Sejarah Benda Kerep dari Kampung Setan Menuju Kampung Pesantren
Senin, 23 September 2019
Tulis Komentar
Benda Kerep kini dikenal sebagai kampung Pesantren yang memegang teguh adat istiadat lama yang digariskan oleh pendirinya Kiai Sholeh Zamzami.
Dahulu sebelum diubah namanya menjadi kampung Benda Kerep wialayah itu dikenal dengan sebutan hutan “Ci-meuweh” kondisinya angker, saking angkernya orang yang memasuki wilayah itu hanya sedikit saja yang sanggup kembali, sebab itulah dahulu hutan itu dinamakan Ci-meuweh di ambil dari kata bahasa Sunda yang artinya “tiada/hilang”. Julukan kampung setan bagi Ci-meuweh berangsur-angsur hilang manakala Kiai Sholeh menancapkan dakwahnya disana pada 1862 Masehi.
Kiai Sholeh pada mulanya merupakan ulama yang mempunyai kedudukan di Kesultanan Kanoman Cirebon, beliau memilih meninggalkan Keraton karena muak dengan tingkah laku Belanda yang dianggap mengotori keraton dengan adat-istiadat haram.
Secara keilmuan Kiai Sholeh merupakan seorang Ulama Ahli Hikmah atau Seorang Sufi. Beliau juga dikenal sebagai seorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama, menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan Belanda.
Menurut sumber tutur yang diungkapkan para Kiai di Pesantren Benda Kerep, disebutkan bahwa selepas meninggalkan Keraton, Kiai Sholeh Zamzami mendirikan pesantren dan menetap di Situ Patok Kecamatan Mundu bersama Kiai Anwarudin (Kiai Kriyan), kemudian ia pindah ke Desa Gegunung Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon serta mendirikan pesantren di Gegunung.
Kiai Anwarudin adalah sahabat dekat Kiai Sholeh Zamzami. Guru dari keduanya adalah Kiai Baha’udin. Tetapi versi lain mengatakan bahwa Kiai Anwarudin yang lebih dikenal dengan Kiai Kriyan tersebut adalah paman sekaligus guru dari Kiai Soleh Zamzami.
Melalui perjalanan yang begitu panjang di Gegunung, Kiai Anwarudin mendapat sebuah petunjuk, bahwasannya Kiai Sholeh yang memegang teguh terhadap ilmu tasawuf (Sufistik) ini harus pindah ke Ci-euweuh, wilayah angker yang masih kosong.
Kiai Anwarudin berfirasat bahwa daerah Sumber di kemudian hari akan menjadi ramai dan itu akan memberikan dampak yang kurang baik bagi keberlangsungan anak cucu Kiai Sholeh dan ketasawufannya, serta tidak cocok untuk menyembunyikan anak cucu dari keramaian.
Berawal dari petunjuk Kiai Anwarudin, akhirnya Kiai Sholeh bersama Kiai Anwarudin bertolak menuju tanah Ci-euweuh dengan niatan menaklukan tanah tersebut dari gangguan-ganguan ghaib.
Sumber tradisi menyebutkan, upaya Kiai Sholeh dan Kiai Anwarudin dalam menetralisir Ci-meuweuh yang terkenal angker itu tidak mudah, kedua Kiai diceritakan terlibat pertarungan gaib dengan beberapa Jin yang tidak mau tanah itu dijadikan sebagai Pesantren untuk mensyiarkan agama Islam.
Akan tetapi biarpun demikian Ci-euweuh akhirnya dapat dibebaskan dari pengaruh-pengaruh buruk Jin. Meski begitu dalam tradisi disebutkan ada dua mahluk dari golongan Jin yang tidak mau meninggalkan Ci-meuweuh, mahluk tersebut menurut tradisi setempat berbentuk seekor macan ghaib dan seekor ular ghaib, kedua mahluk tersebut tetap tinggal di Ci-meuweuh dan siap sedia membantu anak cucu Kiai Sholeh menjaga Ci-meuweuh.
Selepas hutan Ci-meuweuh dapat dibersihkan dari pengaruh jahat jin, Kiai Sholeh kemudian membangun perkampungan dan pesantren disana, lambat laun banyak orang yang berguru pada Kiai Sholeh, mereka datang dari berbagai desa di wilayah Cirebon.
Pada saat Kiai Sholeh mulai menetap di Ci-meuweuh bersama istrinya Nyai Menah Kiai Sholeh mendirikan sebuah kranggon dengan mengaitkan pohon-pohon besar dengan papan kayu, sebagai tempat tinggal sementara. Kemudian nama Ci-meuweuh oleh Kiai Soholeh diganti namanya menjadi “Benda Kerep”, karena di tanah Ci-meuweuh terdapat banyak pohon Benda, pohon yang buahnya mirip seperti sukun. Dengan kata lain “Benda” bermaksud pohon Benda sedangkan “Kerep” dalam bahasa Cirebon bermaksud padat/atau banyak.
Kini, setelah hampir 157 Tahun didirikan, Benda Kerep tetap eksis menjadi perkampungan pesantren yang memegang teguh ajarah hikmah. Di kampung tersebut bahkan hingga kini mengharamkan bagi penduduknya untuk TV dan hal-hal yang dianggap lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Kampung Benda Kerep kini didaulat sebagai kampung tradisi satu-satunya yang ada di wilayah Kota Cirebon.
Baca Juga: Silsilah, Istri dan Anak Cucu Kiai Sholeh Zamzami Benda Kerep
Masjid Benda Kerep |
Kiai Sholeh pada mulanya merupakan ulama yang mempunyai kedudukan di Kesultanan Kanoman Cirebon, beliau memilih meninggalkan Keraton karena muak dengan tingkah laku Belanda yang dianggap mengotori keraton dengan adat-istiadat haram.
Secara keilmuan Kiai Sholeh merupakan seorang Ulama Ahli Hikmah atau Seorang Sufi. Beliau juga dikenal sebagai seorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama, menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan Belanda.
Menurut sumber tutur yang diungkapkan para Kiai di Pesantren Benda Kerep, disebutkan bahwa selepas meninggalkan Keraton, Kiai Sholeh Zamzami mendirikan pesantren dan menetap di Situ Patok Kecamatan Mundu bersama Kiai Anwarudin (Kiai Kriyan), kemudian ia pindah ke Desa Gegunung Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon serta mendirikan pesantren di Gegunung.
Kiai Anwarudin adalah sahabat dekat Kiai Sholeh Zamzami. Guru dari keduanya adalah Kiai Baha’udin. Tetapi versi lain mengatakan bahwa Kiai Anwarudin yang lebih dikenal dengan Kiai Kriyan tersebut adalah paman sekaligus guru dari Kiai Soleh Zamzami.
Melalui perjalanan yang begitu panjang di Gegunung, Kiai Anwarudin mendapat sebuah petunjuk, bahwasannya Kiai Sholeh yang memegang teguh terhadap ilmu tasawuf (Sufistik) ini harus pindah ke Ci-euweuh, wilayah angker yang masih kosong.
Kiai Anwarudin berfirasat bahwa daerah Sumber di kemudian hari akan menjadi ramai dan itu akan memberikan dampak yang kurang baik bagi keberlangsungan anak cucu Kiai Sholeh dan ketasawufannya, serta tidak cocok untuk menyembunyikan anak cucu dari keramaian.
Berawal dari petunjuk Kiai Anwarudin, akhirnya Kiai Sholeh bersama Kiai Anwarudin bertolak menuju tanah Ci-euweuh dengan niatan menaklukan tanah tersebut dari gangguan-ganguan ghaib.
Sumber tradisi menyebutkan, upaya Kiai Sholeh dan Kiai Anwarudin dalam menetralisir Ci-meuweuh yang terkenal angker itu tidak mudah, kedua Kiai diceritakan terlibat pertarungan gaib dengan beberapa Jin yang tidak mau tanah itu dijadikan sebagai Pesantren untuk mensyiarkan agama Islam.
Akan tetapi biarpun demikian Ci-euweuh akhirnya dapat dibebaskan dari pengaruh-pengaruh buruk Jin. Meski begitu dalam tradisi disebutkan ada dua mahluk dari golongan Jin yang tidak mau meninggalkan Ci-meuweuh, mahluk tersebut menurut tradisi setempat berbentuk seekor macan ghaib dan seekor ular ghaib, kedua mahluk tersebut tetap tinggal di Ci-meuweuh dan siap sedia membantu anak cucu Kiai Sholeh menjaga Ci-meuweuh.
Selepas hutan Ci-meuweuh dapat dibersihkan dari pengaruh jahat jin, Kiai Sholeh kemudian membangun perkampungan dan pesantren disana, lambat laun banyak orang yang berguru pada Kiai Sholeh, mereka datang dari berbagai desa di wilayah Cirebon.
Pada saat Kiai Sholeh mulai menetap di Ci-meuweuh bersama istrinya Nyai Menah Kiai Sholeh mendirikan sebuah kranggon dengan mengaitkan pohon-pohon besar dengan papan kayu, sebagai tempat tinggal sementara. Kemudian nama Ci-meuweuh oleh Kiai Soholeh diganti namanya menjadi “Benda Kerep”, karena di tanah Ci-meuweuh terdapat banyak pohon Benda, pohon yang buahnya mirip seperti sukun. Dengan kata lain “Benda” bermaksud pohon Benda sedangkan “Kerep” dalam bahasa Cirebon bermaksud padat/atau banyak.
Kini, setelah hampir 157 Tahun didirikan, Benda Kerep tetap eksis menjadi perkampungan pesantren yang memegang teguh ajarah hikmah. Di kampung tersebut bahkan hingga kini mengharamkan bagi penduduknya untuk TV dan hal-hal yang dianggap lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Kampung Benda Kerep kini didaulat sebagai kampung tradisi satu-satunya yang ada di wilayah Kota Cirebon.
Baca Juga: Silsilah, Istri dan Anak Cucu Kiai Sholeh Zamzami Benda Kerep
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Benda Kerep dari Kampung Setan Menuju Kampung Pesantren"
Posting Komentar