Cara Membuat Latar Belakang Masalah Dalam Skripsi
Jumat, 27 September 2019
Tulis Komentar
Latar belakang masalah atau juga kadang di tulis latar belakang penelitian adalah penentu, Proposal Skripsi akan diterima atau tidak oleh dosen pertimbangan utamanya adalah karena latar belakang masalahnya. Jika dalam latar belakang masalah belum menggambarkan masalah penelitian tentu akan di tolak oleh dosen, begitupun sebaliknya jika dalam latar belakang masalah penelitian tersebut sudah menggambarkan masalah penelitian sesuai dengan fonema yang diajukan maka kemungkinan besar dosen akan menerimanya.
Tata cara dan teknik penulisan latar belakang masalah pada sebuah skripsi macamnya beragam, setiap kampus punya aturannya masing-masing, bahkan setiap dosen juga memiliki keinginannya sendiri-sendiri. Hal itulah yang membuat mahasiswa menjadi bingung.
Cara membuat latar belakang maslah yang baik sebenarnya sangat mudah, hal-hal yang peratama-tama perlu diperhatikan adalah dengan cara memahami terlebih dahulu jenis penelitian dan judul skripsi yang kita punya, sebab setiap jenis penelitian dan judul skripsi tertentu mempunyai latar belakang masalah masing-masing.
Dalam kasus ini misalnya kita akan membuat latar belakang penelitian skripsi dengan judul Implementasi Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No.Per/04/V/2010/BNN Tahun 2010 Tentang Organisiasi Dan Tata Kerja BNN Dikaitkan Dengan Tugas Pokok BNN Kota Cirebon”
Maka latar belakang penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:
Pada Undang-undang No. 35 pasal 65 dan 66 Tahun 2009 disebutan bahwa BNN berkedudukan di ibukota Negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara RI. Dengan dibentuknya BNN diharapkan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dapat dicegah dan diberantas sampai ke akar-akarnya. Dalam menjalankan tugasnya, BNN mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai instansi vertikal.[Paragraf penguat]
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah kemudian dipahami bahwa BNN sebagai lembaga non kementrian ternyata mempunyai perwakilan di Provinsi dan kabupaten/kota. Salah satunya perwakilan BNN di Kota Cirebon.[Tafsiran penulis pada poin sebelumnya]
Sebagai salah satu lembaga non kementrian yang pertanggung jawabanya langsung dibawah Presiden, Gubernur dan BNNK, sudah barang tentu dalam pelaksanaanya BNN baik yang berkedudukan di pusat, Provinsi mapun di Kota/Kabupaten menggunakan tata kerja tersendiri yang berlaku di lembaga ini.
Organisasi dan tata kerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi dan Kota/Kabupaten di atur dalam Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010. Seluruh organisasi BNN baik yang ada di Provinsi maupun yang berada di Kota/Kabupaten dalam menjalankan organisasi dan tata kerjanya harus mengikuti peraturan tersebut. Karena memang peraturan tersebut dibuat untuk dilaksanakan oleh BNN dan perwakilanya yang tersebar di tiap-tiap Provinsi dan Kota/Kabupaten yang ada di Indonesia. Begitupun dengan BNN Kota Cirebon. [Menyinggung Fenomena BNN Kota]
Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010 terdiri dari VII Bab dan didalamnya terkandung 43 pasal. Didalamnya membahas mengenai organisasi BNN Provinsi dan Kota/Kabupaten yang mencakup kedudukan dan fungsi BNN baik Provinsi maupun Kota/Kabupaten secara jelas dan terperinci. Dalam Bab II pada peraturan tersebut didalamnya dibahas mengenai BNN Kabupaten/Kota. Peraturan Kepala BNN bab II itulah kemudian yang menjadi pedoman seluruh perwakilan BNN Kota/Kabupaten dalam menjalankan tata kerjanya. Begitupun dengan BNN Kota Cirebon. [Penguat Fenomena Sebelumnya]
BNN Kota Cirebon adalah salah satu dari perwakilan BNN yang berada di bawah Provinsi Jawa Barat. Sebagai perwakilan BNN yang berkedudukan di Kota. BNN Kota Cirebon tentu menjalankan tata kerjanya dengan beracuan pada undang-undang maupun peraturan yang berlaku, sebab memang seharusnya demikian. [Fenomena pada tempat penelitian]
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengangkat sebuah tema penelitian yang didasrakan pada pengkajian Peraturan Kepala BNN tetang organiasi dan tata kerja BNN yaitu Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010 secara mendalam, untuk kemudian dibandingkan dengan kondisi lapangan yang terjadi di BNN Kota Cirebon, sehingga dengan demikian diharapkan ditemukan persamaan dan perbedaanya antara organisasi dan tata kerja yang terdapat dalam peratura kepala BNN dengan pelaksanaan organisasi dan tata kerja di BNN Kota Cirebon, oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengajukan peneitian dengan judul “Implementasi Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No.Per/04/V/2010/BNN Tahun 2010 Tentang Organisiasi Dan Tata Kerja BNN Dikaitkan Dengan Tugas Pokok BNN Kota Cirebon”. [alasan pemilihan judul]
Dalam kasus ini misalnya kita akan membuat latar belakang penelitian skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Gempol Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Maka latar belakang penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya “hewan”, hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kedewasaan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya.begitu juga disekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa di ajar oleh tenaga pendidikan seperti guru dan dosen.
Menurut Dimyati Mahmud yang dikutip oleh Nini Subini (2012:83) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak.
Dalam pelajaran Islam yang menyangkut tentang belajar, sangatlah jelas bahwa Islam menganjurkan agar umatnya untuk dapat menuntut ilmu bagaimanapun keadaanya, belajar atau menuntut ilmu dalam Islam adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh tiap-tiap orang islam, sebagimana yag disabdakan Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya :
Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar) (Depag RI,2002:298)
Dengan demikian maka jelaslah betapa belajar dalam Islam adalah sesuatu yang sangat dianjurkan bahkan diwajibkan, mengingat begitu pentingnya belajar tersebut. Adapun proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan menuju sikap dan tingkah laku merupakan sikap kejiwaan yang bersifat muskil. Seorang individu yang pada waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu, karena ia tidak mengetahui perbuatan itu tercela. atau tidak sesuai dengan nilai norma dan sosial.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan di ukur. Akan tetapi di dalamnya tercakup sikap mental yang tidak mudah ditanggapi, kecuali secara tidak langsung, misalnya melalui ucapan atau perbuatan yang di duga menggambarkan sikap mental tersebut (Enung Fatimah, 2006:119).
Menurut Nini Subini (2012:85-87) banyak hal yang dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, baik dari dalam (internal), luar (eksternal), maupun faktor kecenderungan belajar adapun rincian singkatnya sebagai berikut :
Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan belajar, faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat minat, kematangan motivasi, kelelahan dan perhatian.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitar anak yang meliputi tiga hal anatara lain faktor keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu faktor dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang adalah motivasi seseorang tersebut dalam belajar.
Motivasi memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan suatu hal, begitupun dalam hal belajar dengan demikian maka motivasi belajar perlu dimiliki oleh para penuntut ilmu. Menurut pengertianya motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (KBBI v1 :2009)
Adapun secara psikologi motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau suatu kelompok tertentu, tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan kepuasan dengan apa yang dilakukanya (mencapai tujuan yang diinginkan). (Nini Subini, 2012:89)
Dengan demikian maka dari sudut sumber motivasi dapat dibagi menjadi dua hal yaitu motivasi intrinstik dan ekstrinsik. Motivasi intrinstik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seseorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena baginya membaca tidak hanya sekedar aktifitas melainkan sudah menjadi kebutuhanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi berpengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, ingin mendapatkan reward (Hadiah) dan lain sebagainya.
Begitupun dalam ajaran Islam, biasanya teks-teks perintah dalam al-Quran disertai dengan ancaman maupun ganjaran, bagi seseorang yang meninggalkan dan melaksanakanya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 9
Dari ayat al-Quran di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT, memerintahkan orang-orang yang beriman agar selalu berbuat baik (beramal sholih) dengan memberikan ganjaran berupa ampunan dan pahala-Nya, hal ini menandakan bahwa Allah SWT, dalam memotivasi orang-orang mu’min agar supaya beramal sholih juga dengan memberikan reward (hadiah) bagi yang menjalankanya. Dengan demikian maka bagi seseorang yang melakukan amal sholih dengan motivasi ingin mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah tergolong dalam jenis motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena dorongan dari luar.
Selain itu ada juga seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan baik (Amal sholih) yang tidak didasari atas motivasi ingin mendapatkan pahala dari sang pencipta, melainkan didasari atas kebutuhanya sebagai manusia, individu jenis ini adalah individu ikhlas yang merasa amal sholih yang dilakukanya adalah sudah merupakan kebutuhannya yang memang harus dijalankan sebagai hamba Allah, individu jenis ini biasanya adalah para kekasih-kekasih Allah dengan demikian maka motivasi dalam berbuat baik (beramal sholih) yang ada pada para kekasih Allah ini tergolong motivasi intrinstik.
Baiknya motivasi belajar siswa, tentunya berhubungan dengan prestasi belajar siswa sebab keduanya memang mempunyai kaitan erat dalam proses kegiatan belajar, dalam artian motivasi belajar sebagai faktor pendorong baiknya belajar siswa sementara hasil dari adanya motivasi dan baiknya belajar itu adalah sebuah prestasi belajar.
Berdasrkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 April sampai 11 Mei 2013 di SMP Negeri 1 Gempol, bahwa motivasi belajar siswa-siswi SMP Kelas VIII tergolong sangat baik, indikasi tersebut didapat dari catatan absensi kehadiran siswa yang kebanyakan selalu hadir dalam keseharianya, selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru yang kesemuanya menyatakan, bahwa memang motivasi siswa-siswi kelas VIII dalam belajar disekolah tersebut amat baik.
Namun demikian dalam hal prestasi belajar siswa-siswi kelas VIII khususnya terhadap mata pelajaran PAI, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti amatlah kurang , indikasi tersebut didapat peneliti dari kurangnya nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum) siswa, terhadap mata pelajaran PAI masih belum dapat dicapai oleh sebagian besar siswa-siswinya. Selain dari pada itu, ada hal lain yang peneliti temukan adalah dari tingkah laku murid-murid kelas VIII itu sendiri, seperti jika berbicara sesama temanya banyak diantara mereka mengunakan kata-kata kotor, tidak mengucapkan salam ketika berpapasan dengan guru maupun pegawai sekolah, hal ini sebenarnya mengindikasikan bahwa prestasi siswa-siswi amatlah kurang mengimplementasikan mata pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari , selain itu telah didapat bahwa nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) siswa terhadap mata pelajaran PAI masih belum dapat dicapai oleh sebagian besar siswa- siswinya.
Melihat daripada ketidak sesuaian di atas yaitu antara motivasi belajar siswa yang tinggi dan prestasi yang rendah tersebut, maka peneliti beranggapan hal tersebut adalah sebuah masalah penelitian, karena sepertinya dalam kasus di atas motivasi belajar siswa tidak menjadi faktor pendorong prestasi belajar PAI siswa, padahal secara teori jelas-jelas dikatakan bahwa motivasi belajar adalah salah satu daripada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan didalamnya termasuk juga prestasi belajar. oleh karena itu hal ini menurut peneliti perlu adanya tindak lanjut penelitian yang lebih mendalam agar didapat sebuah kesimpulan yang lebih valid, dengan demikan maka dalam skripsi ini peneliti mengangkat sebauah judul penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Gempol Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Tata cara dan teknik penulisan latar belakang masalah pada sebuah skripsi macamnya beragam, setiap kampus punya aturannya masing-masing, bahkan setiap dosen juga memiliki keinginannya sendiri-sendiri. Hal itulah yang membuat mahasiswa menjadi bingung.
Cara membuat latar belakang maslah yang baik sebenarnya sangat mudah, hal-hal yang peratama-tama perlu diperhatikan adalah dengan cara memahami terlebih dahulu jenis penelitian dan judul skripsi yang kita punya, sebab setiap jenis penelitian dan judul skripsi tertentu mempunyai latar belakang masalah masing-masing.
Contoh Latar Belakamng Masalah Skripsi Kualitataif
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang hanya mendeskripsikan data hasil penelitian tanpa analisis angka-angka. Penelitian kualitatif biasanya meneliti tentang buku, kiprah tokoh tertentu, atau menuliskan tentang fungsi, atau peran dari sesuatu hal.Dalam kasus ini misalnya kita akan membuat latar belakang penelitian skripsi dengan judul Implementasi Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No.Per/04/V/2010/BNN Tahun 2010 Tentang Organisiasi Dan Tata Kerja BNN Dikaitkan Dengan Tugas Pokok BNN Kota Cirebon”
Maka latar belakang penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:
Latar Belakang Masalah
Badan Narkotika Nasioanal (BNN) adalah badan khusus yang dibuat pemerintah untuk memerangi peredaran obat-obatan terlarang. Badan ini dibentuk berdasarkan pada UU No. 35 Pasal 64 Tahun 2009. BNN merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Lembaga non kementrian adalah lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. Kepala Lembaga Pemerintah non kementrian berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui menteri yang mengoordinasikan. [Pada mula-mulai paragraph membahas tentang BNN]Pada Undang-undang No. 35 pasal 65 dan 66 Tahun 2009 disebutan bahwa BNN berkedudukan di ibukota Negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara RI. Dengan dibentuknya BNN diharapkan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dapat dicegah dan diberantas sampai ke akar-akarnya. Dalam menjalankan tugasnya, BNN mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai instansi vertikal.[Paragraf penguat]
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah kemudian dipahami bahwa BNN sebagai lembaga non kementrian ternyata mempunyai perwakilan di Provinsi dan kabupaten/kota. Salah satunya perwakilan BNN di Kota Cirebon.[Tafsiran penulis pada poin sebelumnya]
Sebagai salah satu lembaga non kementrian yang pertanggung jawabanya langsung dibawah Presiden, Gubernur dan BNNK, sudah barang tentu dalam pelaksanaanya BNN baik yang berkedudukan di pusat, Provinsi mapun di Kota/Kabupaten menggunakan tata kerja tersendiri yang berlaku di lembaga ini.
Organisasi dan tata kerja Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi dan Kota/Kabupaten di atur dalam Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010. Seluruh organisasi BNN baik yang ada di Provinsi maupun yang berada di Kota/Kabupaten dalam menjalankan organisasi dan tata kerjanya harus mengikuti peraturan tersebut. Karena memang peraturan tersebut dibuat untuk dilaksanakan oleh BNN dan perwakilanya yang tersebar di tiap-tiap Provinsi dan Kota/Kabupaten yang ada di Indonesia. Begitupun dengan BNN Kota Cirebon. [Menyinggung Fenomena BNN Kota]
Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010 terdiri dari VII Bab dan didalamnya terkandung 43 pasal. Didalamnya membahas mengenai organisasi BNN Provinsi dan Kota/Kabupaten yang mencakup kedudukan dan fungsi BNN baik Provinsi maupun Kota/Kabupaten secara jelas dan terperinci. Dalam Bab II pada peraturan tersebut didalamnya dibahas mengenai BNN Kabupaten/Kota. Peraturan Kepala BNN bab II itulah kemudian yang menjadi pedoman seluruh perwakilan BNN Kota/Kabupaten dalam menjalankan tata kerjanya. Begitupun dengan BNN Kota Cirebon. [Penguat Fenomena Sebelumnya]
BNN Kota Cirebon adalah salah satu dari perwakilan BNN yang berada di bawah Provinsi Jawa Barat. Sebagai perwakilan BNN yang berkedudukan di Kota. BNN Kota Cirebon tentu menjalankan tata kerjanya dengan beracuan pada undang-undang maupun peraturan yang berlaku, sebab memang seharusnya demikian. [Fenomena pada tempat penelitian]
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengangkat sebuah tema penelitian yang didasrakan pada pengkajian Peraturan Kepala BNN tetang organiasi dan tata kerja BNN yaitu Peraturan Kepala BNN No 4 Tahun 2010 secara mendalam, untuk kemudian dibandingkan dengan kondisi lapangan yang terjadi di BNN Kota Cirebon, sehingga dengan demikian diharapkan ditemukan persamaan dan perbedaanya antara organisasi dan tata kerja yang terdapat dalam peratura kepala BNN dengan pelaksanaan organisasi dan tata kerja di BNN Kota Cirebon, oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengajukan peneitian dengan judul “Implementasi Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No.Per/04/V/2010/BNN Tahun 2010 Tentang Organisiasi Dan Tata Kerja BNN Dikaitkan Dengan Tugas Pokok BNN Kota Cirebon”. [alasan pemilihan judul]
Contoh Latar Belakang Masalah Skripsi Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan data hasil penelitian disertai analisis angka-angka. Penelitian kuantitatif biasanya meneliti tentang pengaruh variabel-variabel tertentu yang diperoleh dari analisis kuantitaif yang melibatkan angka-anagka.Dalam kasus ini misalnya kita akan membuat latar belakang penelitian skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Gempol Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Maka latar belakang penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:
Latar Belakang Masalah
Sifat kodrati manusia sebagai makhluk sosial harus dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi. Perlu disadari, bahwa manusia hanya mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.Untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya “hewan”, hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kedewasaan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka akan mendidik anak-anaknya.begitu juga disekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa di ajar oleh tenaga pendidikan seperti guru dan dosen.
Menurut Dimyati Mahmud yang dikutip oleh Nini Subini (2012:83) bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak.
Dalam pelajaran Islam yang menyangkut tentang belajar, sangatlah jelas bahwa Islam menganjurkan agar umatnya untuk dapat menuntut ilmu bagaimanapun keadaanya, belajar atau menuntut ilmu dalam Islam adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh tiap-tiap orang islam, sebagimana yag disabdakan Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنَ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ اِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ ( رواه إبن عبد البر)
Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar) (Depag RI,2002:298)
Dengan demikian maka jelaslah betapa belajar dalam Islam adalah sesuatu yang sangat dianjurkan bahkan diwajibkan, mengingat begitu pentingnya belajar tersebut. Adapun proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan menuju sikap dan tingkah laku merupakan sikap kejiwaan yang bersifat muskil. Seorang individu yang pada waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu, karena ia tidak mengetahui perbuatan itu tercela. atau tidak sesuai dengan nilai norma dan sosial.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan di ukur. Akan tetapi di dalamnya tercakup sikap mental yang tidak mudah ditanggapi, kecuali secara tidak langsung, misalnya melalui ucapan atau perbuatan yang di duga menggambarkan sikap mental tersebut (Enung Fatimah, 2006:119).
Menurut Nini Subini (2012:85-87) banyak hal yang dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, baik dari dalam (internal), luar (eksternal), maupun faktor kecenderungan belajar adapun rincian singkatnya sebagai berikut :
Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan belajar, faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat minat, kematangan motivasi, kelelahan dan perhatian.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitar anak yang meliputi tiga hal anatara lain faktor keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa salah satu faktor dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang adalah motivasi seseorang tersebut dalam belajar.
Motivasi memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan suatu hal, begitupun dalam hal belajar dengan demikian maka motivasi belajar perlu dimiliki oleh para penuntut ilmu. Menurut pengertianya motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (KBBI v1 :2009)
Adapun secara psikologi motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau suatu kelompok tertentu, tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan kepuasan dengan apa yang dilakukanya (mencapai tujuan yang diinginkan). (Nini Subini, 2012:89)
Dengan demikian maka dari sudut sumber motivasi dapat dibagi menjadi dua hal yaitu motivasi intrinstik dan ekstrinsik. Motivasi intrinstik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seseorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena baginya membaca tidak hanya sekedar aktifitas melainkan sudah menjadi kebutuhanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi berpengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, ingin mendapatkan reward (Hadiah) dan lain sebagainya.
