Joko Tole: Raja Agung dari Madura

Joko Tole adalah salah satu Raja dari Kerajaan Sumenep Madura yang kisahnya banyak ditemui dalam legenda masyarakat Madura, Raja ini juga dikisahkan piawai dalam membuat senjata dan pandai dalam ilmu perang.

Joko Tole adalah Raja Sumenep ke 13 yang memerintah pada Tahun 1415 hingga1460 Masehi, ia merupakan anak Raja Sumenep ke 12 yang bernama Adipodai  atau Panembahan Wirakrama (1399-1415 ). Sementara ibunya bernama Potre Koneng, merupakan putri dari  Raden Agung Rawit.

Panembahan Wirakrama menikahi Potre Koneng terjadi sebelum menggantikan kedudukan ayahnya Panembahan Blingi (1386-1415). Kala itu Potre Koneng dalam keadaan mengandung.

Pernikahan Panembahan Wirakrama dengan Potre Koneng didahuli dengan kisah kehamilan Potre Koneng sebelum menikah. 

Sumber legenda menyebutkan bahwa Potre Koneng mengandung anak Panembahan Wirakrama diakibatkan oleh hubungan badan secara gaib, namun hal tersebut tidak dipercayai oleh kebanyakan orang, mereka menganggap anak dalam kandungan Potre Koneng merupakan anak haram, sehingga ketika Potre Koneng melahirkan,  ia menaruhnya di tengah Hutan. Anak itu kelak ditemukan dan di asuh oleh Mpu Kalleng. Ketika besar anak tersebut dikenal dengan nama “Joko Tole”.

Meskipun mulanya sebagai anak yang terbuang, pada akhirnya Joko Tole diakui sebagai anak sah dari pasangan Panembahan Wirakrama dan  Potre Koneng, ia dipulihkan hak-haknya, bahkan dijadikan sebagai Putra Mahkota Kerajaan Sumenep.

Dalam Asuhan Mpu Kalleng

Sejak ditemukan di hutan, Joko Tole menjadi tanggung jawab dan pengawasan Mpu Kalleng, ia diangkat anak oleh sang Mpu. Waktu itu Mpu Kalleng merupakan salah satu Pandai Besi yang terkenal di Sampang, ia dikenal sebagai pandai besi yang handal dalam membuat alat-alat pertanian hingga senjata.

Sejak dari Kanak-kanak,  Joko Tole senang memperhatikan Mpu Kelleng saat bekerja membuat alat-alat pertanian dari besi. Ketika Joko Tole ingin membantu ayah angkatnya, Mpu Kelleng kerap melarangnya. Sang Mpu takut anak angkatnya yang masih kecil itu terluka. 

Suatu ketika,  saar Mpu Kelleng pergi beistirahat, Joko Tole mencoba membuat senjata dan alat-alat lainnya dari besi, hasilnya ternyata bagus. Maka setelah Mpu Kelleng mengetahui hasil karya Joko Tole, ia sangat gembira sekaligus mengagumi hasil karya anak angkatnya, ia pun mengijikan Joko Tole berkreasi di tempat kerjanya.

Dikemudian hari, Joko Tole menjelma menjadi seorang yang ahli dalam membuat alat-alat dari besi, bahka ia juga mampu membuat keris yang baik, Keris itu kelak dikenal dengan nama “Jennengan Pakadangan”.

Joko Tole Mengabdi Ke Majapahit 

Kerajaan Sumenep kala itu adalah Kerajaan bawahan Majapahit yang pusat pemerintahannya terdapat di Pulau Jawa. Utuk mengasah kemampuan serta menambah wawasan Joko Tole pergi ke Ibu Kota Kerajaan Majapahit, ia mencoba mengadu nasib.

Sesampianya di Majapahit,  ternyata Kerajaan sedang mengerjakan proyek pembangunan pintu gerbang kerajaan yang terbuat dari besi, namun dari pintu gerbang besi yang telah dibuat tidak ada satupun yang disukai Raja, sehingga Raja mengumumkan Sayambara pembuatan Pintu Gerbang dari besi kepada rakyatnya.

Joko Tole yang merasa ahli membuat alat-alat dari besi berkat didikan Mpu Kalleng menjadi tertantang, iapun akhirnya mengikuti Syambara dan benar saja hasil karyanya disukai Raja, sehingga akhirnya Joko Tole diberi hadiah berupa kedudukan yang lumayan terhormat di Majapahit.

Joko Tole di Angkat Mantu oleh Raja Majapahit

Saat mengabdikan diri di Majapahit, Kerajaan besar yang mulai goyah itu diprintah oleh Bre Kertabhumi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Prabu Brawijaya V, Raja ini memerintah hingga 1478 Masehi.

Pada saat itu,  Majapahit diguncang berbagai pemberontakan, salah satunya pemberontakan yang dilancarkan oleh para penentangnya di wilayah timur Majapahit (Blambangan). 

Joko Tole adalah salah satu punggawa Majapahit yang ikut terjun dalam medan pertempuran, diluar dugaan, kiprah Joko Tole dalam penumpasan pemberontakan begitu mencolok. Kiprahnya menjadi penentu kemenangan dalam memberantas pemberontakan.

Atas jasa-jasa Joko Tole yang begitu besar terhadap Majapahit, Brawijaya V menganugrahinya kedudkan terhormat, ia diangkat mantu oleh Sang Raja. Joko Tole dinikahkan dengan Raden Ayu Dewi Ratnadi, selain itu  Joko Tole juga diberi gelar  “Arya Kuda Panole”.

Joko Tole Menjadi Raja Sampang

Nama baik Kerajaan Sampang sebagai bagian dari Majapahit harum selepas Joko Tole diangkat mantu oleh Brawijaya V, tak terikira ayah dan ibunya selaku Penguasa Sampang kala itu begitu amat bahagia.

Para pembesar dan keluarga Raja Sampang yang dahulu menganggapnya anak haram, anak yang tak bisa membanggakan Sampang berubah, mereka dengan bangga mengakui Joko Tole sebagai bagian dari darah daging dan kebanggaan Sampang.

Pada Tahun 1415, Joko Tole ditabalkan menjadi Raja Sampang menggantikan ayahnya yang telah mangkat, Sampang kala itu bersuka cita atas pengangkatan Joko Tole sebagai Raja mereka. Pada saat menjadi Raja Sumenep, Joko Tole diberi gelar Secodiningrat III.

Perkawinannya dengan Raden Ayu Dewi Ratnadi putri Raja Majapahit di karuniai dua orang putra. Yang tertua bernama Arya Wigananda, sedangkan yang kedua seorang perempuan yang dalam sejarah tidak diketahuai namanya. Namun dalam babad Sumenep diceritakan, bahwa putri Joko Tole diperistri oleh Raden Bendara Dwiryapada (Sunan Paddusan). Kelak Arya Wigananda menggantikan kedudukannya sebagai Raja Sumenep selanjutnya.

Baca Juga: Munculnya Budaya Carok di Madura

Sumber Bacaan:
[1] Bindara Akhmad,2010.  Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi BesertaTokoh di Dalamnya. Sumenep: Barokah
[2] R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, 1921. Bhabhad Songennep, Jakarta: Balai Poestaka
[3] Mien A. Rifai, 1993. Lintasan Sejarah Madura. Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 

Belum ada Komentar untuk "Joko Tole: Raja Agung dari Madura"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel