Syahidnya Arya Mengger Putra Pangeran Cakrabuana

Menurut Naskah Kuningan, dari tiga orang istrinya hanya dua yang melahirkan keturunan, dari dua istrinya pula itulah Pangeran Cakrabuana memperoleh sepuluh orang anak, yaitu delapan orang putri dan dua orang putra. Satu diantara dua anak laki-lakinya itu kelak wafat Syahid, putra Pangeran Cakrabuana yang wafat Syahid itu bernama Arya Mengger. 

Arya Mengger adalah anak Pengeran Cakrabuana dan Nyimas Kencana Larang atau Nyimas Mangunsari yang dikenal sebagai anak Ki Gede Alang-Alang. 

Nyimas Kencana Larang, menurut Naskah Kuningan melahirkan tiga orang putra dan putri, yaitu (1) Nyimas Dalem Pakungwati (2) Arya Mengger/Pangeran Pajabugan/Pangeran Kejaksaan II, dan (3) Pangeran Pajarakan. Meskipun begitu dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari Nyimas Dalem Pakungwati disebut sebagai anak Endang Geulis.

Selepas wafatnya Syarif Abdurahim (Pangeran Kejaksaan I), jabatan Kepala Kejaksaan (Jaksa Agung) Kesultanan Cirebon, dilimpahkan kepada Arya Mengger, Putra Pangeran Cakrabuana. 

Saat menjabat sebagai Kepala Kejaksaan (Jaksa Agung) Kesultanan Cirebon, Arya Mengger dikenal juga dengan nama Pangeran Kejaksan. 
Selama menjadi Jaksa Agung, Arya Mengger dikenal sebagai Jaksa/Hakim yang sangat adil dan bijaksana dalam memberikan keputusan kepada narapidana. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai Jaksa Agung yang biasa terjun ke lapangan secara langsung dalam menangani berbagai macam kasus kejahatan. 

Kebiasaan Arya Mengger terjun langsung ke lapangan itulah yang nantinya menyebabkannya wafat Syahid, yaitu wafat ketika dalam melaksanakan tugas negara. 

Kisah Syahidnya Arya Mengger dimulai dari peristiwa kejahatan yang terjadi di Waringin Pitu (Suatu Daerah dalam Ibu Kota Kesultanan Cirebon). 

Seorang penjahat mengamuk di Waringin Pitu secara membabi buta sambil menenteng sebilah senjata, penjahat tersebut menyerang siapa saja yang hendak menghalang-halanginya dalam berbuat kejahatan. 

Mendapatkan laporan dari masyarakat, Arya Mengger bersama petugas Kejaksan Cirebon lainnya berupaya meringkus penjahat yang mengamuk itu. 

Upaya peringkusan penjahat mengalami kendala, karena selain membawa senjata, penjahat tersebut juga rupanya pandai dalam ilmu silat, sehingga menyebabkan petugas Kejaksan kewalahan dalam menghadapinya. 

Mendapati anak buahnya kesulitan dalam melumpuhkan penjahat, Arya Mengger ikut serta dalam pertempuran menghadapi penjahat, namun kejadian yang tak diinginkan rupanya menimpanya, sebab selain menewaskan penjahat, Arya Mengger rupanya juga terluka parah akibat sabetan senjata yang disabetkan penjahat, sehingga beliau syahid di tempat itu juga. 

Kabar Syahidnya Arya Mengger membuat kaget Sunan Gunung Jati, sehingga bersama Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati mendatangi kejadian tempat perkara, kemudian melanjutkannya dengan mengusung jenazah sang Pangeran.

Menurut Naskah Mertasinga, atas dedikasinya dalam menjalankan tugas negara, Sunan Gunung Jati menganugerahi Arya Mengger dengan membangun tempat pemakan khusus di sebuah bukit di wilayah Sumber. Kelak komplek Pemakaman Pangeran Kejaksan II itu dikenal dengan nama Komplek Pemakaman Plangon. 

Kini, komplek Pemakaman Plangon, selain sebagai benda cagar budaya peninggalan Kesultanan Cirebon juga dikenal sebagai objek wisata religi. Selain berhawa sejuk, di komplek pemakaman tersebut juga banyak dihuni banyak monyet yang tidak ada seorangpun yang berani menggangunya. 

Bahasan lebih dalam mengenai Syahidnya Arya Mengger, putra Pangeran Cakrabuana kami sediakan pada Vidio dibawah ini;

Belum ada Komentar untuk "Syahidnya Arya Mengger Putra Pangeran Cakrabuana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel