Arya Kiban, Senopati Dari Galuh

Arya Kiban adalah salah satu tokoh yang sering disebut-sebut dalam beberapa Naskah Babad asal Cirebon dan Indramayu. Tokoh ini merupakan Senopati (Panglima Perang) yang pilih tanding. 

Salah satu tokoh yang pernah merasakan ketangguhan Arya Kiban dalam berperang adalah Arya Kuningan, Adipati Kuningan tersebut beserta pasukannya diporak Porandakan oleh Arya Kiban dalam suatu pertempuran antara pasukan Cirebon melawan pasukan kerajaan Pajajaran di Palimanan. 

Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, Arya Kiban adalah Senopati dari Galuh, ketika kerajaan tersebut diprintah oleh Prabu Jaya Ningrat. Sementara itu, menurut Naskah Wangsakerta, bahwa Prabu Jaya Ningrat memerintah Galuh dari tahun 1423 hingga 1450 Saka, bertepatan dengan tahun 1501 hingga 1528 Masehi. 

Menurut Babad Dermayu, Arya Kiban adalah Patih dari Kerajaan Rajagaluh ketika kerajaan tersebut diprintah oleh Prabu Cakra Ningrat, bahkan menurut naskah ini, Arya Wiralodra dilantik menjadi penguasa Darma Ayu (Indramayu) dengan gelar Prabu Indrawijaya atas mandat Prabu Cakra Ningrat dari Rajagaluh.

Kemiripan nama Penguasa Galuh dan Rajagaluh bahkan kemiripan nama Patih dan Senopatinya membuat banyak orang menyangka jika antara Galuh dan Rajagaluh adalah dua kerajaan bawahan pajajaran yang sama, hal ini sebetulnya dibantah oleh Naskah Carita Parahyangan, sebab dalam naskah yang ditulis ketika Kerajaan Pajajaran masih berdiri itu, menyebutkan jika wialayah kerajaan Pajajaran, diantaranya “ Medang Hujung Cariyang, Winduraja, Galuh, Gegeromas, Jampang, Tanjung, Tasik, Sumedang, Majaya, Rajagaluh dan Kalapa”. 

Agaknya, kabar dari Purwaka Caruban Nagari lebih dapat dipercaya, Arya Kiban adalah Senopati dari Galuh yang diperbantukan untuk membantu Rajagaluh dalam pertempuran melwan Cirebon, sehingga karena diperbantukan di Rajagaluh, Arya Kiban atau Dalem Kiban dalam catatan yang lain disebut sebagai Patih dari Kerajaan Rajagaluh. 

Ilustrasi
Selain disebutkan dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, trokoh Arya Kiban juga disebutkan dalam Naskah Mertasinga, dalam naskah ini disebutkan bahwa Arya Kiban, yang tertulis dengan sebutan Dalem Kiban memang seorang Senopati (Panglima Perang) yang awalnya diperbantukan untuk membantu Arya Gumiringsing dalam menghadapi Cirebon. 


Pajajaran di zaman Prabu Siliwangi dan Prabu Surawisesa memerintah, memang menyerahkan mandat wilayah timur kerajaan Pajajaran pada Galuh, sementara bagian pesisir utara yang meliputi sebagian wilayah Cirebon dan sebagian Indramyu dikelola oleh Rajagaluh. 

Untuk melakukan pengontrlan wilayah Indramayu dan sebagian wilayah di Cirebon, Rajagaluh membangun pusat pemerintahan (sejenis wakil Rajagaluh untuk mengontrol wilayah Cirebon dan Indramayu) di Palimanan. Adapun yang berkuasa di Palimanan (1528) kala itu adalah Arya Gumirngsing. 

Ketika Cirebon berperang dengan Pajajaran (1526-1530), mula-mula yang dihadapi adalah Palimanan dibawah pimpinan Arya Gumiringsing. Orang-orang Cirebon yang dipimpin Arya Kuningan bertempur di Palimanan, namun karena Palimanan mendapatkan bantuan dari Galuh dan juga Rajagaluh yang pasukan tempurnya dikepalai oleh Arya Kiban, pasukan Cirebon dapat dikalahkan. 

Menurut Naskah Mertasiga, selepas kekalahan Cirebon di Palimanan, Arya Kiban memutuskan untuk menyerang Cirebon secara total. Waktu itu pasukan Pajajaran terdiri dari banyak tentara yang didatangkan dari kerajaan bawahan Pajajaran seperti Gempol, Igel, Rajapolah, Ciannom dan Talaga.

Serangan pasukan Pajajaran yang dipimpin Arya Kiban mula-mula menyerang Gunung Jati, pusat pemerintah Kesultanan Cirebon kedua setelah keraton, namun ketika menyerbu Gunung Jati, tempat tersebut telah ditinggalkan oleh orang-orang Cirebon, sehingga mereka memutuskan menyerang Ibukota Kesultanan Cirebon. 

Dilain pihak, Sunan Gunung Jati sudah menyiapkan bala tentaranya di Ibu Kota Kerajaan, pasukan Cirebon kala itu dikomandoi oleh beberapa orang panglima perang, yaitu Patih Lembu Sasrah, Arya Pandelegan, Gedeng Kiring, Tuan Bhumi, Patih Keling dan Arya Tandamuhi.

Setelah kedua pasukan saling berhadapan, pertempuran sengit tidak dapat terelakan, mulanya kedua belah pihak sama-sama kuat, akan tetapi berkat kecakapan para Panglima Perang Cirebon yang mampu mengubah-ubah formasi perang, pasukan Pajajaran dibawah Kendali Rajagaluh dan Galuh itu dapat dikalahkan oleh Cirebon, bahkan beberapa panglima perang dari Pajajaran sebagiannya tewas terbunuh sementara sisanya dapat ditangkap.

Baca juga: Formasi Burung Bayan Dalam Perang Cirebon Vs Rajagaluh

Sementara itu, mengenai Arya Kiban, naskah Mertasinga menyebutnya hilang tak berbekas (moksa) selepas kalah dalam pertempuran, Arya Kiban bahkan digambarkan berubah menjadi siluman yang dikemudian hari sering menggangu orang Cirebon ketika menyebarkan ajaran Islam. Hal tersebut tentunya menurut hemat penulis merupakan bahasa kiasan saja, ada kemungkinan dalam peristiwa itu Arya Kiban dapat melarikan diri dan selepas takluknya Rajagaluh dan beberapa kerajaan bawahan pajajaran lainnya seperti Talaga dan Gempol di tangan Cirebon, Arya Kiban terus melakukan perlawanan secara grliya, sehingga dalam Naskah Mertasinga Arya Kiban dan pengikutnya digambarkan berubah menjadi Siluman yang menggangu orang Cirebon.

Istilah Siluman yang sering menggangu orang-orang Cirebon ini memang menurut pandangan penulis identik dengan pasukan Grilya yang pada umumnya menyerang kepentingan musuh di malam hari kemudian ketika siang masuk ke hutan untuk menghindari kejaran lawan, percis sebagaimana tingkah laku Siluman. 

Penulis : Bung Fei 

Belum ada Komentar untuk "Arya Kiban, Senopati Dari Galuh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel