Biografi Rahyang Mandiminyak Raja Galuh Ke Dua
Jumat, 01 Mei 2020
Tulis Komentar
Rahyang Mandiminyak atau Amara atau Prabu Suraghana atau Suradhamaputra merupakan raja kedua dari kerajaan Galuh Lahir tahun 624 M-709 M, saat remaja beliau menikah dengan Dewi Parwati yang merupakan putri dari Ratu Shima dan Raja Kartikeyasingha dari kerajaan Kalingga.
Pernikahannya dengan Dewi Parwati melahirkan seorang anak bernama Sanaha. Mandiminyak juga mempunyai anak dari hasil perselingkuhanya dengan kaka iparnya yang bernama Nay Pwahaci Rababu yang merupakan istri Sempakwaja, dari perselingkuhannya itu lahirlah Sena atau Bratasenawa yang kelak menjadri raja ke 3 kerajaan Galuh.
Mandiminyak merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara, kakanya bernama Sempakwaja dan Jantaka. Anak dari Wretikandayun (raja Galuh) dan ibunda Dewi Manawati (putri Resi Maskandria).
Dari ketiga putranya yang dijadikan Putra Mahkota bukan anak pertama akan tetapi putra Bungsu Mandiminyak, dikarenakan kedua kakaknya mempunyai cacat fisik. Sempakwaja (cacat bagian wajah “sempak = ompong, waja =gigi”), sementara Jantaka menderita penyakit Hernia. Yang akhirnya Rahyang Mandiminyak lah yang menjadi penerus dan diangkat raja sepeninggal Wretikandayun.
Rahyang Mandiminyak atau Prabu Suraghana merupakan Raja Galuh kedua selepas mangkatnya Wretikandayun tahun 702. Beliau naik tahta dan memerintah di kerajaan Galuh pada tahun 702-709 menjabat selama 7 tahun.
Mandiminyak atau Prabu Suraghana dikenal sebagai orang yang sangat tampan dan cakap dalam memerintah, beliau sebelum menjabat menjadi Raja Galuh sebelumnya sudah menjadi penguasa kerajaan Kalingga (Jawa Tengah Dan Jawa Timur).
Prabu Suraghana atau Rahyang Mandiminya mangkat pada tahun 709 dan mengakhiri pemerintahanya, sebelum wafat beliau sudah mengangkat Sanna atau senna, Bratasenawa sebegai putra mahkota atau penerus kerajaan Galuh ketiga. Bratasenawa memimpin Galuh tahun 709-716, namun pengangkatanya itu memicu konflik dengan saudaranya Purbasora (putra dari Rahiyang Sempakwaja dan Nay Pawhaci Rababu).
Purbasora merasa bahwa dirinya lebih layak daripada Bratasenawa dan juga Purbasora merasa dirinya anak resmi antara Sempakwaja dan Nay Powahaci Rababu. Perang saudara pun terjadi, dan pada tahun 716 Purbasora Menang, Senna akhirnya melarikan diri ke Pakuan meminta perlindungan kepada raja Sunda (Tarusbawa).
Saat meminta perlindungan, anaknya sena bernama Sanjaya, Rakeyan Jambri, Rakai Mataram atau Harisdarma. Dijodohkan oleh Tarusbawa dengan anaknya yang bernama Sekarkancana. Dari pernikahanya lahir seorang putra bernama Tamperan yang kelak menjadi penerus Galuh atau raja ke 6.
Selepas Senna Mangkat Purbasora naik tahta tahun 716, Purbasora sebagai raja keempat yang memimpin dari tahun 716-723. Selama pemerintahan, nyawa Purbasora terancam karena cucu dari Rahyang Mandiminyak berniat membalaskan dendam kakeknya.
Pada saat itu Sanjaya menjabat sebagai raja kerajaan Sunda, ia pun menyerang Purbasora di Galuh. Purbasora pun gugur dan Sanjaya menguasai Galuh. Sebenarnya niatnya hanya ingin membalaskan dendam kakenya Rahyang Mandiminyak namun gugurnya seorang raja berarti dialah yang menjadi penguasa berikutnya.
Sepeninggal Sanjaya, kedudukan raja diteruskan kepada cucunya Purbasora, Permana Dikusuma. Namun pemerintahanya dibawa naungan kerajaan sunda dan diatur oleh Sanjaya setiap gerak geriknya. Kemudian Permana Dikusuma dijodohkan oleh Sanjaya dengan Dewi Pangrenyep, Putri Anggada(patih Sunda). Namun Permana Dikusumah yang merasa gerah karena dirinya seperti boneka yang selalu di atur oleh Sanjaya, kemudian Permana Dikusumah melarikan diri meninggalkan tahta dan juga istri. Masa pemerintahanya diserahkan kepada patihnya yakni Tamperan Barmawijaya (putra Sanjaya), Beliau naik tahta tahun 732-739.
Pernikahannya dengan Dewi Parwati melahirkan seorang anak bernama Sanaha. Mandiminyak juga mempunyai anak dari hasil perselingkuhanya dengan kaka iparnya yang bernama Nay Pwahaci Rababu yang merupakan istri Sempakwaja, dari perselingkuhannya itu lahirlah Sena atau Bratasenawa yang kelak menjadri raja ke 3 kerajaan Galuh.
Mandiminyak merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara, kakanya bernama Sempakwaja dan Jantaka. Anak dari Wretikandayun (raja Galuh) dan ibunda Dewi Manawati (putri Resi Maskandria).
Dari ketiga putranya yang dijadikan Putra Mahkota bukan anak pertama akan tetapi putra Bungsu Mandiminyak, dikarenakan kedua kakaknya mempunyai cacat fisik. Sempakwaja (cacat bagian wajah “sempak = ompong, waja =gigi”), sementara Jantaka menderita penyakit Hernia. Yang akhirnya Rahyang Mandiminyak lah yang menjadi penerus dan diangkat raja sepeninggal Wretikandayun.
Rahyang Mandiminyak atau Prabu Suraghana merupakan Raja Galuh kedua selepas mangkatnya Wretikandayun tahun 702. Beliau naik tahta dan memerintah di kerajaan Galuh pada tahun 702-709 menjabat selama 7 tahun.
Mandiminyak atau Prabu Suraghana dikenal sebagai orang yang sangat tampan dan cakap dalam memerintah, beliau sebelum menjabat menjadi Raja Galuh sebelumnya sudah menjadi penguasa kerajaan Kalingga (Jawa Tengah Dan Jawa Timur).
Prabu Suraghana atau Rahyang Mandiminya mangkat pada tahun 709 dan mengakhiri pemerintahanya, sebelum wafat beliau sudah mengangkat Sanna atau senna, Bratasenawa sebegai putra mahkota atau penerus kerajaan Galuh ketiga. Bratasenawa memimpin Galuh tahun 709-716, namun pengangkatanya itu memicu konflik dengan saudaranya Purbasora (putra dari Rahiyang Sempakwaja dan Nay Pawhaci Rababu).
Purbasora merasa bahwa dirinya lebih layak daripada Bratasenawa dan juga Purbasora merasa dirinya anak resmi antara Sempakwaja dan Nay Powahaci Rababu. Perang saudara pun terjadi, dan pada tahun 716 Purbasora Menang, Senna akhirnya melarikan diri ke Pakuan meminta perlindungan kepada raja Sunda (Tarusbawa).
Saat meminta perlindungan, anaknya sena bernama Sanjaya, Rakeyan Jambri, Rakai Mataram atau Harisdarma. Dijodohkan oleh Tarusbawa dengan anaknya yang bernama Sekarkancana. Dari pernikahanya lahir seorang putra bernama Tamperan yang kelak menjadi penerus Galuh atau raja ke 6.
Selepas Senna Mangkat Purbasora naik tahta tahun 716, Purbasora sebagai raja keempat yang memimpin dari tahun 716-723. Selama pemerintahan, nyawa Purbasora terancam karena cucu dari Rahyang Mandiminyak berniat membalaskan dendam kakeknya.
Pada saat itu Sanjaya menjabat sebagai raja kerajaan Sunda, ia pun menyerang Purbasora di Galuh. Purbasora pun gugur dan Sanjaya menguasai Galuh. Sebenarnya niatnya hanya ingin membalaskan dendam kakenya Rahyang Mandiminyak namun gugurnya seorang raja berarti dialah yang menjadi penguasa berikutnya.
Sepeninggal Sanjaya, kedudukan raja diteruskan kepada cucunya Purbasora, Permana Dikusuma. Namun pemerintahanya dibawa naungan kerajaan sunda dan diatur oleh Sanjaya setiap gerak geriknya. Kemudian Permana Dikusuma dijodohkan oleh Sanjaya dengan Dewi Pangrenyep, Putri Anggada(patih Sunda). Namun Permana Dikusumah yang merasa gerah karena dirinya seperti boneka yang selalu di atur oleh Sanjaya, kemudian Permana Dikusumah melarikan diri meninggalkan tahta dan juga istri. Masa pemerintahanya diserahkan kepada patihnya yakni Tamperan Barmawijaya (putra Sanjaya), Beliau naik tahta tahun 732-739.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Belum ada Komentar untuk "Biografi Rahyang Mandiminyak Raja Galuh Ke Dua"
Posting Komentar