Asal-Usul Perang Russia Vs Ukraina

Sebelum runtuhnya Uni Soviet, sebetulnya hubungan Russia dan Ukraina terbilang mesra, karena memang selain disatukan oleh persamaan sejarah dan budaya, keduanya juga merupakan bagian dari Uni Soeviet. 

Dahulu orang-orang Russia dan Ukraina di zaman Uni Soviet bahu membahu melawan Jerman Nazi ketika menginvasi wilayah mereka, sehingga keduanya berhasil menyerang balik, bahkan dari persatuan mereka itu mampu mengalahkan dan membuat Nazi runtuh. 

Meskipun demikian, selepas runtuhnya Soviet, Russia dan Ukraina akhirnya berkonflik, bahkan dari konflik tersebut menyebabkan keduanya berperang. 

Asal-Usul Perang Rusia Vs Ukraina
Ada asal-usul mengapa hubungan Russia dan Ukraina kian hari kian buruk sehingga menyebabkan keduanya berperang. Adapun urian mengenai asal-usul perang Russia Vs Ukraina adalah sebagai berikut:

Latar Belakang

Uni Soviet, adalah negara yang terbentuk dari gabungan empat negara Republik sosialis, yaitu (1) Republik Sosialis Federasi Soviet Russia, (2) Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia, (3) Republik Sosialis Soviet Ukraina dan (4) Republik Sosialis Beylourusia. Keempatnya sepakat membentuk Uni Soviet pada 30 Desember 1922. Dari empat Republik Sosialis yang sepakat membentuk Uni Soviet itu, Russia menjadi negara terbesar dan terkuat dalam Uni Soviet. 

Persatuan empat Republik Soislis dengan membentuk Uni Soviet membuat negara tersebut sangat kuat, baik secara militer maupun ekonomi. 

Kekuatan Unisoviet terbukti dari ketidak mampuan Nazi Jerman melakukan penjajahan pada Uni Soviet. Bahkan pada 8 Mei 1945, Uni Soviet bersama sekutunya (USA, Inggris) berhasil memaksa Nazi Jerman menyerah setelah sebelumnya terlibat pertempuran yang dahsyat. 

Kemenangan Uni Soviet dan sekutunya Inggris dan Amerika Srikat dalam perang Dunia Dua melawan Jerman dan sekutunya (Italia dan Jepang) menjadikan ketiganya sebagai negara adidaya, akan tetapi dikemudian hari, ketiganya saling berebut pengaruh dengan cara menyebarkan idiologinya masing-masing ke negara-negara dunia ketiga. 

Uni Soveit menyebarkan idiologi Komunis sementara Amerika Srikat dan Inggris menyebarkan Idiologi Demokrasi. 

Dari tahun 1945 hingga 1991, Blok Barat (USA & Inggris) dan Timur Uni Soviet menjadi saingan, meskipun dua blok tersebut tidak terlibat perang secara langsung, keduanya sempat terlibat konflik dalam perang dingin yang menguras energi. 

Pada akhirnya blok barat menjadi pemenang seiring runtuhnya Uni Soviet akibat perpecahan internal pada 26 Desember 1991. 

Runtuhnya Uni Soviet menyebabkan empat negara Republik Sosialis Soviet yang ada berdiri dan berdaulat masing-masing. 

Republik Sosialis Federasi Soviet Russia berubah menjadi Republik Federasi Russia.

Negara Republik Sosialis Soviet Transkaukasia terpecah menjadi tiga negara, yaitu (1) Armenia (2)Azerbaizan, dan (3) Georgia. 

Negara Republik Sosialis Soviet Ukraina berbah menjadi Negara Republik Ukraina dan Moldova, sedangkan Republik Sosialis Soviet Beylourusia terpecah menjadi negara (1) Belarussia (2) Kazakstan (3) Uzbekistan (4) Turkmenistan (5) Krigisztan (6) Tajikistan (7) Estonia (8) Latvia, dan (9) Liutania. 

Meskipun Uni Soviet terdiri dari 4 Republik Sosialis Soviet, akan tetapi negara yang mewarisi dan dianggap sebagai penerus Uni Soviet adalah Russia, dari itu, Russia adalah negara yang juga mewarisi hak Veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Sebagai pewaris Uni Soviet, Russia berkepintangan menjaga negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya untuk tetap berada dibawah kendalinya, meskipun demikian pada prakteknya ada beberapa negara pecahan Uni Soviet yang akhirnya lepas dari pengaruh Russia karena bergabung ke blok barat dan menjadi Anggota NATO, negara-negara berkas Soviet yang menjadi anggota NATO adalah (1) Estonia (2) Latvia (3) Armenia dan (4) Liutania. Keempatnya bergabung ke NATO pada tahun 2004. 

Bergabungnya 4 negara bekas Uni Soviet ke NATO tersebut sebetulnya membuat geram Russia, hanya saja waktu itu Russia tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk melawan barat, karena kala itu Russia diprintah oleh Presiden yang lemah, lagipula sebagaian pejabat Russia menggap gabungnya 4 negara bekas Unisoviet tersebut tidak begitu mengancam keamaanan Russia, karena letaknya yang tidak berbatasan dengan Russia secara langsung. Meskipun demikian, Russia tetap mengirimkan protes pada barat karena mengingkari perjanjian. Sebelumnya barat pernah berjanji tidak akan menjadikan negara bekas Soviet sebagai sasaran pengaruh barat. 