Begitupun dalam ajaran Islam, biasanya teks-teks perintah dalam al-Quran disertai dengan ancaman maupun ganjaran, bagi seseorang yang meninggalkan dan melaksanakanya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 9
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya : Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Dari ayat al-Quran di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT, memerintahkan orang-orang yang beriman agar selalu berbuat baik (beramal sholih) dengan memberikan ganjaran berupa ampunan dan pahala-Nya, hal ini menandakan bahwa Allah SWT, dalam memotivasi orang-orang mu’min agar supaya beramal sholih juga dengan memberikan reward (hadiah) bagi yang menjalankanya. Dengan demikian maka bagi seseorang yang melakukan amal sholih dengan motivasi ingin mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah tergolong dalam jenis motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena dorongan dari luar.
Selain itu ada juga seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan baik (Amal sholih) yang tidak didasari atas motivasi ingin mendapatkan pahala dari sang pencipta, melainkan didasari atas kebutuhanya sebagai manusia, individu jenis ini adalah individu ikhlas yang merasa amal sholih yang dilakukanya adalah sudah merupakan kebutuhannya yang memang harus dijalankan sebagai hamba Allah, individu jenis ini biasanya adalah para kekasih-kekasih Allah dengan demikian maka motivasi dalam berbuat baik (beramal sholih) yang ada pada para kekasih Allah ini tergolong motivasi intrinstik.
Baiknya motivasi belajar siswa, tentunya berhubungan dengan prestasi belajar siswa sebab keduanya memang mempunyai kaitan erat dalam proses kegiatan belajar, dalam artian motivasi belajar sebagai faktor pendorong baiknya belajar siswa sementara hasil dari adanya motivasi dan baiknya belajar itu adalah sebuah prestasi belajar.
Berdasrkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 April sampai 11 Mei 2013 di SMP Negeri 1 Gempol, bahwa motivasi belajar siswa-siswi SMP Kelas VIII tergolong sangat baik, indikasi tersebut didapat dari catatan absensi kehadiran siswa yang kebanyakan selalu hadir dalam keseharianya, selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru yang kesemuanya menyatakan, bahwa memang motivasi siswa-siswi kelas VIII dalam belajar disekolah tersebut amat baik.
Namun demikian dalam hal prestasi belajar siswa-siswi kelas VIII khususnya terhadap mata pelajaran PAI, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti amatlah kurang , indikasi tersebut didapat peneliti dari kurangnya nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum) siswa, terhadap mata pelajaran PAI masih belum dapat dicapai oleh sebagian besar siswa-siswinya. Selain dari pada itu, ada hal lain yang peneliti temukan adalah dari tingkah laku murid-murid kelas VIII itu sendiri, seperti jika berbicara sesama temanya banyak diantara mereka mengunakan kata-kata kotor, tidak mengucapkan salam ketika berpapasan dengan guru maupun pegawai sekolah, hal ini sebenarnya mengindikasikan bahwa prestasi siswa-siswi amatlah kurang mengimplementasikan mata pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari , selain itu telah didapat bahwa nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) siswa terhadap mata pelajaran PAI masih belum dapat dicapai oleh sebagian besar siswa- siswinya.
Melihat daripada ketidak sesuaian di atas yaitu antara motivasi belajar siswa yang tinggi dan prestasi yang rendah tersebut, maka peneliti beranggapan hal tersebut adalah sebuah masalah penelitian, karena sepertinya dalam kasus di atas motivasi belajar siswa tidak menjadi faktor pendorong prestasi belajar PAI siswa, padahal secara teori jelas-jelas dikatakan bahwa motivasi belajar adalah salah satu daripada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan didalamnya termasuk juga prestasi belajar. oleh karena itu hal ini menurut peneliti perlu adanya tindak lanjut penelitian yang lebih mendalam agar didapat sebuah kesimpulan yang lebih valid, dengan demikan maka dalam skripsi ini peneliti mengangkat sebauah judul penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Gempol Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Demikianlah cara membuat latar belakang masalah dalam Skripsi, moga contoh di atas dapat menggambarkan pada pembaca cara membuat latar belakang masalah dalam skripsi dengan baik dan benar.
Belum ada Komentar untuk "Cara Membuat Latar Belakang Masalah Dalam Skripsi"
Posting Komentar