Menerka Asal-Usul Tradisi Unjungan Buyut

Tradisi unjungan buyut yang dilaksanakan tiap tahun di desa-desa yang ada di Jawa Barat, khususnya di Indramayu dan Cirebon, tentu ada asal-usulnya, namun dikarenakan minimnya bahkan ketiadaan catatan dari generasi awal pencetus tradisi tersebut, maka hingga hari ini tidak ada seorangpun yang tahu pasti mengenai asal-usul munculnya tradisi unjungan buyut. 

Meskipun hingga kini tradisi unjungan buyut masih tetap lestari, namun karena ketiadaaan informasi mengenai asal-usulnya,  maka tradisi semacam itu sekarang tidak lebih sebagai tradisi tahunan yang menurut anggapan kebanyakan orang hanya sebagai tontonan dan ajang hiburan rakyat desa belaka, bahkan ada juga yang dengan sinis menganggap sebagai adat berbau syirik yang lekat dengan kemaksiatan. 

Fakta kongkrit jika asal-usul tradisi unjungan buyut masih misteri adalah jawaban mancla-mencle dari beberapa orang yang dianggap sebagai budayawan dan sejarawan mumpuni di Cirebon dan Indramayu.

Umumnya, ketika mereka diajukan pertanyaan, siapa penggagas unjungan buyut..? kenapa dinamakan unjungan buyut..? apa tujuan digelarnya unjungan buyut..?, mereka tak berkutik menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kalaupun menjawab, jawaban yang diajukan tidak lebih dari opini pribadi yang kualitasnya terbilang tidak memadai.

Menerka asal-usul tradisi unjungan buyut dengan cara beropini memang salah satu hal yang bisa dilakukan, selama belum ditemukan jawaban pasti, meskipun demikian tetap saja opini yang dibangun semestinya harus berlandaskan pada kaidah-kaidah keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. 

Ilustrasi Tradisi Unjungan Buyut

Siapa Penggagas Tradisi Unjungan Buyut ? 

Bagi saya, penggagas unjungan buyut adalah para keluarga/pengikut para Buyut yang menjadi pendakwah Islam di wilayah Cirebon, meskipun memang tidak bisa ditentukan siapa orang yang dimaksud, yang jelas jika diamati secara seksama, tradisi unjungan buyut ini muncul di wilayah-wilayah bekas kabuyutan yang kini telah menjadi desa atau kota yang sudah ada sejak era Sunan Gunung Jati. 

Menurut sejarah Cirebon, dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, Sunan Gunung Jati telah menata gelar jabatan yang telah ada, antara lain, untuk persekutuan masyarakat terkecil yang penduduknya 20 somah (Kepala Keluarga) dipimpin oleh Buyut, beberapa unit Kabuyutan disebut Dukuh/Desa dipimpin oleh Kuwu, kumpulan beberapa dukuh dipimpin oleh Ki Gede atau Ki Ageng, sementara beberapa Ki Gede atau Ki Ageng dipimpin oleh Adipati atau Tumenggung. Dan nantinya Adipati dan Tumenggung itu mempertanggungjwabkan pemerintahannya pada Sultan Cirebon. 

Berlandaskan hal tersebut, maka tradisi unjungan buyut jelas merupakan tradisi yang digagas oleh keluarga, kerabat atau rakyat yang ada diwilayah Kabuyutan (Pemerintahan terkcil zaman Sunan Gunung Jati), meskipun demikian tentu tidak dapat dipastikan Kabuyutan mana yang pertama menggelar tradisi unjungan buyut itu, mengingat dizamannya, tentu jumlah Kabuyutan lebih banyak daripada jumlah Dukuh. 

Kenapa Dinamakan Unjungan Buyut ?

Oleh karena gagasan unjungan buyut mulanya ditetapkan oleh keluarga, rakyat di kabuyutan era Sunan Gunung Jati yang sudah tentu beragama Islam, maka penamaan istilah unjungan buyut ini dimungkinkan mengambil dari istilah-itilah dalam agama Islam yang dilokalkan. 

Salah satu istilah dalam agama Islam yang sangat mungkin menjadi inspirasi munculnya istilah “Unjungan Buyut” adalah Ibadah “Haji”,yaitu salah satu ibadah yang kini menjadi salah satu rukun dalam agama Islam.

