Syekh Siti Jenar Menuntut Ilmu Ke Bagdad
Selasa, 04 Februari 2020
Tulis Komentar
Manakala usia Siti Jenar menjelang dewasa, ia memutuskan melakukan pengembaraan intelektual, dari Cirebon ia bertolak ke Bagdad. Menurut Naskah Negara Kertabhumi Sargah III Pupuh 77, bahwa Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar Pergi ke Persia untuk menuntut ilmu sebelum akhirnya menetap di Bagdad selama 17 Tahun.
Di Persia dan Bagdad, Siti Jenar banyak berguru pada ulama-ulama terkemuka di zamannya. Diantara gurunya yang terkenal adalah seorang Mullah Madhab Syiah Muntadahar yang bernama Abdul Malik Al-Bagdadi. Dari ulama inilah Siti Jenar mendapatkan ilmu yang banyak.
Kecerdasan Siti Jenar membuatnya disukai oleh gurunya, oleh karena itu Siti Jenar akhirnya dinikahkan dengan putri gurunya Abdul Malik Al-Bagdadi. Selama menuntut ilmu di Bagdad dan menetap disana, dikemudian hari Siti Jenar menykai ilmu-ilmu Tasawuf sehingga akhirnya berguru pada Ulama Tasawuf asal Bagdad yang bernama Syekh Ahamad Al-Bagdadi, salah seorang ulama Sufi yang menganut Tarekat Akmaliyah. Sebelum mempelajari Tarekat Akmaliyah, Syekh Siti Jenar juga ketika di Cirebon mempelajari Tarekat Satariyah dari Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati).
Kecintaan Syekh Siti Jenar pada Tasawuf membuatnya gandrung pada ajaran Tasawuf, sehingga ia mempelajari Tasawuf dari berbagai tradisi keilmuan. Menurut Sunyoto (2012:266), ketika di bagdad Siti Jenar banyak mempelajari Tasawuf, diantara yang ia pelajari adalah Al-Tawasin karya Al-Hallaj, Al-Kharaj karya Al-Busthami, As-Shadiq karya Al-Kalabdazi, Al-Jili karya Al-Ghazali hingga Ibnu Arabi.
Pada perkembangan selanjutnya, pemikiran Al-Halaj terpengaruh oleh ajaran Tasawuf dari berbagai sumber yang ia dapat, dan diantara yang berpengaruh besar terhadap pemikirannya adalah pemikiran dari Al-Hallaj.
Pada Tahun 1457, ketika Siti Jenar berusia 31 Tahun, ia memutuskan untuk beribadah Haji ke Kota Suci Mekah. Pada saat melaksanakan Ibdah Haji ia bertemu dengan Syekh Bayanullah yang saat itu telah lama tinggal di Mesir. Syekh Bayunullah adalah adik dari Syekh Datuk Kahfi, yang tak lain merupakan guru Syekh Siti Jenar ketika ia tinggal di Cirebon. Selepas menunaikan Ibadah Haji, Syekh Siti Jenar kemudian memboyong keluarganya dan tinggal di Japura, sebelum akhirnya membuka pesantren yang dikemudian hari dikenal dengan nama “Pesantren Lemah Abang”.
Baca Juga: Lahirnya Syekh Siti Jenar
Baca Juga : Syekh Siti Jenar Mendirikan Pesantren Lemah Abang
Di Persia dan Bagdad, Siti Jenar banyak berguru pada ulama-ulama terkemuka di zamannya. Diantara gurunya yang terkenal adalah seorang Mullah Madhab Syiah Muntadahar yang bernama Abdul Malik Al-Bagdadi. Dari ulama inilah Siti Jenar mendapatkan ilmu yang banyak.
Kecerdasan Siti Jenar membuatnya disukai oleh gurunya, oleh karena itu Siti Jenar akhirnya dinikahkan dengan putri gurunya Abdul Malik Al-Bagdadi. Selama menuntut ilmu di Bagdad dan menetap disana, dikemudian hari Siti Jenar menykai ilmu-ilmu Tasawuf sehingga akhirnya berguru pada Ulama Tasawuf asal Bagdad yang bernama Syekh Ahamad Al-Bagdadi, salah seorang ulama Sufi yang menganut Tarekat Akmaliyah. Sebelum mempelajari Tarekat Akmaliyah, Syekh Siti Jenar juga ketika di Cirebon mempelajari Tarekat Satariyah dari Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati).
Kecintaan Syekh Siti Jenar pada Tasawuf membuatnya gandrung pada ajaran Tasawuf, sehingga ia mempelajari Tasawuf dari berbagai tradisi keilmuan. Menurut Sunyoto (2012:266), ketika di bagdad Siti Jenar banyak mempelajari Tasawuf, diantara yang ia pelajari adalah Al-Tawasin karya Al-Hallaj, Al-Kharaj karya Al-Busthami, As-Shadiq karya Al-Kalabdazi, Al-Jili karya Al-Ghazali hingga Ibnu Arabi.
Pada perkembangan selanjutnya, pemikiran Al-Halaj terpengaruh oleh ajaran Tasawuf dari berbagai sumber yang ia dapat, dan diantara yang berpengaruh besar terhadap pemikirannya adalah pemikiran dari Al-Hallaj.
Pada Tahun 1457, ketika Siti Jenar berusia 31 Tahun, ia memutuskan untuk beribadah Haji ke Kota Suci Mekah. Pada saat melaksanakan Ibdah Haji ia bertemu dengan Syekh Bayanullah yang saat itu telah lama tinggal di Mesir. Syekh Bayunullah adalah adik dari Syekh Datuk Kahfi, yang tak lain merupakan guru Syekh Siti Jenar ketika ia tinggal di Cirebon. Selepas menunaikan Ibadah Haji, Syekh Siti Jenar kemudian memboyong keluarganya dan tinggal di Japura, sebelum akhirnya membuka pesantren yang dikemudian hari dikenal dengan nama “Pesantren Lemah Abang”.
Baca Juga: Lahirnya Syekh Siti Jenar
Baca Juga : Syekh Siti Jenar Mendirikan Pesantren Lemah Abang
Belum ada Komentar untuk "Syekh Siti Jenar Menuntut Ilmu Ke Bagdad"
Posting Komentar