Kekuasaan Para Sultan Cirebon Dilucuti Penjajah
Minggu, 02 Juni 2019
Tulis Komentar
Tahun Hijrah Nabi 1228 (1811 M) adalah tahun matinya kekuasaan para Sultan Cirebon, sebab pada tahun ini para Sultan Cirebon baik dari Kesultanan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan tidak lagi memerintah, bahkan bukan itu saja ketiga Sultan tersebut diwajibkan oleh penjajah untuk seba kepada Ki Natanegara dan Ki Mangkunegara, yaitu wakil penjajah yang kedudukannya lebih tinggi dibanding para Sultan di Ciebon.
Ki Natanegara dalam catatan Naskah Mertasinga merupakan seorang pelarian dari Pakungwati, selepas menjabat sebagai wakil Belanda dan membawahi ketiga Kesultanan Cirebon ia bergelar Raden Dipati.
Selain itu, masih menurut Naskah Mertasinga, bahwa dilucutinya fungsi para Sultan Cirebon dimulai semenjak Belanda dibawah jajahan orang-orang Prasman (Prancis) diteruskan dengan Inggris sampai pada kembali ke Pemerintahan Belanda. Aturan tersebut terus dijaga hingga masa-masa setelahnya, Sultan di Cirebon tidak lagi mempunyai wewenang dalam memerintah Negara.
Dalam sejarah, pada tahun 1799 M Prancis menjajah Belanda, maka jajahan seluruh Belanda termasuk Cirebon dalam kendali Pancis, meskipun orang-orang Belanda di Jawa tidak diusir.
Mulai Tahun 1799 hingga 1811 Masehi Prancis di wilayah Hindia Belanda termasuk Cirebon mengangkat Deandles (Beakhir di awal Tahun 1811) dan Janses (Berakhir di akhir tahun 1811) sebagai Gubernur Jendral, pada masa kedua Gubernur Jendral inilah para Sultan di Jawa termasuk di Cirebon, kekuasannya dilucuti/dikurangi.
Menjelang akhir Tahun 1811 Jawa termasuk Cirebon direbut Inggris. Pada masa ini, Inggris Mengangkat Rafles sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda, malangnya dalam masa pemerintahan Rafles aturan tentang dilucutinya fungsi Para Sultan masih diterapkan, bahkan aturan ini dipertahankan hingga Belanda kembali menjadi penguasa di Jawa termasuk Cirebon.
Dalam catatan Naskah Mertasinga, jika pada masa kendali Prancis, ketiga Sultan Cirebon harus seba kepada Ki Natangera, maka pada masa Inggris menguasai Cirebon, para Sultan diwajibkan Seba kepada wakil Inggris yang bernama Ki Mangkunegara.
Pada zaman itu, melalui Ki Mangkunegara Inggris mengatur Cirebon, sementara ketiga Sultan Cirebon hanya tahu beres saja, kesejahteraan ketiganya dizamin, mereka tinggal makan dan tidur saja, selain itu para Sultan juga menerima gajih dalam tiap bulannya.
Ki Natanegara dalam catatan Naskah Mertasinga merupakan seorang pelarian dari Pakungwati, selepas menjabat sebagai wakil Belanda dan membawahi ketiga Kesultanan Cirebon ia bergelar Raden Dipati.
Selain itu, masih menurut Naskah Mertasinga, bahwa dilucutinya fungsi para Sultan Cirebon dimulai semenjak Belanda dibawah jajahan orang-orang Prasman (Prancis) diteruskan dengan Inggris sampai pada kembali ke Pemerintahan Belanda. Aturan tersebut terus dijaga hingga masa-masa setelahnya, Sultan di Cirebon tidak lagi mempunyai wewenang dalam memerintah Negara.
Dalam sejarah, pada tahun 1799 M Prancis menjajah Belanda, maka jajahan seluruh Belanda termasuk Cirebon dalam kendali Pancis, meskipun orang-orang Belanda di Jawa tidak diusir.
Mulai Tahun 1799 hingga 1811 Masehi Prancis di wilayah Hindia Belanda termasuk Cirebon mengangkat Deandles (Beakhir di awal Tahun 1811) dan Janses (Berakhir di akhir tahun 1811) sebagai Gubernur Jendral, pada masa kedua Gubernur Jendral inilah para Sultan di Jawa termasuk di Cirebon, kekuasannya dilucuti/dikurangi.
Menjelang akhir Tahun 1811 Jawa termasuk Cirebon direbut Inggris. Pada masa ini, Inggris Mengangkat Rafles sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda, malangnya dalam masa pemerintahan Rafles aturan tentang dilucutinya fungsi Para Sultan masih diterapkan, bahkan aturan ini dipertahankan hingga Belanda kembali menjadi penguasa di Jawa termasuk Cirebon.
Dalam catatan Naskah Mertasinga, jika pada masa kendali Prancis, ketiga Sultan Cirebon harus seba kepada Ki Natangera, maka pada masa Inggris menguasai Cirebon, para Sultan diwajibkan Seba kepada wakil Inggris yang bernama Ki Mangkunegara.
Pada zaman itu, melalui Ki Mangkunegara Inggris mengatur Cirebon, sementara ketiga Sultan Cirebon hanya tahu beres saja, kesejahteraan ketiganya dizamin, mereka tinggal makan dan tidur saja, selain itu para Sultan juga menerima gajih dalam tiap bulannya.
Belum ada Komentar untuk "Kekuasaan Para Sultan Cirebon Dilucuti Penjajah"
Posting Komentar