Sultan Trenggono, Sultan Demak Ke Tiga
Sabtu, 17 November 2018
Tulis Komentar
Sultan Trenggono yang mempunyai nama kecil Raden Trenggono adalah Sultan Demak ke tiga, beliau anak dari istri pertama Raden Patah. Selepas kemangkatan kakanya Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) ia kemudian naik tahta pada 1521. Gelar Sultan Trenggono ketika ia menjadi Sultan Demak adalah Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Kakaknya yang mempunyai visi menjadikan Demak Kerajaan Maritim besar Nusantara menjadi inspirasinya untuk membangun Demak lebih serius, ia juga meneruskan cita-citanya kakanya untuk terus menghantam Portugis yang kala itu berusahan menaklukan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
Baca Juga: Pati Unus, Sultan Demak Ke Dua
Dizaman Sultan Trenggono Demak mencapai puncak kejayaannya, sebab pada masa ini hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah kekuasannya, ditambah lagi kerajaan-kerajaan lain diluar pulau Jawa semisl Madura, Sumatra dan Kalimantan.
Pada saat sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin. Pada waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Baca Juga: Raden Patah, Istri dan Anak-Anaknya
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan ditepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Selepas tebunuhnya Raden Kikin, Trenggono kemudian melenggang bebas menjadi Raja Demak. Diawal mula pemerintahannya, banyak orang yang meragukan kemampuannya, namun semua itu dapat dibantahnya melalui kerja keras, oleh karena itu pada masa ini Demak menjelma menjadi Kerajaan tangguh dan terkuat di Jawa, bahkan Portugispun pikir-pikir untuk menyerbu Demak walaupun mereka beberapa kali diserang oleh Demak.
Pada masa Sultan Trenggono memerintah, datang seorang Pemuda pelarian dari Pasai, pemuda ini lari dari Negerinya karena negerinya telah dihancurkan Portugis, ia ingin mengabdi dan berlindung ke Demak, pemuda itu dikenal dengan nama “Fatahillah”. Sultan Trenggono rupanya senang pada Fatahillah sehingga pemuda Pasai itu pun kemudian dikawinkan dengan putrinya yang bernama Ratu Pembayun.
Melalui menantunya Fatahillah, Sultan Trenggono menjalankan misi-misi strategis Demak untuk menjadi Kerajaan terkuat di Jawa, melalui tangan Fattahillah kejayaan Demak kemudian dapat dicapai. Yaitu menaklukan Sunda Kalapa, dan seluruh kota-kota wilayah pesisir utara Jawa.
Selain di Jawa, pada masa Sultan trenggono juga melakukan ekspedisi ke luar pulau seperti ekspedisi ke Banjarmasin Kalimantan, dalam eksepdisi ke Banjarmasin itu dikisahkan Demak memperoleh kemenangan yang gemilang.
Di masa sepuhnya, ada beberapa wilayah dijawa yang masih membangkang terhadap Demak, yaitu kerajaan Majapahit dan Blambangan. Majapahit dikisahkan dapat ditaklukan, sementara Blambangan dikisahkan sulit untuk ditaklukan, oleh karena itu demi mengikis kekuatan Blambangan Sultan Trenggono kemudian melakukan eksepdisi ke Panarkan untuk merebut kota itu dari tangan Balambangan.
Penyerbuan ke Panarukan itu dikisahkan berhasil, namun pada saat penyerbuan itu Sultan Trenggono ternyata tewas terbunuh dalam tendanya. Sultan Trenggono wafat ditangan anak Adipati Surabaya yang sebenarnya baru berumur 10 tahun. Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546. Tahta Kesultanan Demak kemudian beralih ke anaknya Sunan Perwata (Raden Mukmin).
Baca Juga: Kematian Sultan Trenggono Dalam Catatan Portugis
Kakaknya yang mempunyai visi menjadikan Demak Kerajaan Maritim besar Nusantara menjadi inspirasinya untuk membangun Demak lebih serius, ia juga meneruskan cita-citanya kakanya untuk terus menghantam Portugis yang kala itu berusahan menaklukan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
Baca Juga: Pati Unus, Sultan Demak Ke Dua
Dizaman Sultan Trenggono Demak mencapai puncak kejayaannya, sebab pada masa ini hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah kekuasannya, ditambah lagi kerajaan-kerajaan lain diluar pulau Jawa semisl Madura, Sumatra dan Kalimantan.
Pada saat sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin. Pada waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Baca Juga: Raden Patah, Istri dan Anak-Anaknya
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan ditepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Selepas tebunuhnya Raden Kikin, Trenggono kemudian melenggang bebas menjadi Raja Demak. Diawal mula pemerintahannya, banyak orang yang meragukan kemampuannya, namun semua itu dapat dibantahnya melalui kerja keras, oleh karena itu pada masa ini Demak menjelma menjadi Kerajaan tangguh dan terkuat di Jawa, bahkan Portugispun pikir-pikir untuk menyerbu Demak walaupun mereka beberapa kali diserang oleh Demak.
Pada masa Sultan Trenggono memerintah, datang seorang Pemuda pelarian dari Pasai, pemuda ini lari dari Negerinya karena negerinya telah dihancurkan Portugis, ia ingin mengabdi dan berlindung ke Demak, pemuda itu dikenal dengan nama “Fatahillah”. Sultan Trenggono rupanya senang pada Fatahillah sehingga pemuda Pasai itu pun kemudian dikawinkan dengan putrinya yang bernama Ratu Pembayun.
Melalui menantunya Fatahillah, Sultan Trenggono menjalankan misi-misi strategis Demak untuk menjadi Kerajaan terkuat di Jawa, melalui tangan Fattahillah kejayaan Demak kemudian dapat dicapai. Yaitu menaklukan Sunda Kalapa, dan seluruh kota-kota wilayah pesisir utara Jawa.
Selain di Jawa, pada masa Sultan trenggono juga melakukan ekspedisi ke luar pulau seperti ekspedisi ke Banjarmasin Kalimantan, dalam eksepdisi ke Banjarmasin itu dikisahkan Demak memperoleh kemenangan yang gemilang.
Di masa sepuhnya, ada beberapa wilayah dijawa yang masih membangkang terhadap Demak, yaitu kerajaan Majapahit dan Blambangan. Majapahit dikisahkan dapat ditaklukan, sementara Blambangan dikisahkan sulit untuk ditaklukan, oleh karena itu demi mengikis kekuatan Blambangan Sultan Trenggono kemudian melakukan eksepdisi ke Panarkan untuk merebut kota itu dari tangan Balambangan.
Penyerbuan ke Panarukan itu dikisahkan berhasil, namun pada saat penyerbuan itu Sultan Trenggono ternyata tewas terbunuh dalam tendanya. Sultan Trenggono wafat ditangan anak Adipati Surabaya yang sebenarnya baru berumur 10 tahun. Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546. Tahta Kesultanan Demak kemudian beralih ke anaknya Sunan Perwata (Raden Mukmin).
Keluarga Sultan Trenggono
Selama hidupnya, Sultan Trenggono dikiashkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga, dari kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh Sembilan orang anak yaitu:- Ratu Mas Pembayun
- Raden Mukmin (Panembahan Prawata)
- Ratu Mas Pamantingan
- Ratu Mas Kalinyamat
- Ratu Mas Arya Ing Surabaya
- Ratu Mas Katambang
- Ratu Mas Cempaka (Istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir)
- Panambahan Mas Ing Madiun
- Ratu Mas Sekar Kedaton
Baca Juga: Kematian Sultan Trenggono Dalam Catatan Portugis
Belum ada Komentar untuk "Sultan Trenggono, Sultan Demak Ke Tiga"
Posting Komentar