Ibnu Sina Membujang Hingga Ajal
Minggu, 17 Februari 2019
Tulis Komentar
BUNGFEI.COM-Dalam catatan Al-Jauzakani murid Ibnu Sina, diketahui bahwa pengertian kehidupan hampa menurut Ibnu Sina agaknya berbeda dengan kebanyakan anggapan para laki-laki mata keranjang. Ibnu Sina beranggapan bahwa kehidupan yang hampa adalah hidup panjang yang tak penuh makna dan karya, pandangan semacam ini tentu kebalikan dari padangangan laki-laki mata keranjang yang otak dan fikirannya hanya berorientasi pada kelamin dan slangkangan, mereka tak peduli pada makna dan karya.
Menjelang wafatnya Ibnu Sina, Al-Jauzakani selaku murid, sekertaris dan juga sebagai temannya, menasehati Ibnu Sina dengan agak berlebihan, Al-Jauzakani semacam menyinggung gurunya agar jangan terus-terusan menjadi penggila kerja dan terus-terusan melakukan penelitian demi penelitian dalam laboratorium.
Al-Jauzakani menghendaki agar Ibnu Sina hidup sebagaimana manusia normal, seperti menikah, dan bersenang-senenag setelah lepas dari penatnya waktu kerja agar badan tetap sehat dan berumur panjang, tapi Ibnu Sina seperti menampik nasehat itu, bahkan ia berujar “Saya memilih umur pendek yang penuh makna dan karya ketimbang umur panjang yang hampa”.
Nafsu Ibnu Sina pada penelitian, dan percoban ilmiahnya, mengalahkan nafsunya pada wanita, ia lebih memilih menulis buku dari hasil temuan-temuannya ketimbang sekedar menghayal bersenggama dengan bidadari sekalipun. Begitulah Ibnu Sina, ia membujang hingga ajal menjemputnya.
Sejarah mencatat, laki-laki penggila kerja dan peneliti mumpuni ini selama hidupnya menghasilkan 450 karya dalam bentuk buku dan jurnal dengan berbagai disiplin Ilmu, karyanya yang paling monumental adalah Al-Qonun At-tib atau The Canon Of Medicine, buku yang didalamnya berisi tentang teknik dan aturan penyembuhan penyakit. Buku itulah yang kelak mengantarkanya sebagai bapak kedokteran modern dunia.
Selama 700 tahun selepas kewafatannya buku Al-Qonun At-tib digunakan diberbagai perguruan tinggi kedokteran dunia, di Eropa selama 700 tahun buku itu dijadikan sebagai buku wajib bagi calon sarjana kedokteran. Selama 700 tahun itu pula entah berapa orang yang disembuhakan melalui bukunya. Dalam kasus ini sepertinya ucapan Ibnu Sina terbukti, sebab selepas wafatnya ia terbukti menjadi manusia yang bermakna karena karyanya.
Ibnu Sina dalam ucapan dan tulisan orang barat disebut sebagai Avicenna, mereka mengenal dan menganugerahinya sebagai bapak kedokteran modern dunia. Ilmuan muslim asal Persia ini hingga kini gaungnya tetap mewangi didunia, buktinya UNESCO sebagai organisasi dibawah naungan PBB itu dalam tiap tahunnya mengadakan ajang Avicenna Prize, yaitu suatu ajang yang mencatut nama Ibnu Sina sebagai nama dari ajang pemberian penghargaan bagi orang-orang yang berjasa dalam bidang penelitian.
Ibnu Sina atau Avicenna yang nama aslinya Ali Al-Hasan bin Ab dullah Bin Sina itu lahir pada tahun 980 Masehi tepat berada pada zaman ketika di Nusantara sedang jaya-jayanya Kerajaan Sriwijaya. Bapak kedokteran dunia yang membujang hingga ajalnya ini wafat pada tahun 1037 Masehi pada umur yang ke 58 tahun.
Daftar Bacaan
Moh. Yahya Damanhuri. 2012. Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia. Bekasi: PT Terang Mulia Abadi
Ali Sobirin El-Muantasy. 2007. Pskologi Ibnu Sina Kalam Cinta Dari Tuhan. Jakarta: Penerbit Republika
Menjelang wafatnya Ibnu Sina, Al-Jauzakani selaku murid, sekertaris dan juga sebagai temannya, menasehati Ibnu Sina dengan agak berlebihan, Al-Jauzakani semacam menyinggung gurunya agar jangan terus-terusan menjadi penggila kerja dan terus-terusan melakukan penelitian demi penelitian dalam laboratorium.
Al-Jauzakani menghendaki agar Ibnu Sina hidup sebagaimana manusia normal, seperti menikah, dan bersenang-senenag setelah lepas dari penatnya waktu kerja agar badan tetap sehat dan berumur panjang, tapi Ibnu Sina seperti menampik nasehat itu, bahkan ia berujar “Saya memilih umur pendek yang penuh makna dan karya ketimbang umur panjang yang hampa”.
Nafsu Ibnu Sina pada penelitian, dan percoban ilmiahnya, mengalahkan nafsunya pada wanita, ia lebih memilih menulis buku dari hasil temuan-temuannya ketimbang sekedar menghayal bersenggama dengan bidadari sekalipun. Begitulah Ibnu Sina, ia membujang hingga ajal menjemputnya.
Sejarah mencatat, laki-laki penggila kerja dan peneliti mumpuni ini selama hidupnya menghasilkan 450 karya dalam bentuk buku dan jurnal dengan berbagai disiplin Ilmu, karyanya yang paling monumental adalah Al-Qonun At-tib atau The Canon Of Medicine, buku yang didalamnya berisi tentang teknik dan aturan penyembuhan penyakit. Buku itulah yang kelak mengantarkanya sebagai bapak kedokteran modern dunia.
Anatomi Manusia Dalam Buku Al-Qonun At-tib |
Ibnu Sina dalam ucapan dan tulisan orang barat disebut sebagai Avicenna, mereka mengenal dan menganugerahinya sebagai bapak kedokteran modern dunia. Ilmuan muslim asal Persia ini hingga kini gaungnya tetap mewangi didunia, buktinya UNESCO sebagai organisasi dibawah naungan PBB itu dalam tiap tahunnya mengadakan ajang Avicenna Prize, yaitu suatu ajang yang mencatut nama Ibnu Sina sebagai nama dari ajang pemberian penghargaan bagi orang-orang yang berjasa dalam bidang penelitian.
Ibnu Sina atau Avicenna yang nama aslinya Ali Al-Hasan bin Ab dullah Bin Sina itu lahir pada tahun 980 Masehi tepat berada pada zaman ketika di Nusantara sedang jaya-jayanya Kerajaan Sriwijaya. Bapak kedokteran dunia yang membujang hingga ajalnya ini wafat pada tahun 1037 Masehi pada umur yang ke 58 tahun.
Daftar Bacaan
Moh. Yahya Damanhuri. 2012. Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia. Bekasi: PT Terang Mulia Abadi
Ali Sobirin El-Muantasy. 2007. Pskologi Ibnu Sina Kalam Cinta Dari Tuhan. Jakarta: Penerbit Republika
Belum ada Komentar untuk "Ibnu Sina Membujang Hingga Ajal"
Posting Komentar