Haji, secara bahasa berarti “Mengunjungi/Berkunjung/Sengaja berkunjung” sementara pengertian haji secara istilah banyak didefinisikan para ahli, namun secara garis besar, haji bermakna mengunjungi Baitullah. 

Era Islam, pengertian haji bergeser menjadi lebih luas, seiring banyaknya para ahli hukum Islam (Syariat) yang mendefinisikan haji sesuai dengan pemahaman mereka pada ibadah haji. 

Haji sebelum datangnya Islam, jelas merupakan bagian dari adat kebiasaan orang-orang Arab yang dalam bulan-bulan tertentu (Zulhijah) melakukan ritual-ritual tertentu sembari mengunjungai Baitullah, tempat pertama yang dibangun nenek moyang mereka (buyut) Ismail As. Sehingga haji pada masa itu merupakan kegiatan menapak tilasnya keturunan Ismail dan rakyat Mekah pada leluhur (Buyut)-nya. 

Tidak mengherankan pula jika dalam ritual haji dilaksanakan beberapa kegiatan yang meniru tingkah laku Ismasil As dan Ibunya ketika baru pertama kali mendatangi Mekah, seperti berlari-lari kecil ke Bukit Shafa dan Marwa, menyembelih hewan korban sebagai peringatan bahwa dahulu Ismail pernah hampir disembelih namun digantikan dengan dikeluarkanya korban domba atapun kegiatan lain seperti mengelilingi Ka’bah (Thawaf) sebagaimana Ismail dan Ibrahim As melakukan itu ketika baru selesai membangun Ka’bah dan lain sebagainya.  

Unjungan Buyut jelas secara bahasa bermaksud mengunjungi buyut (nenek moyang, pendiri perkampungan terawal), kata tersebut sepadan dengan kata Haji, yang juga dalam bahasa Arab berarti mengunjungi. Hanya saja, jika unjungan buyut ditujukan untuk mengunjungi buyut di bekas Kabuyutan tertentu, maka Haji adalah kegiatan yang sama-sama juga untuk mengunjungi Ismail nenek moyang orang Mekah beserta tempat-tempat yang pernah ia buat. 

Apa Tujuan Digelarnya Unjungan Buyut ?

Istilah unjungan buyut yang terinspirasi dari “Haji” membuat kita menjadi paham mengenai  tujuan dilaksanakannya adat unjungan buyut pada masyarakat kita, yaitu untuk menapak tilas, atau untuk memahami sejarah bagaimana nenek moyang terdahulu (para buyut) mendirikan perkampungan, sehingga dengan memahaminya, orang dapat mengetahui bagaimana berdirinya kampung/desa mereka.

Meskipun begitu, jelas antara unjungan buyut dan haji tidak bisa disamakan secara penuh, karena haji dalam agama Islam, selain bertujuan untuk menapak tilas, juga bermakna sebagai ibadah yang disyariatkan agama, dimana pelakunya mendapatkan pahala apabila melaksanakannya. 

Tradisi Unjungan Buyut Masa Kini

Tradisi unjungan buyut masa kini sepertinya tercabut dari tujuan awalnya (Menapak Tilas Sejarah Pendirian Kabuyutan/Dukuh oleh Ki Buyut), tidak ada lagi ritual-ritual yang menampilkan bagaimana buyut pertama kali datang ke perkampungan dan hal-hal apa yang dilakukan buyut setelah mendirikan kampung. Bahkan petuah-petuah buyut yang sudah diamantkan melalui kata-kata, wangsit, atau himbauanpun sudah tidak ada, yang ada hanyalah pagelaran hiburan yang digelar di atas areal pemakaman dan sebagainya. 

Meskipun begitu, kita juga tidak boleh pesimis, karena faktanya ada juga beberapa kampung/desa tertentu yang masih menggelar adat unjungan buyut sebagaimana asal-usulnya, yaitu menapak tilas bagaimana buyut (nenek moyang) mereka mendirikan perkampungan, membacakan nasehat, wangsit atau himbauan dari buyut terdahulu untuk didengarkan pada  rakyat, kemudian baru disusul dengan mendoakan buyut, baru kemudian yang terakhir menampilkan hiburan untuk kesenangan rakyat. 

Oleh: Bung Fei

Belum ada Komentar untuk " Menerka Asal-Usul Tradisi Unjungan Buyut"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel