Biografi Imam Hambali Seorang Fuqaha Ahli Hadist
Rabu, 29 Agustus 2018
Tulis Komentar
Imam Hambali adalah satu dari lima Imam Madhab Fiqih Sunni, beliau merupakan Imam termuda dari kelimanya, nama aslinya adalah Muhamad bin Hanbal bin Hilal Al-Syaibhani, beliau lahir di kota Merw (Khurasan) pada tahun 164 H atau 780 M. Beliau lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang tentara yang wafat ketika beliau masih kecil.
Harta yang ditinggalkan ayahnya hanya sepetak tanah dan rumah yang sudah tidak layak huni. Meskipun demikian warisan itulah yan kelak dijadikan bekal untuk pendidikan Imam Hambali.
Selepas kewafatan ayahnya, Ibu Imam Hambali memutuskan tidak menikah lagi, beliau fokus mengurusi anak semata wayangnya. Beliau berjuang banting tulang menghidupi Hambali bermodal sepetak tanah warisan suaminya. Selain sebagai wanita yang mandiri, Ibunda Imam Hambali juga dikisahkan mencintai ilmu, karena itulah semenjak kecil Hambali dididiknya habis-habisan, hingga dalam usia yang relatif masih kecil Ibunya berhasil menjadikan Hamabli seorang yang hafal al-quran.
Kegigihan sang Ibu dalam memberikan penghidupan dan pendidikan pada Hambali, rupanya membuat Hambali sadar diri, ia tidak ingin mengecewakan Ibunya, ia pun belajar dengan giat untuk menyenangkan Ibunya, bukan itu saja, disela-selanya sebagai pelajar Hambali juga dikisahkan mencari nafkah tambahan untuk membantu beban ibunya, ia menjadi karywan di sebuah toko tenun.
Ketika mencapai usia remaja, naluri bisnis Hambali rupanya bangkit, ia tidak mau terpuruk terus-menerus. Ia mencoba menyewakan tanah warusan bapaknya kepada para pedagang dan mengajaknya kerja sama, akan tetapi keberuntungan rupanya tidak berpihak pada Hambali, orang-orang tidak mau bekerja sama dengannya karena ia dianggap miskin.
Kegagalan Imam Hambali dalam menyewakan tanah tersebut rupanya sempat membuat Hambali putus asa, tapi Ibunya terus menasehati agar kuat menjalani hidup. Setelah peristiwa itu dikisahkan Ibu Imam Hambali menjual permata peninggalan suaminya untuk biyaya hidup dan pendidikan Imam Hambali. Melihat Ibunya makin tua dan hari-harinya terbebani terus, Hambali menjadi sedih hatinya, oleh karena itu ia kemudian memutuskan untuk melakukan pengembaraan, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban Ibunya.
Meski berat, Ibunya tetap mengijinkan Hambali pergi mengembara mencari Ilmu, dalam pengembaraannya itu Hambali hanya berbekal ilmu yang didapatnya dari guru-gurunya, pada waktu itu ia sudah mempunyai keahlian menulis, ia pergi ke Bagdad yang waktu itu merupakan Ibukota Kekhalifahan Islam Bani Abasiyah.
Di Bagdad ia mempunyai satu misi utama yaitu mencari hadist. Dalam pengembaraannya itu ia juga menghidupi dirinya dengan menjadi kuli angkut barang, dan membuka jasa penulisan surat, memang waktu itu masih jarang orang yang bisa menulis, dari penghasilannya sebagai kuli dan penulis surat itu Hambali bisa menghidupi dirinya sendiri.
Setelah puas ke Bagdad pengembaraan Imam Hambali kemudian berlanjut, ia mencari hadist ke berbagai daerah Islam diantaranya Mekah, Madinah, Yaman, dan Khurasan, Tarsus di Persia.
Dalam pencariannya mencari Hadist-hadist itu, ia juga sekaligus berguru pada ulama-ulamanya, dan diantara ulama-ulama terkenal yang menjadi gurunya adalah Imam Malik, Imam Syafii, Abu Yusuf, Abduraziq bin Hamam dan masih banyak yang lainnya.
Baca Juga:
Setelah beberapa puluh tahun mengumpulkan haidts dan berguru kepada berbagai ulama, beliau kemudian menyusun-hadist-hadist tersebut dalam sebuah kitab yang terpisah-pisah sesuai dengan isi pembahasan dari hadistnya.
Dikisahkan penyusunan kembali hadist-hadist dalam suatu kitab itu dilakukan oleh Imam Hambali sampai pada waktu sebelum wafatnya. Oleh karena kitab yang beliau susun belum sempurna karena beliau wafat maka untuk selanjutnya penyusunan akhir dilakukan oleh anak dan murid-muridnya.
Sebelum kisah kewafatanya, selepas Imam Hambali puas berguru ke berbagai guru dan banyak mengumpulkan Hadist beliau kemudian kembali ke Bagdad, di Ibukota Islam itu beliau kemudian mendirikan pesantren, di Kota inilah nama Imam Hambali bersinar, dan banyak diburu oleh murid-murid yang ingin belajar hadist. Imam Hambali wafat di Bagdad pada tahun 242 H atau 885 M. Umurnya kala itu mencapai 105 tahun.
Daftar Pustaka
[1]Asrifin Naachrowi.2005. Lima Imam Agung. Surabaya: Jawara
Harta yang ditinggalkan ayahnya hanya sepetak tanah dan rumah yang sudah tidak layak huni. Meskipun demikian warisan itulah yan kelak dijadikan bekal untuk pendidikan Imam Hambali.
Selepas kewafatan ayahnya, Ibu Imam Hambali memutuskan tidak menikah lagi, beliau fokus mengurusi anak semata wayangnya. Beliau berjuang banting tulang menghidupi Hambali bermodal sepetak tanah warisan suaminya. Selain sebagai wanita yang mandiri, Ibunda Imam Hambali juga dikisahkan mencintai ilmu, karena itulah semenjak kecil Hambali dididiknya habis-habisan, hingga dalam usia yang relatif masih kecil Ibunya berhasil menjadikan Hamabli seorang yang hafal al-quran.
Kegigihan sang Ibu dalam memberikan penghidupan dan pendidikan pada Hambali, rupanya membuat Hambali sadar diri, ia tidak ingin mengecewakan Ibunya, ia pun belajar dengan giat untuk menyenangkan Ibunya, bukan itu saja, disela-selanya sebagai pelajar Hambali juga dikisahkan mencari nafkah tambahan untuk membantu beban ibunya, ia menjadi karywan di sebuah toko tenun.
Ketika mencapai usia remaja, naluri bisnis Hambali rupanya bangkit, ia tidak mau terpuruk terus-menerus. Ia mencoba menyewakan tanah warusan bapaknya kepada para pedagang dan mengajaknya kerja sama, akan tetapi keberuntungan rupanya tidak berpihak pada Hambali, orang-orang tidak mau bekerja sama dengannya karena ia dianggap miskin.
Kegagalan Imam Hambali dalam menyewakan tanah tersebut rupanya sempat membuat Hambali putus asa, tapi Ibunya terus menasehati agar kuat menjalani hidup. Setelah peristiwa itu dikisahkan Ibu Imam Hambali menjual permata peninggalan suaminya untuk biyaya hidup dan pendidikan Imam Hambali. Melihat Ibunya makin tua dan hari-harinya terbebani terus, Hambali menjadi sedih hatinya, oleh karena itu ia kemudian memutuskan untuk melakukan pengembaraan, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban Ibunya.
Meski berat, Ibunya tetap mengijinkan Hambali pergi mengembara mencari Ilmu, dalam pengembaraannya itu Hambali hanya berbekal ilmu yang didapatnya dari guru-gurunya, pada waktu itu ia sudah mempunyai keahlian menulis, ia pergi ke Bagdad yang waktu itu merupakan Ibukota Kekhalifahan Islam Bani Abasiyah.
Di Bagdad ia mempunyai satu misi utama yaitu mencari hadist. Dalam pengembaraannya itu ia juga menghidupi dirinya dengan menjadi kuli angkut barang, dan membuka jasa penulisan surat, memang waktu itu masih jarang orang yang bisa menulis, dari penghasilannya sebagai kuli dan penulis surat itu Hambali bisa menghidupi dirinya sendiri.
Setelah puas ke Bagdad pengembaraan Imam Hambali kemudian berlanjut, ia mencari hadist ke berbagai daerah Islam diantaranya Mekah, Madinah, Yaman, dan Khurasan, Tarsus di Persia.
Dalam pencariannya mencari Hadist-hadist itu, ia juga sekaligus berguru pada ulama-ulamanya, dan diantara ulama-ulama terkenal yang menjadi gurunya adalah Imam Malik, Imam Syafii, Abu Yusuf, Abduraziq bin Hamam dan masih banyak yang lainnya.
Baca Juga:
Setelah beberapa puluh tahun mengumpulkan haidts dan berguru kepada berbagai ulama, beliau kemudian menyusun-hadist-hadist tersebut dalam sebuah kitab yang terpisah-pisah sesuai dengan isi pembahasan dari hadistnya.
Dikisahkan penyusunan kembali hadist-hadist dalam suatu kitab itu dilakukan oleh Imam Hambali sampai pada waktu sebelum wafatnya. Oleh karena kitab yang beliau susun belum sempurna karena beliau wafat maka untuk selanjutnya penyusunan akhir dilakukan oleh anak dan murid-muridnya.
Sebelum kisah kewafatanya, selepas Imam Hambali puas berguru ke berbagai guru dan banyak mengumpulkan Hadist beliau kemudian kembali ke Bagdad, di Ibukota Islam itu beliau kemudian mendirikan pesantren, di Kota inilah nama Imam Hambali bersinar, dan banyak diburu oleh murid-murid yang ingin belajar hadist. Imam Hambali wafat di Bagdad pada tahun 242 H atau 885 M. Umurnya kala itu mencapai 105 tahun.
Daftar Pustaka
[1]Asrifin Naachrowi.2005. Lima Imam Agung. Surabaya: Jawara
Belum ada Komentar untuk "Biografi Imam Hambali Seorang Fuqaha Ahli Hadist"
Posting Komentar