Kerajaan Kahuripan Berdiri Untuk Balas Dendam
Senin, 13 Mei 2019
Tulis Komentar
Pada tahun 1006, Airlangga seorang pemuda tampan asal Bali didatangkan ke Jawa untuk dinikahkan dengan Putri Darmawangsa, seorang Putri dari Kerajaan Medang, akan tetapi manakala pesta perkawinan digelar, tiba-tiba Medang diserang musuh.
Medang runtuh, sementara Rajanya terbunuh. Airlangga temasuk orang yang beruntung, sebab ia behasil melarikan diri bersama Noratama pembantu setianya. Airlangga menyamar menjadi seorang petapa, dalam penyamarannya, Airlangga menyusun rencana mendirikan kerajaan baru, salah satu tujuannya untuk membalas dendam pada pihak-pihak yang telah membunuh mertua dan calon istrinya. Kerajaan yang didirikan Airlangga dikenal dengan nama “Kahuripan”.
Pada masa Darmawangsa memerintah Medang, ia melakukan ekspedisi ke Bali dan Kalimantan, menjalin pesahabatan dan membuat Koloni untuk perisapan menghadapi kerajaan Sriwijaya dan Sekutunya. Salah satu koloni dari Kerajaan Medang adalah Bali. Untuk mengikat tali persaudaraan antara Medang dan koloninya (Bali), Damawangsa menjodohkan Airlangga dengan putrinya. Begitulah sebab kenapa kemudian Airlangga dikawinkan dengan Putri Darmawangsa.
Noratama membawa Airlangga ke puncak gunung menghindari kejaran tentara Lwaram. Dipuncak gunung keduanya menghilangkan jati dirinya, keduanya menyamar menjadi seorang petapa Hindu.
Setelah tiga tahun melakukan penyamaran, Airlangga akhirnya membuka jati dirinya secara pelan-pelan, sebab kala itu, ia sudah tidak lagi dianggap sebagai buronan oleh Aji Wurawari maupun Sriwijaya.
Kabar mengenai selamatnya Airlangga dari maut rupanya menjadi harapan satu-satunya bagi bekas para pejabat tinggi Kerajaan Medang yang masih selamat, mereka mengharapkan agar Airlangga mau mendirikan kembali Kerajaan yang telah runtuh. Oleh karena itu mereka dengan bekas para pejabat tinggi Medang yang lain berkumpul untuk menobatkan Airlangga menjadi Raja baru penerus Medang.
Pada tahun 1009 tepat tiga tahun selepas runtuhnya Medang, Airlangga dinobatkan menjadi Raja penerus Darmawangsa, kerajaan baru itu kemudia ia namai “Kahuripan”, yang berarti “Kehidupan”, dinamakan “Kahuripan” karena pendiriannya menandakan adanya kehidupan baru bagi bekas Rakyat, Pejabat dan seluruh kerabat Raja Kerajaan Medang yang masih selamat.
Pada saat dinobatkan menjadi Raja Kahuripan, Airlangga bergelar “Abhiseka Sri Maharaja Rakai Hulu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Tunggadewa”.
Takluknya Sriwijaya ditangan Chola membuat gairah Airlangga untuk balas dendam pada Aiji Warawuri dari Lawaram meninggi kembali.
Airlangga berfikir, kondisi Sriwijaya yang kala itu sebagai Negeri taklukan Chola tidak mungkin dapat melindungi Lwaram, oleh karena itu, pada tahun 1025 Airlangga melancarkan ekspedisi merebut kembali wilayah-wilayah di Pulau Jawa yang dahulu masuk pada kekuasaan Kerajaan Medang.
Baca Juga: 50 Tahun Bangsa Tamil Memerintah Melayu
Ekspedisi Airlangga di tahun 1025-1032 mulanya menuai kemenangan, akan tetapi karena kerajaan Lwaram masih terbilang kuat Airlangga dapat dipukul mundur, bahkan Ibukota kerajaan Kahuripan direbut, sehingga Airlangga melarikan diri untuk kemudian membangun Ibukota baru bersama pengikutnya.
Dalam Ekspedisi yang kedua, Airlangga memperoleh kemenangan yang gemilang, sebab masih pada tahun 1032 Airlangga berhasil mngalahkan Raja Aji Wurawuri dan mampu merebut Ibu Kota kerajannya.
Terbunuhnya Aji Wura-Wuri dan tumbangnya Lwaram menandai tertunaikannya dendam Airlangga. Selanjutnya setelah peristiwa itu wilayah yang semula sebagai wilyah bekas Kerajaan Medang berangsur-angsur secara suka rela menggabungkan diri kedalam wilayah kerajaan Kahuripan.
Medang runtuh, sementara Rajanya terbunuh. Airlangga temasuk orang yang beruntung, sebab ia behasil melarikan diri bersama Noratama pembantu setianya. Airlangga menyamar menjadi seorang petapa, dalam penyamarannya, Airlangga menyusun rencana mendirikan kerajaan baru, salah satu tujuannya untuk membalas dendam pada pihak-pihak yang telah membunuh mertua dan calon istrinya. Kerajaan yang didirikan Airlangga dikenal dengan nama “Kahuripan”.
Sebab Perkawinan Airlangga dengan Putri Damawangsa
Airlangga adalah putra dari pasangan Darma Udayana Warmadewa dan Mahendradata Gunapriya Darmaputri. Ayahnya seorang Raja Bali dari wangsa Warmadewa, sementara ibunya adalah putri kerajaan Medang dari wangsa Ishana. Airlangga lahir di Bali, ketika diambil menantu oleh Darmawangsa Airlangga berumur 16 tahun.Pada masa Darmawangsa memerintah Medang, ia melakukan ekspedisi ke Bali dan Kalimantan, menjalin pesahabatan dan membuat Koloni untuk perisapan menghadapi kerajaan Sriwijaya dan Sekutunya. Salah satu koloni dari Kerajaan Medang adalah Bali. Untuk mengikat tali persaudaraan antara Medang dan koloninya (Bali), Damawangsa menjodohkan Airlangga dengan putrinya. Begitulah sebab kenapa kemudian Airlangga dikawinkan dengan Putri Darmawangsa.
Pelarian Airlangga dan Pendirian Kerajaan kahuripan
Selepas runtuhnya Medang yang disebabkan oleh serangan Raja Aji Wurawari dari Lwaram (sekutu Siwijaya), Airlangga dilarikan oleh Noratama, seorang Pasukan Khusus yang dipersiapkan ayah Airlngga untuk menjaga keselamatan putranya.Noratama membawa Airlangga ke puncak gunung menghindari kejaran tentara Lwaram. Dipuncak gunung keduanya menghilangkan jati dirinya, keduanya menyamar menjadi seorang petapa Hindu.
Setelah tiga tahun melakukan penyamaran, Airlangga akhirnya membuka jati dirinya secara pelan-pelan, sebab kala itu, ia sudah tidak lagi dianggap sebagai buronan oleh Aji Wurawari maupun Sriwijaya.
Kabar mengenai selamatnya Airlangga dari maut rupanya menjadi harapan satu-satunya bagi bekas para pejabat tinggi Kerajaan Medang yang masih selamat, mereka mengharapkan agar Airlangga mau mendirikan kembali Kerajaan yang telah runtuh. Oleh karena itu mereka dengan bekas para pejabat tinggi Medang yang lain berkumpul untuk menobatkan Airlangga menjadi Raja baru penerus Medang.
Pada tahun 1009 tepat tiga tahun selepas runtuhnya Medang, Airlangga dinobatkan menjadi Raja penerus Darmawangsa, kerajaan baru itu kemudia ia namai “Kahuripan”, yang berarti “Kehidupan”, dinamakan “Kahuripan” karena pendiriannya menandakan adanya kehidupan baru bagi bekas Rakyat, Pejabat dan seluruh kerabat Raja Kerajaan Medang yang masih selamat.
Pada saat dinobatkan menjadi Raja Kahuripan, Airlangga bergelar “Abhiseka Sri Maharaja Rakai Hulu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Tunggadewa”.
Balas Dendam Yang Terburu-Buru
12 tahun selepas Airlangga naik tahta, peristiwa besar mengguncang Sriwijaya, sebab pada tahun 1023 Sriwijaya ditaklukan oleh Kerajaan Tamil Chola.Takluknya Sriwijaya ditangan Chola membuat gairah Airlangga untuk balas dendam pada Aiji Warawuri dari Lawaram meninggi kembali.
Airlangga berfikir, kondisi Sriwijaya yang kala itu sebagai Negeri taklukan Chola tidak mungkin dapat melindungi Lwaram, oleh karena itu, pada tahun 1025 Airlangga melancarkan ekspedisi merebut kembali wilayah-wilayah di Pulau Jawa yang dahulu masuk pada kekuasaan Kerajaan Medang.
Baca Juga: 50 Tahun Bangsa Tamil Memerintah Melayu
Ekspedisi Airlangga di tahun 1025-1032 mulanya menuai kemenangan, akan tetapi karena kerajaan Lwaram masih terbilang kuat Airlangga dapat dipukul mundur, bahkan Ibukota kerajaan Kahuripan direbut, sehingga Airlangga melarikan diri untuk kemudian membangun Ibukota baru bersama pengikutnya.
Kemenangan Gemilang Airlangga
Selepas kegagalan Airlangga pada ekspedisi pertamanya, ia rupanya tidak putus semangat, kali ini Airlangga membangun angkatan tempurnya dengan sungguh-sungguh, barulah setelah dirasa cukup, dari Ibukota Kerajaan Kahuripan yang baru, Airlangga yang dirasuki dendam melakukan ekspedisi yang kedua, yaitu beruasaha kembali merebut wilayah-wilayah yang dahulu masuk pada kekuasaan kerajaan Medang sekaligus menghancurkan Lwaram.Dalam Ekspedisi yang kedua, Airlangga memperoleh kemenangan yang gemilang, sebab masih pada tahun 1032 Airlangga berhasil mngalahkan Raja Aji Wurawuri dan mampu merebut Ibu Kota kerajannya.
Terbunuhnya Aji Wura-Wuri dan tumbangnya Lwaram menandai tertunaikannya dendam Airlangga. Selanjutnya setelah peristiwa itu wilayah yang semula sebagai wilyah bekas Kerajaan Medang berangsur-angsur secara suka rela menggabungkan diri kedalam wilayah kerajaan Kahuripan.
Airlangga Membangun Negara
Setelah sebagian besar tanah Jawa bagian timur tunduk dibawah Kahuripan, Airlangga selanjutnya melakukan pembangunan yang ditjukan untuk kemakmuran rakyat dan kerajaan.
Diantara pembangunan yang dilaksanakan Airlangga adalah membangun Bendungan Waringin Sapta pada tahun 1037, gunanya untuk mencegah banjir musiman serta sebagai pengairan lahan pertanian, selain itu Airlangga juga memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat Surabaya Sekarang. Tidak lupa pula ia juga membangun Jalan-jalan yang menghubungkan pesisir dengan pusat kerajaan. Adapun sebagai kenang-kenangan ketika ia menjadi seorang petapa pelarian Airlangga meresmikan pertapaan di Gunung Pucangan pada tahun 1041, selanjutnya pembangunan terakhir yang ia lakukan adalah memindahkan Ibukota kerajaan ke Daha (Kediri).
Selepas berhasil membangun Kerajaan, bahkan mampu memakmurkan rakyatnya, akhirnya Airlangga merasa perlu untuk turun dari tahta, tahta ia wariskan pada Putri Mahkota, sehingga dengan demikian ia dapat menikmati masa-masa tuanya menjadi seorang Petapa.
Belum juga terwujud rencana yang ia impi-impikan, rupanya Putri Mahkota menolak menjadi penguasa perempuan. Putri ini justru lebih memilih hidup menjadi seorang petapa.
Penolakan putri mahkota membuat guncang Kahuripan, sebab dua Putra laki-laki Airlangga yang sama-sama lahir dari selir saling berebut tahta. Menghadapi kondisi semacam itu akhirnya Airlangga membelah kerjaannya menjadi dua.
Kerajaan bagian barat disebut Kediri/Panjalu dengan ibukota Daha, penguasa dari Kerajaan ini adalah Putra Airlangga yang bernama Sri Samarawijaya. Sementara Kerjaan bagian timur disebut Janggala dengan ibukota lama Kahuripan. penguasa dari Kerajaan ini adalah Putra Airlangga yang bernama Mapanji Garasakan.
Pembelahan kerajaan kahuripan menjadi dua menggunakan jasa seorang Mpu yang dikenal Sakti. Ia bernama Mpu Bharada. Meskipun demikian pembelahan kerajaan mengalami kendala, karena Mpu Bharada mengalami kecelakaan ketika melaksanakan tugas, kecelakaan itulah yang dikemudian hari menyebabkan keluarnya Kutukan Mpu Bharada.
Terbelahnya Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan Dibelah Dua |
Belum juga terwujud rencana yang ia impi-impikan, rupanya Putri Mahkota menolak menjadi penguasa perempuan. Putri ini justru lebih memilih hidup menjadi seorang petapa.
Penolakan putri mahkota membuat guncang Kahuripan, sebab dua Putra laki-laki Airlangga yang sama-sama lahir dari selir saling berebut tahta. Menghadapi kondisi semacam itu akhirnya Airlangga membelah kerjaannya menjadi dua.
Kerajaan bagian barat disebut Kediri/Panjalu dengan ibukota Daha, penguasa dari Kerajaan ini adalah Putra Airlangga yang bernama Sri Samarawijaya. Sementara Kerjaan bagian timur disebut Janggala dengan ibukota lama Kahuripan. penguasa dari Kerajaan ini adalah Putra Airlangga yang bernama Mapanji Garasakan.
Pembelahan kerajaan kahuripan menjadi dua menggunakan jasa seorang Mpu yang dikenal Sakti. Ia bernama Mpu Bharada. Meskipun demikian pembelahan kerajaan mengalami kendala, karena Mpu Bharada mengalami kecelakaan ketika melaksanakan tugas, kecelakaan itulah yang dikemudian hari menyebabkan keluarnya Kutukan Mpu Bharada.
Baca Juga: Kerajaan Medang (Mataram Kuno)
Belum ada Komentar untuk "Kerajaan Kahuripan Berdiri Untuk Balas Dendam"
Posting Komentar