Sejarah Desa Megu Kec Weru Kab Cirebon
Jumat, 25 Oktober 2019
Tulis Komentar
Desa Megu mulai tahun 1986 telah dimekarkan menjadi dua desa, yaitu desa Megu Gede sebagai desa Induk dan Desa Megu Cilik sebagai pemerintahan desa baru. Desa Megu ada sejak lama terbukti dari peninggalannya yang masih abadi hingga kini, yaitu Masjid Kramat Megu yang dibangun pada sekitar abad ke 15-16 Masehi.
Masjid Kramat Megu hingga kini masih mempertahankan sisa-sisa bangunan aslinya, meskipun tinggal sedikit. Selain itu Masjid Kramat Megu juga selalu ramai, khusunya pada sepekan menjelang dan sesudah hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid selalu ramai dipadati peziarah. Mereka biasanya datang untuk mengambil air yang ada didalam area Masjid tersebut. Dan setiap tahun panitia Masjid selalu mengadakan acara seperti Sunatan Masal dan mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Menurut cerita turun temurun masyarakat Megu, disebutkan bahwa pendiri desa dan Masjid Megu adalah bernama Ki Buyut Atas Angin, mulanya seorang Hindu utusan Kerajaan Pajajaran yang berencana menghukum Cirebon karena berani memerdekakan dari dari Pajajaran. Dalam rangka menghukum Cirebon, Ki Buyut Atas Angin membuat perkampungan yang dijadikan sebagai pangkalan prajuritnya, kini kampung yang dibangun tersebut dikenal dengan nama desa Megu.
Kedatangan pasukan Pajajaran di bawah pimpinan Ki Buyut Atas Angin rupanya diketahui oleh pihak Cirebon, sehingga Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon melakukan upaya untuk meringkus Ki Buyut Atas Angin. Namun hal tersebut tidak mudah, sebab Ki Buyut Atas Angin dikisahkan seorang yang mempunyai kesaktian dan memiliki pengetahuan serta teknik perang yang memadai.
Dalam persiapannya menggempur Cirebon, Ki Buyut Atas Angin membangun perkampungan yang didalamnya dibangun sumur-sumur serta saluran-saluran air untuk pertahanan pangan dirinya dan anak buahnya, sehingga sulit menggempur markas Ki Buyut Atas Angin walaupun dikepung berhari-hari, mengingat persediaan air diperkampungan tersebut dibuat dengan matang. Dalam dongengan masyarakat sekitar, sumur serta selokan air tersebut digunakan sebagai sumber kesaktian Ki Buyut Atas Angin. Katanya Ki Buyut Atas Angin kekuatannya berlipat ganda apabila ia menyelam kedalam air, dari itulah di tempat tinggalnya megu ia membuat sumur dan saluran air yang dipergunakan sebagai keperluan mandi dan memlihara kesaktiannya.
Kabar adanya sumur-sumur serta selokakn air yang digunakan Ki Buyut Atas Angin sebagai benteng pertahanan pangan telah didengar oleh Pangeran Cakrabuana, oleh karena itu ketika pasukan Cirebon menggempur Megu, Pangeran Cakrabuana terlebih dahulu mematikan serta menutup sumur dan sumber-sumber selokan air yang ada di Megu, sehingga Ki Buyut Atas Angin dan pasukannya akhirnya dapat dikalahkan setelah dikepung berhari-hari.
Meskipun Ki Buyut Atas Angin dicap sebagai perongrong kewibawaan pemerintahan Cirebon serta berniat menghancurkan Cirebon, akan tetapi Pangeran Cakrabuana bersedia mengampuninya dari hukuman mati asalkan mau berbakti kepada Cirebon dan sama-sama membangun Cirebon.
Ampunan Pangeran Cakrabuana rupanya membuat Ki Buyut Atas Angin terharu, sehingga ia akhirnya masuk Islam, maka mulai selepas itu Ki Buyut Atas Angin diserahi kepemimpinan untuk membangun desa Megu. Nantinya di Sumur yang dahulu telah ditimbun oleh Pasukan Pangeran Cakrabuana itu disekelilingnya dibangun Masjid yang kini dikenal dengan sebutan Masjid Keramat Megu.
Masjid Kramat Megu hingga kini masih mempertahankan sisa-sisa bangunan aslinya, meskipun tinggal sedikit. Selain itu Masjid Kramat Megu juga selalu ramai, khusunya pada sepekan menjelang dan sesudah hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid selalu ramai dipadati peziarah. Mereka biasanya datang untuk mengambil air yang ada didalam area Masjid tersebut. Dan setiap tahun panitia Masjid selalu mengadakan acara seperti Sunatan Masal dan mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Menurut cerita turun temurun masyarakat Megu, disebutkan bahwa pendiri desa dan Masjid Megu adalah bernama Ki Buyut Atas Angin, mulanya seorang Hindu utusan Kerajaan Pajajaran yang berencana menghukum Cirebon karena berani memerdekakan dari dari Pajajaran. Dalam rangka menghukum Cirebon, Ki Buyut Atas Angin membuat perkampungan yang dijadikan sebagai pangkalan prajuritnya, kini kampung yang dibangun tersebut dikenal dengan nama desa Megu.
Kedatangan pasukan Pajajaran di bawah pimpinan Ki Buyut Atas Angin rupanya diketahui oleh pihak Cirebon, sehingga Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon melakukan upaya untuk meringkus Ki Buyut Atas Angin. Namun hal tersebut tidak mudah, sebab Ki Buyut Atas Angin dikisahkan seorang yang mempunyai kesaktian dan memiliki pengetahuan serta teknik perang yang memadai.
Masjid Kramat Megu |
Kabar adanya sumur-sumur serta selokakn air yang digunakan Ki Buyut Atas Angin sebagai benteng pertahanan pangan telah didengar oleh Pangeran Cakrabuana, oleh karena itu ketika pasukan Cirebon menggempur Megu, Pangeran Cakrabuana terlebih dahulu mematikan serta menutup sumur dan sumber-sumber selokan air yang ada di Megu, sehingga Ki Buyut Atas Angin dan pasukannya akhirnya dapat dikalahkan setelah dikepung berhari-hari.
Meskipun Ki Buyut Atas Angin dicap sebagai perongrong kewibawaan pemerintahan Cirebon serta berniat menghancurkan Cirebon, akan tetapi Pangeran Cakrabuana bersedia mengampuninya dari hukuman mati asalkan mau berbakti kepada Cirebon dan sama-sama membangun Cirebon.
Ampunan Pangeran Cakrabuana rupanya membuat Ki Buyut Atas Angin terharu, sehingga ia akhirnya masuk Islam, maka mulai selepas itu Ki Buyut Atas Angin diserahi kepemimpinan untuk membangun desa Megu. Nantinya di Sumur yang dahulu telah ditimbun oleh Pasukan Pangeran Cakrabuana itu disekelilingnya dibangun Masjid yang kini dikenal dengan sebutan Masjid Keramat Megu.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Desa Megu Kec Weru Kab Cirebon"
Posting Komentar