharing, seseorang dapat menerima pengetahuan atau solusi yang sudah terbukti berdasarkan pengalaman rekan kerjanya.
Menciptakan kesempatan yang sama bagi anggota organisasi untuk mengakses pengetahuan dan mempelajarinya.
Menciptakan kecepatan belajar atau mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh atau mempelajari pengetahuan baru.
Mempercepat penyelesaian tugas atau masalah, karena penyelesiannya tidak lagi dimulai dari nol.
Menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan metode yang sudah terbukti efektif di unit atau di tempat lain (sehingga mencegah reinventing the wheel)
Menyediakan bahan dasar bagi inovasi berupa pengetahuan yang bervariasi dan multiperspektif.
Dari uraian manfaat knowledge sharing di atas, dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing akan sangat bermanfaat bagi para pekeraja dalam suatu instansi tertentu termasuk didalamnya guru yang bekerja di sekolah tertentu. Sebab dengan adanya knowledge sharing antar para guru dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda, dengan adanya knowledge sharing, staf akan terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan dan akan lebih mudah dalam bekerja sama.
Menurut Van den Hoof dan De Ridder (2004), knowledge sharing adalah proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit dan explicit knowledge) dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan (solusi) baru.
Salah satu tujuan definisi ini terdiri dari memberikan dan mengumpulkan knowledge, dimana memberikan knowledge dengan cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain apa yang dimiliki dari personal intellectual capital seseorang, dan mengumpulkan pengetahuan merujuk pada berkonsultasi dengan rekan kerja dengan membagi informasi atau intellectual capital yang mereka miliki.
Menurut Pasaribu (2009), knowledge sharing dapat didefinisikan sebagai kebudayaan interaksi sosial, termasuk pertukaran knowledge antara karyawan, pengalaman, dan skill melalui keseluruhan departemen atau organisasi, hal ini menciptakan dasar umum bahwa kebutuhan untuk kerjasama.
Connelly dan Kelloway (dalam Baharim, 2008) mendefinisikan knowledge sharing sebagai perilaku yang melibatkan pertukaran informasi atau membantu rekan kerja yang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing adalah proses dimana para individu secara timbal balik saling bertukar pengetahuan atau informasi melalui interaksi sosial berdasarkan pengalaman dan skill yang mereka miliki untuk membagi dan menerima pengetahuan dalam keseluruhan organisasi untuk menciptakan pengetahuan baru.
Dimensi dan Indikator Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan)
Panahi, Watson, dan Partridge (2012) menyebutkan lima dimensi dari knowledge sharing yang terdiri dari:- Dimensi Social Interaction
- Dimensi Experience Sharing
- Dimensi Informal Relationship
- Dimensi Observation, dan
- Dimensi Mutual Trust
Carmeli, Gelbard, dan Reiter-Palmon (2013) juga langsung menguraikan Knowledge sharing ke dalam beberapa indikator yaitu: (1) Kemampuan seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya untuk berbagi informasi dan pengetahuan; (2) Kemampuan memecahkan masalah dengan solusi kreatif; (3) Kemampuan menyerap informasi dan pengetahuan; dan (4) Kemampuan menyampaikan pengetahuan yang didapat dari internal dan eksternal perusahaan.
Berdasarkan dimensi dan indikator yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil sebuah simpulan mengenai dimensi dan indikator knowledge sharing sebagai berikut: (1) Dimensi interaksi sosial; (2) Dimensi berbagi pengalaman; (3) Dimensi hubungan internal; (4) Dimensi pengamatan; dan (5) Dimensi kepercayaan.
Objek Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan)
Menurut Christensen (Lumbantobing, 2012: 26), ada jenis-jenis knowledge lain yang dapat menjadi objek knowledge sharing yaitu :Profesional knowledge, yaitu pengetahuan yang memungkinkan pemiliknya melakukan pekerjaanya atau sering disebut dengan istilah know-how. Pengetahuan ini dihasilkan dari kombinasi pendidikan formal dan pengalaman seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Profesional kowledge merupakan prasyarat untuk menjadi seorang spesialis yang berkontribusi dalam aktivitas organisasi.
Coordinating knowledge, terdapat pada aturan-aturan, standar dan cara-cara bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan. Coordinating knowledge mengintegrasikan dan menuntun aplikasi dari profesional knowledge, agar terjadi transformasi input menjadi output yang aman di dalam organisasi. Dengan kata lain, coordinating knowledge merupakan proses bisnis yang mengatur siapa melakukan apa dan kapan, dan tidak mengatur “bagaimana” cara melakukan pekerjaan, karena “bagaimana” adalah porsi dari profesional knowledge.
Object-based knowledge, merupakan knowledge yang terkait dengan objek tertentu dan dilewatkan melalui jalur produksi dari perusahaan. Kombinasi dari profesional knowledge dan coordinating knowledge yang diintegrasikan dan diaplikasikan pada objek tertentu seperti pasien, pelanggan atau mesin, merupakan object-based knowledge. Contohnya, cara penanganan gangguan pada elemen sistem komunikasi, yang memadukan profesional knowledge (pengetahuan tentang elemen telekomunikasi) dan coordinating knowledge (standar penanganan gangguan).
Know-who adalah knowledge tentang dimana knowledge yang dibutuhkan berada dan siapa pemiliknya. Know-who memungkinkan identifikasi tentang expert atau orang-orang yang mampu mendukung penyelesaian masalah-masalah yang spesifik. Knowledge manager perlu memiliki keterampilan dan kepemimpinan agar dapat melibatkan expert dalam penyelesaian suatu masalah.
Keempat jenis pengetahuan diatas merupakan persyaratan untuk berjalannya proses organisasional. Dengan kata lain, keempatnya tidak dapat dipisahkan karena proses organisasional tidak akan dapat berjalan jika ada salah satunya yang hilang. Knowledge sharing sangat bermanfaat bagi para pekerja atau karyawan karena dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang pelik dalam menyelesaikan pekerjaanya sehari-hari. Selain itu dengan knowledge sharing, seseorang dapat menerima pengetahuan atau solusi yang sudah terbukti berdasarkan pengalaman rekan kerjanya.
Manfaat Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan)
Segala sesuatu tentu memiliki manfaatnya tersendiri begitupun dengan knowledge sharing, menurut Lumbantobing (2012: 27) knowledge sharing memiliki manfaat sebagai berikut:Menciptakan kesempatan yang sama bagi anggota organisasi untuk mengakses pengetahuan dan mempelajarinya.
Menciptakan kecepatan belajar atau mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh atau mempelajari pengetahuan baru.
Mempercepat penyelesaian tugas atau masalah, karena penyelesiannya tidak lagi dimulai dari nol.
Menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan metode yang sudah terbukti efektif di unit atau di tempat lain (sehingga mencegah reinventing the wheel)
Menyediakan bahan dasar bagi inovasi berupa pengetahuan yang bervariasi dan multiperspektif.
Dari uraian manfaat knowledge sharing di atas, dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing akan sangat bermanfaat bagi para pekeraja dalam suatu instansi tertentu termasuk didalamnya guru yang bekerja di sekolah tertentu. Sebab dengan adanya knowledge sharing antar para guru dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda, dengan adanya knowledge sharing, staf akan terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan dan akan lebih mudah dalam bekerja sama.
Belum ada Komentar untuk "Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan)"
Posting Komentar