Kematian Jaka Tingkir
Minggu, 29 September 2019
Tulis Komentar
Kematian Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya dikisahkan dalam beberapa nakah sejarah salah satunya Babad Tanah Jawi, dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa kematian Jaka Tingkir bermula dari kisah pemberontakan Sutawijaya Adipati Mataram.
Pada saat Jaka Tingkir menjadi Sultan Pajang, Mataram merupakan keadipatian bawahan Pajang akan tetapi Sutawijaya mencoba untuk memerdekakan dari dari Pajang, hal inilah yang kemudian memantik perang Pajang Vs Mataram yang pada akhirnya berdampak pada kematian Jaka Tingkir.
Pemberontakan Sutawijaya dilatar belakangi oleh sakit hati, menurut pandangan Sutawijaya kerabat dekatnya diperlakukan semena-mena oleh Jaka Tingkir, Keponakan Sutawijaya dihukum mati oleh Jaka Tingkir hanya karena mencintai putri Jaka Tingkir, sementara ayah dari keponakannya di hukum buang di tempat terpencil, hal itulah yang membuat Sutawijaya membrontak, sebab bagi Sutawijaya kehormatan keluarga adalah segalanya.
Baca Juga: Kala Putri Jaka Tingkir Kepergok Mesum Dalam Kaputren
Tidak lama selepas Sutawijaya memproklamirkan pembangkangan terhdap Pajang, Jaka Tingkir mengerahkan pasukan yang sangat banyak untuk menghukum Mataram. Secara hitung-hitungan jelas Mataram bukan lawan sebanding bagi Pajang, Mataram pada waktu itu hanya keadipatian kecil yang hanya memiliki beberapa ribu tentara terlatih saja.
Pada saat menyerbu Mataram, pasukan Pajang bermarkas di Prambanan, komposisi pasukan terbilang lengkap, ada pasukan pemanah, pasukan berkuda, bahkan pasukan bergajah. Jumlahnyapun tidak tanggung-tanggung mencapai 10.000 pasukan lebih.
Perang antara Mataram dan Pajang kemudian meletus dengan hebat, akan tetapi pada saat itu rupanya keadaan tidak berpihak pada Pajang, sebab Gunung Merapi meletus, semburan sbu vulkanik dan hawa panas gunung merapi rupanya menyambar sebagaian pasukan Pajang yang bermarkas di Prambanan, akibatnya barisan tentara Pajang tercerai berai.
Sementara di sisi lain, pasukan Mataram yang mengetahui lawannya tercerai berai, terus melakukan serangan-serangan mematikan sehingga membuat repot barisan pasukan Pajang.
Menghindari kekalahan telak, Jaka Tingkir akhirnya menarik mundur sisa-sisa pasukannya meninggalkan mataram, dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat, namun tak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat bahwa ajalnya segera tiba.
Hadiwijaya melanjutkan perjalaan pulang, akan tetapi ditengah perjalanan ia terjatuh dari punggung Gajah tungganganya sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampainya di Pajang sakit Jaka Tingkir semakin parah. Pada tahun 1582 Jaka Tingkir akhirnya wafat.
Baca Juga: Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya
Pada saat Jaka Tingkir menjadi Sultan Pajang, Mataram merupakan keadipatian bawahan Pajang akan tetapi Sutawijaya mencoba untuk memerdekakan dari dari Pajang, hal inilah yang kemudian memantik perang Pajang Vs Mataram yang pada akhirnya berdampak pada kematian Jaka Tingkir.
Pemberontakan Sutawijaya dilatar belakangi oleh sakit hati, menurut pandangan Sutawijaya kerabat dekatnya diperlakukan semena-mena oleh Jaka Tingkir, Keponakan Sutawijaya dihukum mati oleh Jaka Tingkir hanya karena mencintai putri Jaka Tingkir, sementara ayah dari keponakannya di hukum buang di tempat terpencil, hal itulah yang membuat Sutawijaya membrontak, sebab bagi Sutawijaya kehormatan keluarga adalah segalanya.
Baca Juga: Kala Putri Jaka Tingkir Kepergok Mesum Dalam Kaputren
Tidak lama selepas Sutawijaya memproklamirkan pembangkangan terhdap Pajang, Jaka Tingkir mengerahkan pasukan yang sangat banyak untuk menghukum Mataram. Secara hitung-hitungan jelas Mataram bukan lawan sebanding bagi Pajang, Mataram pada waktu itu hanya keadipatian kecil yang hanya memiliki beberapa ribu tentara terlatih saja.
Pada saat menyerbu Mataram, pasukan Pajang bermarkas di Prambanan, komposisi pasukan terbilang lengkap, ada pasukan pemanah, pasukan berkuda, bahkan pasukan bergajah. Jumlahnyapun tidak tanggung-tanggung mencapai 10.000 pasukan lebih.
Perang antara Mataram dan Pajang kemudian meletus dengan hebat, akan tetapi pada saat itu rupanya keadaan tidak berpihak pada Pajang, sebab Gunung Merapi meletus, semburan sbu vulkanik dan hawa panas gunung merapi rupanya menyambar sebagaian pasukan Pajang yang bermarkas di Prambanan, akibatnya barisan tentara Pajang tercerai berai.
Sementara di sisi lain, pasukan Mataram yang mengetahui lawannya tercerai berai, terus melakukan serangan-serangan mematikan sehingga membuat repot barisan pasukan Pajang.
Menghindari kekalahan telak, Jaka Tingkir akhirnya menarik mundur sisa-sisa pasukannya meninggalkan mataram, dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat, namun tak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat bahwa ajalnya segera tiba.
Hadiwijaya melanjutkan perjalaan pulang, akan tetapi ditengah perjalanan ia terjatuh dari punggung Gajah tungganganya sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampainya di Pajang sakit Jaka Tingkir semakin parah. Pada tahun 1582 Jaka Tingkir akhirnya wafat.
Baca Juga: Sejarah Kesultanan Pajang, Masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya
Belum ada Komentar untuk "Kematian Jaka Tingkir"
Posting Komentar