Menjabatnya Vladimir Putin sebagai Presiden Russia yang baru pada Tahun 2012 membuat Russia setapak demi setapak berkembang lagi menjadi negara adidaya yang disegani, Putin mampu membangkitkan Russia selepas runtuhnya Uni Soviet. 

Sementara disisi lain, Barat yang dahulu berhasil mempengaruhi empat negara bekas uni Soviet masuk kedalam NATO melakukan ekspansinya ke Uraina, Hal ini tentu membuat marah Putin. Apalagi pada 22 Februari 2014, Presiden Ukraina Viktor Yanukovich secara semena-mena diturunkan dari jabatannya sebagai Presiden secara paksa oleh Parlemen. 

Presiden Ukraina Viktor Yanukovich adalah Presiden yang menentang rencana Parlemen untuk bergabung dalam NATO, presiden ini juga menghendaki jika Ukraina tetap menjalin hubungan harmonis dengan Russia. 

Perang Russia Vs Ukraina

Setelah lengsernya Viktor Yanukovich, Ukraina mengangkat Presiden baru Petro Oleksiyovych Poroshenko. Presiden Ukraina yang baru merupakan presiden yang pro barat. Melalui Presiden ini, Ukraina sedikit demi sedikit menggas rencana agar Ukraina bergabung kedalam NATO. 

Kebijakan Petro Oleksiyovych Poroshenko yang pro barat membuat rakyat Ukraina, terutamanya dari kalangan bangsa Russia yang tinggal dan menjadi warga negara di negara itu muak, sehingga mereka melancarkan pemberontakan. 

Pemberontakan yang terjadi ditanggapi dengan keras oleh pemerintah, sehingga banyak bangsa Russia terbunuh dalam peristiwa itu. Keadaan semacam itu membuat Putin emosi, sehingga Putin memutuskan untuk mempersenjati Pembrontak. 

Selain itu, guna menekan Ukraina, Putin juga memutuskan untuk melakukan invasi ke Cremia, salah satu wilayah Ukraina  yang cukup strategis dimana kebanyakan rakyatnya berasal dari Bangsa Russia dan juga merupakan basis pemberontak. Pada 21 Maret 214, Russia menjadikan Cremia sebagai negara bagian Russia. 

Selepas Russia menganeksasi Cremia, Presiden Petro Oleksiyovych Poroshenko yang pro barat itu cenderung berhati-hati dalam memerintah, ia cenderung tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan, terutamanya soal niatnya bergabung kedalam NATO.

Pada tahun 2019, Ukraina berganti Presiden, kali ini yang menjabat sebagai Presiden adalah Volodymyr Zelensky merupakan pelawak TV paling populer di Ukraina yang sebetulnya tidak piawai dalam berpolitik. 

Dilansir dari New York Post, Sabtu (26/2/2022), Presiden Ukraina yang berusia 44 tahun itu memenangkan pemilihan presiden karena kampanyenya dibiayai oleh salah satu oligarki terkaya dan paling korup di Ukraina, Igor Kolomoisky.

Presiden Baru Ukraina yang satu ini adalah juga orang yang pro barat, tingkah lakunya dalam melaksanakan pemerintahan membuat emosi Russia menjadi-jadi, bahkan presiden yang mulanya pelawak itu dengan terang-terangan ia memutuskan untuk bergabung kedalam NATO dan juga secara terang-terangan mengungkapkan ingin terbebas dari pengaruh Russia dan bergabung ke Barat dalam segala aspek. 

Menanggapi gerakan Barat yang begitu masif untuk menjadikan Ukraina sebagai bagian dari NATO, memaksa Russia menggunakan pengaruhnya, Russia menyatakan protes dan keberatan pada negara-negara anggota NATO agar jangan menjadikan Ukraina sebagai bagian dari NATO, hasilnya beberapa negara anggota NATO menolak keanggotaan Ukraina. Namun, Amerika Srikat dan Inggris rupanya tidak bergeming pada keberatan Russia.

Disisi lain, Presiden Volodymyr Zelensky rupanya secara masif terus melobi negara-negara anggota NATO agar menerima Ukraina sebagai anggota. Hal inilah yang membuat Russia meradang, sehingga pada Kamis 24/2/2022 Russia memutuskan untuk melakukan Invasi ke Ukraina. 

Hingga dituliskannya artikel ini, Russia berhasil menguasai dan melumpuhkan beberapa kota besar di Ukraina, bahkan Ibu Kota Ukraina sebagiannya telah dikuasai oleh Russia. 

Menurut analisis beberapa pakar, bahwa tujuan Russia melakukan invasi adalah menggulingkan Presiden Volodymyr Zelensky dan menggantikannya dengan Presiden baru yang Pro Russia atau Presiden baru yang bersikap non blok. 

Belum ada Komentar untuk "Asal-Usul Perang Russia Vs Ukraina"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel