Perang Bubat, Fakta yang Difiktifkan

Cerita mengenai perang Bubat yang paling lengkap memang terdapat dalam Naskah Pararaton. Tapi naskah tersebut bukan sumber satu-satunya yang mengisahkan tentang terjadinya perang Bubat. 

Seiring berlalunya waktu, ada sebagian orang mengangap kisah perang bubat yang telah dikisahkan dalam naskah Pararaton bikinan Belanda. 

Mereka menganggap tragedi Bubat yang dilukiskan dalam Pararaton adalah kisah palsu yang disiapkan Belanda dengan tujuan mengadu domba suku Jawa dan Sunda. 

Argumen yang mereka bangun dalam menolak peristiwa Bubat sebetulnya mengada-ada, karena faktanya selain Pararaton ada beberapa naskah lain yang menceritakan peristiwa terbunuhnya putri dan raja Sunda di Majapahit (Bubat).

Upaanya memfiktifkan kisah perang Bubat yang dilakukan oleh segelintir orang itu jika ditelusuri lebih dalam adalah berasal hipotesis yang dipaksakan, hipotesis yang lahir dari beberapa orang Jawa yang sebetulnya frustasi karena leluhurnya berprilaku buruk. 

Orang yang beranggapan begitu jelas keliru, karena selain Pararaton, ada beberapa naskah lain yang juga memuat tentang tragedi itu. Salah satunya Naskah Carita Parahyangan.

Naskah Carita Parahyangan adalah Naskah dalam bentuk Lontar yang ditulis dalam Bahasa Sunda Kuno, selesai ditulis pada 1580 (Satu tahun Selepas runtuhnya Pajajaran (1579). Ini berarti Belanda belum masuk ke Jawa. Dan jelas tidak mungkin Belanda memalsukan naskah itu.

Catatan memgenai perang bubat yang terdapat dalam Naskah Carita Parahyangan ditulis dengan singkat, mengena dan tidak bertele-tele, sebagaimana kisah perang Bubat yang ditulis dalam naskah Jawa, seperti Pararaton dan Kidung Sundayana. 

Demikian alih aksara dan terjamah pada naskah Carita Parahyangan yang menyinggung peristiwa perang Bubat: 

Alih aksara:

Manak deui Prebu Maharaja, lawasniya ratu tujuh tahun, kena kabawa ku kalawisaya, kabancana ku seuweu dimanten, ngaran Tohaan. Mundut agung dipipanumbasna. Urang réya sangkan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda. Pan prangrang di Majapahit.

Terjamah: 

Karena anak, Prabu Maharaja yang menjadi raja selama tujuh tahun, kena bencana, terbawa celaka oleh anaknya, karena Putri meminta terlalu banyak. Awalnya mereka pergi ke Jawa, sebab putri tidak mau bersuami orang Sunda. Maka terjadilah perang di Majapahit.

Baca Juga: Perang Bubat, Buah Kebodohan Hayam Wuruk

Penulis : Bung Fei

Belum ada Komentar untuk "Perang Bubat, Fakta yang Difiktifkan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel