Sisa Peninggalan Kerajaan Majapahit Di Pulau Dayak

Sebagai sebuah kerajaan yang dikisahkan pernah menguasai pulau Kalimantan adalah suatu hal yang lumrah bilamana di Pulau yang didiami suku Dayak itu terdapat sisa-sisa peninggalan Majapahit, keberadaan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditemukan pada kemudiannya dapat dijadikan acuan bahwa dahulu Kerajaan Majapahit memang pernah menguasai pulau itu.

Setidak-tidaknya ada tiga peninggalan Kerajaan Majapahit dalam bentuk senjata yang hingga kini dapat dijumpai di pulau itu, ketiga senjata peninggalan kerajaan Majapahit itu adalah sebagai berikut:

Keris Majapahit

Peninggalan pertama yang dipercayai berasal dari Kerajaan Majapahit adalah Keris Majapahit, begitulah sebutan yang biasa diucapkan oleh suku Dayak di Desa Sebandang, Toba, di pedalaman Kabupaten Sanggu, Kalimantan Barat.

Menurut kepercayaan yang dituturkan turun temurun oleh suku Dayak di Desa Sebandang bahwa Keris Majapahit yang kini dijadikan sebagai benda Pusaka desa Sebandang pada mulanya milik seorang Patih Majapahit yang bernama Patih Logender.
Keris Majapahit, Suku Dayak Sebandang
Patih Logender dikisahkan mempersunting Putri Kerajaan Sintang yang bernama Dara Juanti. Hingga akhir Hayatnya Patih Logender tinggal di Pulau Kalimantan dan dikuburkan di Desa Sebandang didekat hulu sungai Tayan. Keris Majapahit kemudian diwariskan kepada keturunan Sang Patih hingga bertus-ratus tahun lamanya.

Hingga kini, keris Majapahit masih ada, bentuknya kecil, meskipun demikian Keris Majapahit oleh Suku Dayak Desa Sebandang dikeramatkan, bahkan dalam tiap tahunnya para tetua adat suku Dayak setempat melakukan ritual penyucian, dalam ritual yang dilaksanakan masih tersisa adat dan budaya Jawa, seperti cara memandikan kerisnya hingga pengucapan mantra-mantranya.

Meriam Cetbang

Peninggalan selanjutnya yang dipercayai sebagai sisa-sisa peninggalan Kerajaan Majaphit yang ditemukan dipulau Dayak adalah benda pusaka berupa Meriam Cetbang, suatu jenis meriam yang dahulu diproduksi oleh Kerajaan Majapahit pada sekirat abad ke 15 hingga 16.

Meriam itu pada mulanya disimpan oleh keluarga Yulianto (43 Tahun), seorang penduduk asli  Dusun Sungai Lalau, Desa Nanga Kelapan, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, suatu wilayah yang berbatasan dengan Malaysia.
Penyerahan Meriam Cetbang Majapahit
Menurut Yulianto, meriam itu ia dapat dai warisan keluarganya turun temurun semenjak ratusan tahun yang silam. Yulianto menyerahkan benda pusaka itu kepada TNI yaitu kepada Komandan Pos (Danpos) Tanjung Lesung, Letnan Dua Inf. Andreas Bagus.

Benda Pusaka diserahkan oleh Yulianto kepada TNI sebagai wujud kepercayaannya kepada Negara untuk dapat menjaga meriam peninggalan Majapahit. Setelah dilakukan pengecekan,  satu pucuk meriam kuno tersebut memang berjenis Cetbang. Meriam yang dimaksud memiliki massa 23 kilogram, panjang (84 sentimeter), kaliber (20 milimeter).

Tombak Majapahit

Peninggalan ketiga yang dipercayai berasal dari Majapahit adalah tombak pusaka miliki Kerajaan Kutai Kartanegara, menurut legendanya Tombak tersebut merupakan hadiah dari Majapahit kepada Raja Maharaja Sultan yang pada tahun 1370-1420 memerintah Kutai. Kini Tombak Majapahit tersebut disimpan pada museum Mulawarman yaitu Musium Kesultanan Kutai Kertanegara.

Dalam sejarah Kutai Kartanegara disebutkan bahwa hubungan Kutai dengan Majapahit terjalin baik, bahkan pada umumnya Pelantikan Raja Kutai Kartanegara bisanya dilakukan setelah calon Raja Kutai dikirim ke Majapahit untuk belajar ketatanegaraan dan adat budaya Jawa di Majapahait selama beberapa waktu.
Tombak Majapahit-Kutai
Baca Juga: Kala Calon Raja Kutai Kartanegara Study Banding Ke Majapahit

Belum ada Komentar untuk "Sisa Peninggalan Kerajaan Majapahit Di Pulau Dayak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel