Asal-Usul Lembu Sora, Pahlawan Sekaligus Pembrontak Majapahit

Asal-Usul Lembu Sora mulai terkuak seiring ditemukannya beberapa sumber sejarah baru, baik berupa naskah maupun prasasti. Meskipun demikian, asal-asul Lembu Sora tidak dapat diuraikan begitu banyak. Sebab belum diketahui secara pasti mengenai tahun kelahiran, siapa ibu bapaknya dan dari daerah mana ia berasal.

Kisah mengenai Lembu Sora hanya dapat diuraikan dari ketika ia membantu pelarian Raden Wijaya ke Madura dari kejaran Jaya Katwang hingga kewafatannya karena dianggap memberontak pada Majapahit. Sejatinya Lembu Sora adalah pahlawan namun sekaligus juga dicap sebagai pemberontak Majapahit.

Lembu Sora dalam beberapa sumber sejarah mempunyai banyak sebutan atau nama, diantaranya adalah Pu Sora, Ken Sora dan Andaka Sora. Meskipun demikian sebutan Lembu Sora adalah sebutan yang paling Populer. 

Istilah Lembu dalam struktur Kerajaan Hindu-Budha di Jawa bermaksud orang penting stingkat mentri. Menurut Serat Paraton, bahwa Lembu Sora mulanya adalah pejabat Kerajaan Singasari yang mendampingi Dyah Wijaya (Raden Wijaya) ketika melarikan diri ke Madura menghindari kejaran Jaya Katwang pada 1292. 

Sebelumnya Jaya Katwang telah meruntuhkan Singasari, dan sebagai menantu sekaligus panglima Singasari yang penting tentu saja Raden Wijaya yang kala itu melarikan diri menjadi incaran Jaya Katwang. 

Ketika mendampingi Raden Wijaya ke Madura, Lembu Sora dikisahkan sebagai pejabat yang begitu perhatian pada keselamatan Raden Wijaya beserta istri-istrinya, bahkan ketika tmelakukan perjalanan pelarian, dan rombongan terjebak dalam rawa-rawa, Lembu Sora tidak segan-segan menggendong istri Raden Wijaya yang juga merupakan Putri Raja Singasari agar terhindar dari bahaya. 

Selanjutnya, kiprah Lembu Sora yang tercatat adalah ia menjadi pahlawan Majapahit ketika ia dengan bala tentaranya berhasil menggempur Daha, Ibukota Kerajaan Kediri yang dibangkitkan lagi oleh Jaya Katwang. Lembu Sora dikisahkan sebagai orang yang dapat menjebol Benteng Kota Daha bagian selatan dan dapat membunuh Patih Kebo Mundarang. 

Selain itu, Lembu Sora juga adalah orang yang berhasil membokong tentara Mongol hingga kalang kabut dan meninggalkan Jawa. Pendek kata, sumbangsih Lembu Sora dalam mendirikan dan memajukan Majapahit amatlah besar, dari itulah ia disayangi oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit pertama. 

Selepas kekalahan Jaya Katwang oleh Majapahit, sebagaimana yang diberitkan dalam Prasasti Sukamerta (1296) Mpu Sora (Lembu Sora) diangkat oleh Raden Wijaya sebagai Rakyan Patih di Daha. Jadi artinya selepas takluknya Daha/Kediri oleh Mahapahit. Lembu Sora didaulat sebagai perdana mentri di Kerajaan Kediri/Daha yang kala itu sudah menjadi bawahan Majapahit. 

Pemberontakan Lembu Sora   

Secara keterampilan dalam berperang memang Lembu Sora luar biasa, bahkan mengalahkan beberapa pahlawan Majapahit yang ada, diangkatnya Lembu Sora sebagai Patih di Daha dan diangkatnya keponakannya Ranggalawe sebagai Adipati di Tuban, membuat Ranggalawe tidak senang.

Ketidak senangan Ranggalawe adalah karena Raden Wijaya lebih memilih Mpu Nambi sebagai Mahapatih di Majapahit. Bagi Ranggalawe seharusnya pamannya lah yang pantas menjadi Mahapatih di Majapahit bukan Nambi. Sedangkan menurut Raden Wijaya, meskipun Nambi secara kemampuan perang tidak begitu baik, tapi dia sangat cerdas dalam mengatur siasat, karena baginya seorang Mahapatih itu harus pandai bersiasat. 

Lembu Sora sebetulnya tidak berkebaratan pada jabatan yang ia terima, bahkan ketika keponakannya memberontak karena hasutan Dyah Halayuda (Mahapati), ia lah yang menumpas keponakannya Ranggalawe. Namun ketika melakukan penumpasan pada keponakannya, hal yang tidak diduga-duga terjadi.

Kebo Anabrang membunuh Ranggalawe dengan keji di sungai dengan cara di timpa batu, Lembu Sora yang semula hanya mau menangkap keponakannya hidup-hidup marah besar, sehingga Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang (Mahisa Anabrang). 


Pada mulanya, pembunuhan Kebo Anabrang oleh Lembu Sora dapat dimaklumi Raden Wijaya, akan tetapi berkat hasutan Dyah Halayuda akhirnya Raden Wijaya menghukum Lembu Sora dengan melucuti jabatanyya dan mengasingkannya.

Hukuman macam itu pada awalnya diterima dengan lapang oleh Lembu Sora, akan tetapi Dyah Halayuda menghasutnya agar Lembu Sora dihukum secara kesatria, sebab hukuman buang sama saja menginjak-injak harga diri Lembu Sora.

Termakan hasutan Halayuda, Lembu Sora mendatangi Istana untuk menuntut hukuman yang setimpal, akan tetap karena hasutan Halayuda, Kedatangan Lembu Sora dianggap akan melakukan penyerangan pada Keraton, sehingga manakala Lembu Sora dan beberapa pengikutnya memasuki Keraton mereka disergap oleh tentara dan terjadi pertempuran dihalaman istana yang menyebabkan Lembu Sora wafat terbunuh. Lembu Sora wafat pada tahun 1300 Masehi. 

Belum ada Komentar untuk "Asal-Usul Lembu Sora, Pahlawan Sekaligus Pembrontak Majapahit"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel