Nyai Dasima Gambaran Kenestapaan Seorang Nyai Zaman Belanda
Minggu, 13 Januari 2019
Tulis Komentar
Nyai Dasima adalah tokoh nyata yang hidup pada 1813, ia dikisahkan sebagai gadis cantik yang rela dijauhi keluarganya demi merengkuh kebahagiaan hidup dengan cara menjadi istri orang Eropa di Betawi.
Tapi malang baginya sebab ia tidak lagi diakui keluarganya karena dianggap murtad, ia juga dicampakan keluarga suaminya karena mengangap tidak selevel dengan mereka. Nyai Dasima dalam akhir hayatnya membuat gempar Batavia, sebab mayatnya ditemukan mengambang di sungai Cempaka Putih.
Kisah tragis kehidupan seorang Nyai Dasima sangat legendaris di Jakarta, menjadi tutur yang tak terputus-putus dikalangan masyarakat Betawi, dalam nasehat bijak betawi diungkapkan, “bahwa hidup jangan seperti Dasima, menjual agama demi harta”.
Menurut kisahnya Nyai Dasima berasal dari Bogor, hidup antara tahun 1805-1830. Ia digambarkan sebagai Perempuan cantik yang sulit ditandingi dizamannya, belakangan kecantikannya menjadi tersohor karena ini seorang Nyai (atau istri simpanan) Tuan Edward, orang Inggris yang tinggal di Pejambon.
Hubungan perkawinan Sirri antara Dasima dan Tuan Edward membuat Dasima putus hubungan dengan pihak keluarganya, yang menganggap Dasima telah kafir karena menikah dengan Edward. Keluarga dan bangsanya menganggapnya tidak bermartabat. Wanita murahan.
Sebaliknya di kalangan Eropa tidak sepenuhnya mau menerimanya dan membuatnya sebagai bahan hinaan, apalagi Edward teryata hanya membutuhkan tubuhnya saja, tubuh molek pribumi cantik yang mungkin menurutnya gurih.
Kedua keadaan itu pada akhirnya membuat Nyai Dasima kehilangan pegangan hidup, meski secara finansial ia serba kecukupan, ia kering batinnya, tidak ada teman baginya. Bangsanya menjauhi sementara bangsa dari kalangan suaminya merasa jijih. Ditambah-tambah lagi rupanya Edward hanya seorang bajingan kelamin yang datang membelai jika nafsunya memuncak. Keadaan seperti itulah yang kemudian membuat Stress Nyai Dasima.
Dalam keadaan stress dan terpojok, datanglah kemudian Samiun, seorang pribumi gagah yang pada mulanya dianggap Dasima sebagai juru selamat hidupnya. Hanya Samiun lah laki-laki Pribumi yang mau menjadi teman dan keluh kesah hidupnya.
Dasima Kabur dan menghilang dari kehidupan Tuan Edward, menghilang sambil membawa kekayaan, inginya ia hidup bahagia bersama Samiun, pria impian hidup sejatinya. Tapi rupanya itu hanya bayangan Dasima saja, sebab meskipun Samiun menikahi Dasima, ia rupanya hanya mengincar harta simpanan Dasima saja, ia mengincar harta Dasima karena ia terlilit hutang yang menumpuk di tukang gadai.
Dasima yang lari dari tuan Edward ke pelukan Samiun untuk mencari perlindungan dan cinta, temyata justru tertipu dan mendapat kemalangan. Ujung hidup Nyai Dasima berakhir tragis dan tewas di Kali Cempaka Putih, dirampok suaminya sendiri dengan dibantu jawara Tanah Tinggi, Bang Puasa. Kisah tragis ini kemudian dibukukan oleh penulis belanda, G. Francis dan Ardan. Begitulah akhir tragis dari Dasima pengejar kebahagiaan sesaat yang rela mencampakan keluarga dan agamanya. Suram nasibnya.
Selain kisah hidupnya dituliskan dalam bentuk karya sastra, hikayat hidup mengenai Nyai Dasima ini juga pernah dibuatkan filemnya pada tahun 1971, filem itu berjudul “Njai Dasima” dibintangi oleh Citra Dewi, Aktor wanita terbaik dizamannya. Begitulah akhir tragis dari Dasima pengejar kebahagiaan sesaat yang rela mencampakan keluarga dan agamanya. Suram nasibnya.
Tapi malang baginya sebab ia tidak lagi diakui keluarganya karena dianggap murtad, ia juga dicampakan keluarga suaminya karena mengangap tidak selevel dengan mereka. Nyai Dasima dalam akhir hayatnya membuat gempar Batavia, sebab mayatnya ditemukan mengambang di sungai Cempaka Putih.
Kisah tragis kehidupan seorang Nyai Dasima sangat legendaris di Jakarta, menjadi tutur yang tak terputus-putus dikalangan masyarakat Betawi, dalam nasehat bijak betawi diungkapkan, “bahwa hidup jangan seperti Dasima, menjual agama demi harta”.
Menurut kisahnya Nyai Dasima berasal dari Bogor, hidup antara tahun 1805-1830. Ia digambarkan sebagai Perempuan cantik yang sulit ditandingi dizamannya, belakangan kecantikannya menjadi tersohor karena ini seorang Nyai (atau istri simpanan) Tuan Edward, orang Inggris yang tinggal di Pejambon.
Dasima |
Sebaliknya di kalangan Eropa tidak sepenuhnya mau menerimanya dan membuatnya sebagai bahan hinaan, apalagi Edward teryata hanya membutuhkan tubuhnya saja, tubuh molek pribumi cantik yang mungkin menurutnya gurih.
Kedua keadaan itu pada akhirnya membuat Nyai Dasima kehilangan pegangan hidup, meski secara finansial ia serba kecukupan, ia kering batinnya, tidak ada teman baginya. Bangsanya menjauhi sementara bangsa dari kalangan suaminya merasa jijih. Ditambah-tambah lagi rupanya Edward hanya seorang bajingan kelamin yang datang membelai jika nafsunya memuncak. Keadaan seperti itulah yang kemudian membuat Stress Nyai Dasima.
Dalam keadaan stress dan terpojok, datanglah kemudian Samiun, seorang pribumi gagah yang pada mulanya dianggap Dasima sebagai juru selamat hidupnya. Hanya Samiun lah laki-laki Pribumi yang mau menjadi teman dan keluh kesah hidupnya.
Dasima Kabur dan menghilang dari kehidupan Tuan Edward, menghilang sambil membawa kekayaan, inginya ia hidup bahagia bersama Samiun, pria impian hidup sejatinya. Tapi rupanya itu hanya bayangan Dasima saja, sebab meskipun Samiun menikahi Dasima, ia rupanya hanya mengincar harta simpanan Dasima saja, ia mengincar harta Dasima karena ia terlilit hutang yang menumpuk di tukang gadai.
Dasima yang lari dari tuan Edward ke pelukan Samiun untuk mencari perlindungan dan cinta, temyata justru tertipu dan mendapat kemalangan. Ujung hidup Nyai Dasima berakhir tragis dan tewas di Kali Cempaka Putih, dirampok suaminya sendiri dengan dibantu jawara Tanah Tinggi, Bang Puasa. Kisah tragis ini kemudian dibukukan oleh penulis belanda, G. Francis dan Ardan. Begitulah akhir tragis dari Dasima pengejar kebahagiaan sesaat yang rela mencampakan keluarga dan agamanya. Suram nasibnya.
Cover Filem Njai Dasima 1971 |
Belum ada Komentar untuk "Nyai Dasima Gambaran Kenestapaan Seorang Nyai Zaman Belanda"
Posting Komentar