Abdullah Ayah Nabi Muhamad SAW
Sabtu, 09 Februari 2019
Tulis Komentar
Abdullah bin Abdul Mutholib adalah anak laki-laki ke 4 dari Abdul Mutholib, ibunya bernama Fatimah Binti Amr. Semenjak kecil Abdullah tinggal di Mekah bersama 10 saudara laki-lakinya yang lain. Abdullah dikenal sebagai kakak yang dicintai adik-adiknya, dan adik yang dicintai kakak-kakanya. Dari 10 anak laki-laki Abdul Muholib, Abdullah adalah anak yang paling tampan serta paling dicintai oleh Abdul Mutholib. Abdullah juga pada mulanya merupakan anak yang akan disembelih untuk dikorbankan sebagaimana nenek moyangnya nabi Ismail.
Dahulu, ketika Abdul Mutholib menemukan kembali sumur Zamzam dan menjadi seorang yang berhak memegang kunci Ka’bah, ia pernah bersumpah dalam nadzarnya. Ia bersumpah bahwa “Apabila ia dikaruniai 10 anak laki-laki maka salah satunya akan ia sembelih didepan Ka’bah untuk di korbankan”
Baca Juga: Abdul Mutholib, Kakek Nabi Muhamad SAW
Kisah dikorbankannya Abdullah untuk di sembelih dimulai dari beberapa puluh tahun sebelumnya ketika Abdul Mutholib bernadzar di depan Ka’bah. Abdul Mutholib waktu itu menginginkan keturunan yang banyak terutamanya laki-laki. Sebab mempunyai anak laki-laki yang banyak dalam kalangan bangsa Arab waktu itu merupakan suatu kebanggan dan dapat membesarkan kabilah dan martabat bapaknya. Oleh karena itu, selepas Abdul Muthalib mendapatkan kehormatan sebagai penemu sumur Zamzam dan pemegang Kunci Ka’bah ia bersumpah bahwa apabila dikaruniai lebih dari 9 anak laki-laki maka anak ke 10 nya akan dikorbankan sebagai bentuk rasa sukurnya.
Harapan yang disertai sumpah dalam nadzar Abdul Mutholib itu ternyata beberapa puluh tahun kemudian rupanya terpenuhi, harapannya dikabulkan oleh Allah, oleh karena itu Abdul Mutolib ingin menunaikan sumpahnya, sebab baginya sumpah dalam sebuah Nadzar adalah hutang yang harus dipenuhi.
Sebelum melaksanakan pengorbanan, Abdul Mutholib mengumpulkan 10 anak laki-lakinya dan menjelaskan maksud dan tujuannya, ia ingin mengundi 10 anaknya di depan Ka’bah, nama yang muncul dalam undian nantinya yang akan dikorbankan untuk di sembelih. Seluruh anak laki-laki Abdul Mutholib patuh, mereka semuanya menyerahkan nama-nama mereka dalam lembaran yang ditempelkan bersama anak panah.
Ketika waktunya tiba, pengocokan undian pun dilaksanakan di depan Ka’bah dengan disaksikan orang banyak, setelah di kocok akhirnya nama yang muncul untuk disembelih adalah Abdullah.
Dengan mantap Abdul Muthalib kemudian mengambil pedangnya untuk melaksanakan Nadzarnya, Abdullah yang kala itu terpilih sebagai seorang anak yang akan disembelih menerima dengan lapang.
Ketika pelaksanaan pengorbanan akan dilakukan, tiba-tiba keributan kemudian terjadi, adik dan kakak-kakak Abdullah jutru melarang ayahnya, malah mereka menawarkan diri untuk menggantikan Abdullah.
Abdullah dimata kakak dan adiknya adalah seorang anak yang paling berbakti pada ayah dan kabilahnya, bahkan kasih sayang Abdullah pada adik dan kakaknya tiada yang menyamai, oleh karena itu kakak dan adiknya tidak ingin orang yang terbaik dari keluarga mereka yang dikorbankan, inilah yang menjadi sebab mengapa ke sembilan anak-anak Abdul Mutholib yang lain melarang ayahnya.
Meskipun ada larangan dari kesembilan anak yang lainnya, Abdul Mutolib tetap pada pendiriannya untuk mengorbankan anaknya, hal ini memaksa keluarganya yang lain ikut campur, mereka keberatan dengan dikorbankannya Abdullah, akhirnya salah seorang diantara mereka mengusulkan kepada Abdul Mutholib agar menanyakan pada tukang Nuzum prihal penukaran persembahan korban dalam Nadzar.
Abdul Mutholib disertai beberapa kerabatnya kemudian menemui tukang Nudzum, sesampainya disana, Abdul Mutholib diperintahkan untuk mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor onta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka ia harus menambahi lagi dengan sepuluh ekor onta, hingga Tuhan Ridho, jika yang keluar nama onta, maka onta itulah yang disembelih.
Abdul Mutholib kemudian melaksanakan perintah tukang Nuzum itu dan melakukan pengundian di depan Ka’bah, setiap kali Abdul Mutholib mengundi maka yang keluar nama Abdullah, hal ini terjadi terus menerus hingga 10 kali, barulah pada undian ke sepuluh yang keluar nama onta, maka selepas itu Abdullah batal di sembelih, karena sudah ditukar dengan 100 onta. keseratus onta itu kemudian disembelih didepan Ka’bah, sementara dagingnya dibiarkan begitu saja, tanpa ada satu orang pun yang bernai menjamahnya.
Pilihan Abdul Mutholib akhirnya jatuh pada Aminah Binti Wahab bin Abdi Manaf. Pada saat itu menurut penilaian Abdul Mutholib Aminah adalah sosok wanita baik berahlak tinggi, selain itu dari segi kedudukan Aminah merupakan anak seorang terpandang di Mekah, dari itu Abdul Mutholib kemudian menikakan anak kesyangannya Abdullah dengan Aminah. Beberapa bulan selepas pernikahan, akhirnya Aminah kemudian mengandung.
Sakit Abdullah di Madinah terbilang parah, hingga menyebabkannya wafat di Madinah. Abdullah dikuburkan di Darun Nabighoh Al-Jaidi, pada saat meninggal Abdullah baru berumur 25 tahun.
Dahulu, ketika Abdul Mutholib menemukan kembali sumur Zamzam dan menjadi seorang yang berhak memegang kunci Ka’bah, ia pernah bersumpah dalam nadzarnya. Ia bersumpah bahwa “Apabila ia dikaruniai 10 anak laki-laki maka salah satunya akan ia sembelih didepan Ka’bah untuk di korbankan”
Baca Juga: Abdul Mutholib, Kakek Nabi Muhamad SAW
Abdullah di Korbankan di Depan Ka’bah
Ilustrasi Pengrobanan Manusia Arab Kuno |
Harapan yang disertai sumpah dalam nadzar Abdul Mutholib itu ternyata beberapa puluh tahun kemudian rupanya terpenuhi, harapannya dikabulkan oleh Allah, oleh karena itu Abdul Mutolib ingin menunaikan sumpahnya, sebab baginya sumpah dalam sebuah Nadzar adalah hutang yang harus dipenuhi.
Sebelum melaksanakan pengorbanan, Abdul Mutholib mengumpulkan 10 anak laki-lakinya dan menjelaskan maksud dan tujuannya, ia ingin mengundi 10 anaknya di depan Ka’bah, nama yang muncul dalam undian nantinya yang akan dikorbankan untuk di sembelih. Seluruh anak laki-laki Abdul Mutholib patuh, mereka semuanya menyerahkan nama-nama mereka dalam lembaran yang ditempelkan bersama anak panah.
Ketika waktunya tiba, pengocokan undian pun dilaksanakan di depan Ka’bah dengan disaksikan orang banyak, setelah di kocok akhirnya nama yang muncul untuk disembelih adalah Abdullah.
Dengan mantap Abdul Muthalib kemudian mengambil pedangnya untuk melaksanakan Nadzarnya, Abdullah yang kala itu terpilih sebagai seorang anak yang akan disembelih menerima dengan lapang.
Ketika pelaksanaan pengorbanan akan dilakukan, tiba-tiba keributan kemudian terjadi, adik dan kakak-kakak Abdullah jutru melarang ayahnya, malah mereka menawarkan diri untuk menggantikan Abdullah.
Abdullah dimata kakak dan adiknya adalah seorang anak yang paling berbakti pada ayah dan kabilahnya, bahkan kasih sayang Abdullah pada adik dan kakaknya tiada yang menyamai, oleh karena itu kakak dan adiknya tidak ingin orang yang terbaik dari keluarga mereka yang dikorbankan, inilah yang menjadi sebab mengapa ke sembilan anak-anak Abdul Mutholib yang lain melarang ayahnya.
Meskipun ada larangan dari kesembilan anak yang lainnya, Abdul Mutolib tetap pada pendiriannya untuk mengorbankan anaknya, hal ini memaksa keluarganya yang lain ikut campur, mereka keberatan dengan dikorbankannya Abdullah, akhirnya salah seorang diantara mereka mengusulkan kepada Abdul Mutholib agar menanyakan pada tukang Nuzum prihal penukaran persembahan korban dalam Nadzar.
Abdul Mutholib disertai beberapa kerabatnya kemudian menemui tukang Nudzum, sesampainya disana, Abdul Mutholib diperintahkan untuk mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor onta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka ia harus menambahi lagi dengan sepuluh ekor onta, hingga Tuhan Ridho, jika yang keluar nama onta, maka onta itulah yang disembelih.
Abdul Mutholib kemudian melaksanakan perintah tukang Nuzum itu dan melakukan pengundian di depan Ka’bah, setiap kali Abdul Mutholib mengundi maka yang keluar nama Abdullah, hal ini terjadi terus menerus hingga 10 kali, barulah pada undian ke sepuluh yang keluar nama onta, maka selepas itu Abdullah batal di sembelih, karena sudah ditukar dengan 100 onta. keseratus onta itu kemudian disembelih didepan Ka’bah, sementara dagingnya dibiarkan begitu saja, tanpa ada satu orang pun yang bernai menjamahnya.
Abdullah Menikah Dengan Aminah
Pernikahan Abdullah dengan Aminah terjadi karena perjodohan, Abdul Mutholib sebelumnya semacam melakukan Survai di Mekah, ia mengamati wanita-wanita di Kota itu yang baik-baik dan terhormat.Pilihan Abdul Mutholib akhirnya jatuh pada Aminah Binti Wahab bin Abdi Manaf. Pada saat itu menurut penilaian Abdul Mutholib Aminah adalah sosok wanita baik berahlak tinggi, selain itu dari segi kedudukan Aminah merupakan anak seorang terpandang di Mekah, dari itu Abdul Mutholib kemudian menikakan anak kesyangannya Abdullah dengan Aminah. Beberapa bulan selepas pernikahan, akhirnya Aminah kemudian mengandung.
Abdullah Wafat
Beberapa bulan selepas pernikahan, Abdul Mutholib menyuruh anaknya untuk pergi ke Madinah untuk mengurus Korma, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan berdagang ke Syam. Akan tetapi ketika beberapa waktu Abdullah tinggal di Madinah untuk mengurus korma, ia rupanya terkena penyakit.Sakit Abdullah di Madinah terbilang parah, hingga menyebabkannya wafat di Madinah. Abdullah dikuburkan di Darun Nabighoh Al-Jaidi, pada saat meninggal Abdullah baru berumur 25 tahun.
Belum ada Komentar untuk "Abdullah Ayah Nabi Muhamad SAW"
Posting Komentar