Gugurnya Raden Kertawijaya, Panglima Kesultanan Cirebon
Selasa, 20 April 2021
Tulis Komentar
Raden Kertawijaya adalah anak Raden Benggala (Wiralodra IV), Adipati Indramayu yang turun tahta karena berebut kuasa dengan adiknya Raden Benggali (Bergelar Singalodra).
Semenjak lengser dari Tahta, Wiralodra IV membawa serta keluarganya termasuk Raden Kertawijaya untuk berbakti kepada Sultan Cirebon.
Jika ayahnya ketika mengabdi di Cirebon dijadikan sebagai guru Agama oleh Sultan Cirebon, maka Raden Kertawijaya dijadikan penguasa di Panjunan.
Selain dijadikan sebagai penguasa di Panjunan, Raden Kertawijaya juga dijadikan sebagai Panglima perang Kesultanan Cirebon (Kasepuhan).
Ketika Indramayu diperintah oleh Raden Semaun (Wiralodra V) yang tak lain merupakan keponakan Raden Kertawijaya. Indramayu diguncang upaya makar.
Bantarjati (Kini Bagian Majalengka) daerah kekuasaan Indramayu memberontak, pemimpinnya memproklamirkan berdirinya Negara Panca Tengah dengan Ki Bagus Rangin sebagai rajanya.
Ki Bagus Rangin melakukan pemberontakan karena muak terhadap para penguasa lokal yang sudah menjadi kaki tangan Belanda dan para pengusaha Cina. Sehingga baginya perlu mengadakan pemberontakan guna membebaskan masyarakat dari kedzaliman.
Pemberontakan Bagus Rangin mendapat tanggapan yang serius dari Adipati Indramayu, Raden Semaun (Wiralodra V) mengirimkan pasukannya ke Bantarjati untuk menumpas Bagus Rangin dan Negara Panca Tengahnya, namun upaya penumpasan itu gagal, pasukan Indramayu yang melakukan penumpasan justru dibantai oleh para pengikut Ki Bagus Rangin.
Kegagalan serbuan bala tentara Indramayu ke Bantarjati membuat Indramayu menjadi terpuruk, sebab dalam peristiwa itu Patih Astanaya, selaku Patih Kadipaten Indramayu terbunuh.
Sementara di sisi lain, Ki Bagus Rangin yang sudah muak dengan Dalem Dermayu (Penguasa Indramayu) memutuskan untuk melakukan kudeta, yaitu melenyapkan Raden Semaun dari tahta. Maka direncanakanlah penyerbuan ke Indramayu dengan jalan senyap. Namun, upaya Bagus Rangin tersebut dibocorkan oleh seorang wanita yang bernama Nyi Resik Jaya.
Mendapatkan bocoran jika Ki Bagus Rangin akan menyerbu Indramayu, Wiralodra V meminta batuan Cirebon dan Belanda untuk melindungi Indramayu.
Cirebon mengirimkan bala bantuan ke Indramayu yang dipimpin oleh Raden Kertawijaya, karena dianggap masih saudara dengan Raden Semaun, dalam ekspedisi ini Kertawijaya di dampingi oleh Raden Welang.
Bantuan Cirebon dan Belanda berhasil memporak porandakan bala tentara Ki Bagus Rangin yang mencoba untuk menguasai Indramayu. Sehingga mereka tercerai berai mundur ke tempat asalnya.
Ketika dirasa berhasil mengamankan Indramayu, Raden Kertawijaya beserta pasukannya pulang kembali ke Cirebon, namun kali ini ia melewati jalur selatan Cirebon.
Sesampainya di Palimanan, mereka terkaget-kaget karena di daerah itu terdapat benteng yang dijaga ketat oleh serdadu Belanda.
Bersama dengan pasukannya, Raden Kertawijaya dan Raden Welang kemudian menghampiri benteng, pada mulanya mereka dihormati serdadu Belanda, bahkan diberikan salam penghormatan. Akan tetapi ketika Raden Kertawijaya hendak memeriksa isi benteng rupanya serdadu Belanda itu melarangnya.
Pelarangan itu pada nantinya menimbulkan keributan besar, Raden Kertawijaya memakasa memeriksa, akan tetapi dihalau oleh serdadu Belanda, sehingga perang pun meletus, tembak menembak antar keduanya tidak dapat terelakan. Korban dari kedua belah pihak kemudian berjatuhan.
Selanjutnya ditengah-tengah peperangan, Raden Kertawijaya dan Raden Welang memerintahkan pasukannya untuk berhenti melakukan penyerangan, meskipun pada waktu itu Raden Kertawijaya gagal memeriksa isi benteng, mereka pun kemudian kembali ke Cirebon.
Pelarangan itu pada nantinya menimbulkan keributan besar, Raden Kertawijaya memakasa memeriksa, akan tetapi dihalau oleh serdadu Belanda, sehingga perang pun meletus, tembak menembak antar keduanya tidak dapat terelakan. Korban dari kedua belah pihak kemudian berjatuhan.
Selanjutnya ditengah-tengah peperangan, Raden Kertawijaya dan Raden Welang memerintahkan pasukannya untuk berhenti melakukan penyerangan, meskipun pada waktu itu Raden Kertawijaya gagal memeriksa isi benteng, mereka pun kemudian kembali ke Cirebon.
Sementara di lain pihak, Serdadu Belanda menderita banyak kerugian, selain banyak serdadunya yang tewas, dalam tregedi ini juga fasilitas benteng banyak yang rusak parah akibat kejadian itu. Merasa kesal atas peristiwa itu, mereka melaporkan kejadian tersebut kepada Gubernur Jendral Belanda di Batavia.
Mendapati serdadunya di serang Cirebon, Gubernur Jendral Belanda di Batavia marah besar, ia mengirimkan surat ke Kesultanan Cirebon menuntut agar Kesultanan menyerahkan Raden Kertawijaya dan Raden Welang kepada pihak Belanda karena sudah menyerang fasilitas Belanda dan membunuh banyak serdadunya.
Mendapati serdadunya di serang Cirebon, Gubernur Jendral Belanda di Batavia marah besar, ia mengirimkan surat ke Kesultanan Cirebon menuntut agar Kesultanan menyerahkan Raden Kertawijaya dan Raden Welang kepada pihak Belanda karena sudah menyerang fasilitas Belanda dan membunuh banyak serdadunya.
Pihak kesultanan yang waktu itu kalah pamor dengan Belanda menyerahkan 2 panglima perangnya itu untuk dihukum Belanda, keduanya dibawa ke Batavia. Disana keduanya diadili dan terbukti bersalah. Belanda menjatuhi hukuman mati bagi keduanya dengan cara di Drel.
Akan tetapi, sebelum eksekusi mati dilangsungkan, Raden Kertawijaya dan Raden Welang mengamuk, sehingga banyak serdadu Belanda yang mati berjatuhan karena keduanya. Amukan keduanya baru berhenti setelah keduanya diterjang peluru Belanda.
Akan tetapi, sebelum eksekusi mati dilangsungkan, Raden Kertawijaya dan Raden Welang mengamuk, sehingga banyak serdadu Belanda yang mati berjatuhan karena keduanya. Amukan keduanya baru berhenti setelah keduanya diterjang peluru Belanda.
Begitulah kisah gugurnya Raden Kertwawijaya, Panglima perang Cirebon sekaligus juga sebagai anak Raden Benggala.
Belum ada Komentar untuk "Gugurnya Raden Kertawijaya, Panglima Kesultanan Cirebon"
Posting Komentar