Kiai Syakur Yasin, Cadang Pinggan Indramayu
Kiai Syakur Yasin, adalah Kiai yang kabarnya menguasai Bahasa Ingris, Prancis dan Arab ini merupakan alumni Pesantren Babakan Cirebon, sepanjang dari cerita yang saya dengar, beliau ketika mesantren selain hidupnya dibaktikan untuk menjadi abdi dalem Kiai (Pembantu Kiai Sanusi), beliau dikenal cerdas. Bahkan nantinya beliau dijodohkan dengan putri Kiainya.
Setelah menamatkan pendidikan di Cirebon, beliau melanjutkan kelana intelektualnya ke Timur Tengah dan Afrika. Irak, Syiria, Libia dan Tunisia adalah negara-negara yang pernah beliau singgahi untuk belajar. Menurut pengakuan Kiai Syakur beliau belajar di luar negeri selama 20 tahun.
Selain mendengarkan tausiahnya di Radio dan Youtube, saya juga pernah menjadi muridnya (Ngaji Secara Langsung) bersama Paman dari istri saya dalam beberapa waktu.
Bagi saya yang senang mikir dan senang pada gagasan pemikiran yang segar, Kiai Syakur ini begitu mengagumkan dalam mengurai masalah agama, logis dan menantang. Disisi lain, beliau ini juga mendalami ajaran Tasawuf. Hal ini tentu jarang ditemui, karena biasanya seorang intelektual seperti itu bersebrangan dengan ajaran-ajaran tasawuf.
Kiai Syakur Yasin |
Menurut Habib Lutfi, bahwa ketika beliau mengajar di Indramayu (Kliwed), beliau merasa kagum Pada Ibu dan Bapak Kiai Syakur, karena Ibu dan Bapaknya itu adalah dua pasang suami istri yang tidak segan-segan mengeluarkan harta bendanya untuk agama, maka beliau Habib lutfi, tidak heran jika Kiai Syakur dianugerahi kecerdasan yang dalam pada ilmu-ilmu agama, mengingat Ibu dan Bapaknya seorang pejuang agama.
Buya Bisri, Pendiri PP Ashhigor Internasional Gedongan, yang juga sebagai Dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pernah bercerita dalam suatu kuliah. Beliau bercerita, bahwa dahulu ketika belajar di Mekah, beliau ini termasuk murid yang susah memahami mata pelajaran, akan tetapi karena beliau selalu berangkat terus dan selelalu memperhatikan guru ketika belajar beliau menjadi bisa, menurutnya kala itu, murid yang paling Cerdas adalah Syakur, yang sekarang menjadi kiai di Indramayu. Saya waktu itu belum paham yang dimaksud Kiai Syakur ini siapa, Kiai Syakur Candangpinggan Kertasemaya atau siapa, bahkan sampai kinipun belum menemukan titik terang, mengingat dalam Pengakuannya, Kiai Syakur tidak menyebutkan Mekah sebagai salah satu Kota yang disinggahi ketika belajar di Timur tengah.
Kiai Syakur Banyak di Debat Kiai-Kiai Indramayu
Sebelum viral sebagaimana sekarang, Tausiah Kiai Syakur ini banyak didebat oleh beberapa Kiai di Indramayu, terutamanya dari Kiai-Kiai NU tradisional yang memegang teguh Kitab-kitab klasik (Kitab Kuning) sebagai panduan pemikirannya. Hal ini sering saya dengar bahkan sering saya saksikan langsung, mengingat yang mendebat itu salah satunya guru saya juga.
Perbedaan pemikiran dalam kalangan Nahdiyin (Orang NU) yang menimbulkan perdebatan ini sudah biasa, intelektual NU sudah begitu sejak lama, bahkan dipesantren-pesantren NU perdebatan dalam masalah agama itu sudah menjadi makanan sehari-hari. Oleh karena itu di debatnya pemikiran Kiai Syakur oleh Kiai-Kiai di Indramayu tidak menjadi soal, melainkan hanya dinamika keilmuan biasa.
Kiai Syakur di Debat Oleh Kiai Nasional
Semenjak tausiah Kiai Syakur banyak di upload oleh santrinya di Youtube, banyak Ulama-ulama lain yang tidak sejalan, uniknya yang tidak sejalan tidak hanya Ulama, sekelas Haikal Hasan marah-marah pada pemikiran kiai Syakur. Bagi saya fenomena semacam ini biasa saja, sama seperti fenomena yang dahulu pernah saya saksikan sebelum Kiai Syakur menasional.
Catatanya, Pemikir yang segar, yang pemikirannya berbeda dari yang kebanyakan bisanya akan mendapatkan sanggahan dari pengagum dan pengguna pemikiran klasik.
Belum ada Komentar untuk "Kiai Syakur Yasin, Cadang Pinggan Indramayu"
Posting Komentar