Umair bin Wahb Al-Jumahi: Masuk Islam Karena Kaget
Rabu, 01 April 2020
Tulis Komentar
Umair bin Wahb Al-Jumahi adalah tokoh senior Mekah yang tergolong keji, sudah banyak orang-orang Islam yang disiksanya. Meskipun begitu tokoh yang berkawan rapat dengan Shafwan bin Muawiyah ini akhirnya masuk Islam juga.
Kisah masuk Islamnya Umair terbilang unik, karena ia merasa kaget dengan mukzijat yang diperlihatkan Nabi Muhamad SAW.
Umair bin Wahb ketika Nabi Muhamad bersama pengikutnya masih tinggal di Mekah termasuk pemuka Qurays yang sangat menentang Nabi dan ajarannya, oleh karena itu, Umair tidak henti-hentinya memusuhi orang-orang Islam bahkan tidak segan-segan menyiksanya.
Selepas Nabi Muhamad dan pengikutnya hijrah ke Madinah, kebencian Umair makin menjadi-jadi, ia iri dengan kesuksesan Nabi Muhamad dalam memimpin Madinah. Kebencian Umair makin bertambah besar ketika salah satu anaknya ditawan oleh orang-orang Islam karena tertangkap dalam peristiwa perang Badar.
Bagi orang Arab, mati di medan perang lebih membanggakan keluarga ketimbang menjadi tawanan perang, karena kebiasaan kala itu tawanan perang akan dapat dilepaskan apabila ditebus dengan harga mahal oleh ahli warisnya, selanjutnya apabila tidak dapat di tebus karena gengsi, atau ketiadaan harta maka yang bersangkutan akan dijual dan dijadikan budak. Oleh karena itu status anaknya yang menjadi tawanan perang membuat Umair geram. Meskipun ia mampu menebus anaknya, ia sebetulnya muak dan tidak sudi apabila harus bertemu dengan Nabi Muhamad walaupun sekedar menyodorkan tebusan.
Kondisi Umair yang sedang mumet karena kecewa dengan kekalahan kaumnya dalam perang Badar membuatnya ngoceh sambil duduk-duduk di Hijr. Ia ngoceh tentang kematian mengenaskan yang dialami orang-orang Qurays dalam perang Badar, ia juga mengumpat orang-orang Islam yang memasukan mayat-mayat orang Qurays dalam sebuah sumur.
Shafwan bin Muawiyah yang kebetulan sedang duduk disampingnya mencoba menghibur, katanya : “Demi Allah, pasti akan datang kehidupan yang baik setelah kematian mereka”, selain mengucapkan kata-kata demikian, pada waktu itu juga antara Umair dan Shafwan merencanakan suatu konspirasi untuk membunuh Nabi Muhamad.
Rencananya, Umair akan pergi ke Madinah dengan alasan menebus anaknya, akan tetapi misi utama yang diemban sebetulnya adalah menemui Nabi Muhamad untuk kemudian membunuhnya ketika negosiasi penebusan anaknya berlangsung. Sementara disisi lain Shafwan berjanji akan menangung biaya hidup keluarga Umair selama ia masih hidup apabila konspirasi pembunuhan itu berhasil.
Umair yang sebelumnya mengasah pedangnya hingga tajam akhirnya berangkat ke Madinah untuk menemui Nabi Muhamad, namun manakala ia baru saja tiba di Madinah dan menderumkan ontanya diambang pintu Masjid, Sahabat Umar bin Khaytab yang melihat gerak-gerik yang mencurigakan menangkapnya, akan tetapi Nabi menyuruh Umar melepaskannya seraya mempersilahkan Umair untuk menemui Nabi.
Dalam pertemuan tersebut Nabi menanyakan maksud kedatangan Umair, dengan tegas Umair pun menjawab bahwa "Tujuan kedatangannya ke Madinah hanyalah untuk urusan tawanan perang".
Jawaban Umair yang demikian itu kemudian dibantah Nabi, karena Nabi mengetahui apa yang dahulu dipercakapan Umair dengan Shafwan ketika berada di Mekah. Nabi menjelaskan dengan rinci apa yang dipercakapkan Umair dengan Shofwan ketika duduk-duduk di Hijir sampai pada rencana pembunuhan yang akan ditujukan padanya.
Mendengar perkataan Muhamad yang demikian, Umair kaget, ia terperangah, sebab orang yang selama ini ia ingkari ternyata benar-benar seorang yang memiliki mukzizat yang menurutnya mustahil dimiliki oleh seseorang yang bukan Nabi. Selepas peristiwa itu, tanpa menunggu lama, Umai masuk Islam, ia menyatakan keislamannya dihadapan orang banyak, dihadapan kaum muslimin di Kota Madinah.
Setelah menjadi seorang Muslim, Umair menjadi pribadi yang baik, iapun akhirnya mengislamkan keluarga serta mengislamkan banyak orang Mekah lainnya, hal tersebut ia lakukan semata-mata untuk memperoleh keridhoan Allah dan sebagai rasa sesal atas kesalahan yang pernah ia lakukan dahulu pada orang-orang Islam.
Kisah mengenai masuk Islamnya Umair yang disebabkan karena kaget menyaksikan langsung mukjizat Nabi Muhamad ini dapat ditemui pada Kitab Sirah Nabwiyah Ibnu Hisyam Juz 1 hlm 661-663, atau juga dapat di baca pada kitab Ar-rahiq Al-mahtum hlm 266-267.
Kisah masuk Islamnya Umair terbilang unik, karena ia merasa kaget dengan mukzijat yang diperlihatkan Nabi Muhamad SAW.
Umair bin Wahb ketika Nabi Muhamad bersama pengikutnya masih tinggal di Mekah termasuk pemuka Qurays yang sangat menentang Nabi dan ajarannya, oleh karena itu, Umair tidak henti-hentinya memusuhi orang-orang Islam bahkan tidak segan-segan menyiksanya.
Selepas Nabi Muhamad dan pengikutnya hijrah ke Madinah, kebencian Umair makin menjadi-jadi, ia iri dengan kesuksesan Nabi Muhamad dalam memimpin Madinah. Kebencian Umair makin bertambah besar ketika salah satu anaknya ditawan oleh orang-orang Islam karena tertangkap dalam peristiwa perang Badar.
Bagi orang Arab, mati di medan perang lebih membanggakan keluarga ketimbang menjadi tawanan perang, karena kebiasaan kala itu tawanan perang akan dapat dilepaskan apabila ditebus dengan harga mahal oleh ahli warisnya, selanjutnya apabila tidak dapat di tebus karena gengsi, atau ketiadaan harta maka yang bersangkutan akan dijual dan dijadikan budak. Oleh karena itu status anaknya yang menjadi tawanan perang membuat Umair geram. Meskipun ia mampu menebus anaknya, ia sebetulnya muak dan tidak sudi apabila harus bertemu dengan Nabi Muhamad walaupun sekedar menyodorkan tebusan.
Kondisi Umair yang sedang mumet karena kecewa dengan kekalahan kaumnya dalam perang Badar membuatnya ngoceh sambil duduk-duduk di Hijr. Ia ngoceh tentang kematian mengenaskan yang dialami orang-orang Qurays dalam perang Badar, ia juga mengumpat orang-orang Islam yang memasukan mayat-mayat orang Qurays dalam sebuah sumur.
Shafwan bin Muawiyah yang kebetulan sedang duduk disampingnya mencoba menghibur, katanya : “Demi Allah, pasti akan datang kehidupan yang baik setelah kematian mereka”, selain mengucapkan kata-kata demikian, pada waktu itu juga antara Umair dan Shafwan merencanakan suatu konspirasi untuk membunuh Nabi Muhamad.
Rencananya, Umair akan pergi ke Madinah dengan alasan menebus anaknya, akan tetapi misi utama yang diemban sebetulnya adalah menemui Nabi Muhamad untuk kemudian membunuhnya ketika negosiasi penebusan anaknya berlangsung. Sementara disisi lain Shafwan berjanji akan menangung biaya hidup keluarga Umair selama ia masih hidup apabila konspirasi pembunuhan itu berhasil.
Umair yang sebelumnya mengasah pedangnya hingga tajam akhirnya berangkat ke Madinah untuk menemui Nabi Muhamad, namun manakala ia baru saja tiba di Madinah dan menderumkan ontanya diambang pintu Masjid, Sahabat Umar bin Khaytab yang melihat gerak-gerik yang mencurigakan menangkapnya, akan tetapi Nabi menyuruh Umar melepaskannya seraya mempersilahkan Umair untuk menemui Nabi.
Dalam pertemuan tersebut Nabi menanyakan maksud kedatangan Umair, dengan tegas Umair pun menjawab bahwa "Tujuan kedatangannya ke Madinah hanyalah untuk urusan tawanan perang".
Jawaban Umair yang demikian itu kemudian dibantah Nabi, karena Nabi mengetahui apa yang dahulu dipercakapan Umair dengan Shafwan ketika berada di Mekah. Nabi menjelaskan dengan rinci apa yang dipercakapkan Umair dengan Shofwan ketika duduk-duduk di Hijir sampai pada rencana pembunuhan yang akan ditujukan padanya.
Mendengar perkataan Muhamad yang demikian, Umair kaget, ia terperangah, sebab orang yang selama ini ia ingkari ternyata benar-benar seorang yang memiliki mukzizat yang menurutnya mustahil dimiliki oleh seseorang yang bukan Nabi. Selepas peristiwa itu, tanpa menunggu lama, Umai masuk Islam, ia menyatakan keislamannya dihadapan orang banyak, dihadapan kaum muslimin di Kota Madinah.
Setelah menjadi seorang Muslim, Umair menjadi pribadi yang baik, iapun akhirnya mengislamkan keluarga serta mengislamkan banyak orang Mekah lainnya, hal tersebut ia lakukan semata-mata untuk memperoleh keridhoan Allah dan sebagai rasa sesal atas kesalahan yang pernah ia lakukan dahulu pada orang-orang Islam.
Kisah mengenai masuk Islamnya Umair yang disebabkan karena kaget menyaksikan langsung mukjizat Nabi Muhamad ini dapat ditemui pada Kitab Sirah Nabwiyah Ibnu Hisyam Juz 1 hlm 661-663, atau juga dapat di baca pada kitab Ar-rahiq Al-mahtum hlm 266-267.
Belum ada Komentar untuk "Umair bin Wahb Al-Jumahi: Masuk Islam Karena Kaget"
Posting Komentar