Pasukan Jaran Guyang dalam Penaklukan Kerajaan Singasari
Sabtu, 25 Juli 2020
Tulis Komentar
Barisan tentara Singsari dibuat linglung dengan teknik jitu Jaya Katwang yang menerjunkan pasukan Jaran Guyang dalam perang pembuka Gelang-Gelang Vs Singasari.
Pasukan Jaran Guyang diciptakan oleh Jaya Katwang bukan untuk menang, tapi untuk membuat jengkel dan membuyarkan konsentrasi lawan. Meskipun demikian, kedudukan pasukan Jaran Guyang bagi Jaya Katwang sangat penting, sebab jika misi pasukan Jaran Guyang gagal, maka gagal pula seluruh rencana Jaya Katwang untuk menaklukan Singsari, begitupun juga sebaliknya apabila misi pasukan Jaran Guyang berhasil, maka rencana Jaya Katwang untuk menaklukan Singsari akan dapat tercapai. Oleh karena itu, meskipun kecil, barisan pasukan Jaran Guyang adalah kunci dari keberhasilan Jaya Katwang dalam menaklukan Singasari.
Jaran Guyang merupakan nama panglima perang Keadipatian Gelang-Gelang (Madiun) yang ditugaskan Jaya Katwang untuk memimpin beberpa ribu pasukan untuk melakukan teoror di wilayah Singasari.
Pada perkembangannya, pasukan yang dipimpin Jaran Guyang dikenal pula sebagai nama kesatuan tempur yang tugasnya melakukan pancingan dan membuat onar. Kabar mengenai adanya pasukan Jaran Guyang dalam kisah penaklukan Singsari dapat dijumpai dalam Naskah Pararaton maupun Naskah Harsawijaya.
Jaran Guyang beserta pasukannya ditugaskan Jaya Katwang untuk membuat keonaran di Desa Mameling, wilayah utara dari pusat Kerajaan Singsari.
Jaran Guyang merupakan nama panglima perang Keadipatian Gelang-Gelang (Madiun) yang ditugaskan Jaya Katwang untuk memimpin beberpa ribu pasukan untuk melakukan teoror di wilayah Singasari.
Pada perkembangannya, pasukan yang dipimpin Jaran Guyang dikenal pula sebagai nama kesatuan tempur yang tugasnya melakukan pancingan dan membuat onar. Kabar mengenai adanya pasukan Jaran Guyang dalam kisah penaklukan Singsari dapat dijumpai dalam Naskah Pararaton maupun Naskah Harsawijaya.
Jaran Guyang beserta pasukannya ditugaskan Jaya Katwang untuk membuat keonaran di Desa Mameling, wilayah utara dari pusat Kerajaan Singsari.
Pasukan Jaran Guyang sebenarnya kebanyakan diisi oleh para bajingan liar yang direkrut Gelang-Gelang, jadi bukan inti pasukan Jaya Katwang. Maka tidak mengherankan dalam filem fiksi Tutur Tinular pengarang menggambarkan pasukan Jaran Guyang sebagai pasukan yang dihuni oleh anak buah Mpu Bajil dan Dewi Sambi, sepasang bajingan (begal) terkemuka di wilayah Singasari.
Sebagaimana layaknya para bajingan yang biasa membuat keonaran di Kampung, maka pasukan Jaran Guyang juga demikian, mereka memasuki kampung, mengobrak-abrik kampung, serta menggangu wanita-wanitanya berteriak kencang-kencang sehingga menimbulkan ketakutan, penduduk merasa terteror hingga akhirnya ketakutan.
Misi utama pasukan Jaran Guyang juga bukan membunuh atau membantai penduduk, mereka hanya menciptakan ketakutan penduduk dengan harapan penduduk berbondong-bondong mengungsi dan melaporkan kepada Rajanya bahwa desanya diserang pemberontak. Inilah tujuan dari diterjunkannya pasukan Jaran Guyang oleh Jaya Katwang.
Penduduk Mameling yang merasa ketakutan kemudian berbondong-bondong mengungsi, sementara utusan Mameling sendiri lebih dahulu melesat menuju Istana untuk melaporkan kabar pemberontakan Jaya Katwang kepada rajanya.
Pada mulanya, Raja Kertanegara tidak mempercayai jika Jaya Katwang akan memberontak, akan tetapi, setelah datangnya pengungsi yang berbondong-bondong dari Mameling, barulah Raja Kertanegara mempercayainya.
Laporan dari utusan Mameling dan penduduk setempat mengenai jumlah pemberontak disampaikan tidak akurat kepada Kertanegara, orang-orang Mameling pada umumnya menduga para Pemberontak dari Gelang-Gelang itu berjumlah puluhan ribu, sebab suara, teriakan, gerakan dan kerusuhan yang ditimbulkan sangat kencang gaungnya. Ketidak akuratan laporan mengenai jumlah pemberontak di Mameling itulah yang membuat Kertanegara berfikir bahwa pasukan Jaya Katwang benar-benar terkonsentrasi di utara Singasari.
Baca Juga: Jayakatwang Penakluk Singasari
Menghadapi laporan seperti itu, Raja Kertanegara mengirkmkan sebagaian besar tentara Singsari untuk menumpas pasukan Gelang-Gelang yang mereka fikir seluruhnya ada diwilayah Mameling.
Sebagaimana layaknya para bajingan yang biasa membuat keonaran di Kampung, maka pasukan Jaran Guyang juga demikian, mereka memasuki kampung, mengobrak-abrik kampung, serta menggangu wanita-wanitanya berteriak kencang-kencang sehingga menimbulkan ketakutan, penduduk merasa terteror hingga akhirnya ketakutan.
Misi utama pasukan Jaran Guyang juga bukan membunuh atau membantai penduduk, mereka hanya menciptakan ketakutan penduduk dengan harapan penduduk berbondong-bondong mengungsi dan melaporkan kepada Rajanya bahwa desanya diserang pemberontak. Inilah tujuan dari diterjunkannya pasukan Jaran Guyang oleh Jaya Katwang.
Ilustrasi |
Pada mulanya, Raja Kertanegara tidak mempercayai jika Jaya Katwang akan memberontak, akan tetapi, setelah datangnya pengungsi yang berbondong-bondong dari Mameling, barulah Raja Kertanegara mempercayainya.
Laporan dari utusan Mameling dan penduduk setempat mengenai jumlah pemberontak disampaikan tidak akurat kepada Kertanegara, orang-orang Mameling pada umumnya menduga para Pemberontak dari Gelang-Gelang itu berjumlah puluhan ribu, sebab suara, teriakan, gerakan dan kerusuhan yang ditimbulkan sangat kencang gaungnya. Ketidak akuratan laporan mengenai jumlah pemberontak di Mameling itulah yang membuat Kertanegara berfikir bahwa pasukan Jaya Katwang benar-benar terkonsentrasi di utara Singasari.
Baca Juga: Jayakatwang Penakluk Singasari
Menghadapi laporan seperti itu, Raja Kertanegara mengirkmkan sebagaian besar tentara Singsari untuk menumpas pasukan Gelang-Gelang yang mereka fikir seluruhnya ada diwilayah Mameling.
Kertanegara mengutus menantunya Raden Wijaya untuk memadamkan pemberontakan di Mameling, sementara di dalam Istana disisakan beberapa puluh ribu pasukan yang dipimpin Patih Kebo Anengah, tujuannya untuk mengamankan Kuta Raja.
Tentara Singsarai dibawah pimpinan Raden Wijaya yang ditugaskan untuk menumpas para pemberontak di Mameling ternyata menemui kesulitan, sebab pasukan Jaran Guyang selalu menghindar, dan terus menjauh bila ditekati, mereka hanya memprofokasi agar supaya pasukan Wijaya mengejarnya, mereka seperti tidak mau berperang. Hal tersebut dapat dimengerti karena Pasukan Jaran Guyang sejatinya adalah pasukan yang berfungsi untuk mengalihakan pasukan Singsari agar terus menjauh dari Kuta Raja mengikuti jebakan mereka.
Lamanya pasukan Raden Wijaya dalam menumpas Pemberontak di Mameling membuat Kertanegara khawatir terhadap nasib menantunya yang kala itu masih muda, ia menduga Raden Wijaya tidak sanggup menghadapi pasukan Jaya Katwang, oleh karena itu, sisa-sisa pasukan Patih Kebo Anegah yang semula ditugaskan mengamankan Kuta Raja diperintahkan untuk menyusul dan membantu Raden Wijaya.
Pada saat kondisi pertahanan Kuta Raja kosong, tanpa diduga-duga pasukan inti Jaya Katwang yang berada di selatan Singsari menyerbu, dalam serbuan itu benteng kerajaan Singsari dapat dijebol, Kuta Raja direbut, Istana dikuasai sementara Raja Kertanegara sendiri wafat dalam tragedi itu.
Sementara disisi lain, pasukan Jaran Guyang yang dikejar oleh gabungan pasukan Raden Wijaya dan Patih Kebo Anengah berhasil ditumpas, namun Raden Wijaya dan Patih Kebo Anengah baru sadar bahwa Pasukan jaran Guyang hanya sekelompok martir yang diciptakan Jaya Katwang sebagai pasukan pancingan.
Baik Raden Wijaya maupun Patih Kebo Anengah kemudian jatuh mentalnya selepas mendengar kabar dari mata-matanya bahawa Raja Kertanegara wafat terbunuh di dalam Kuta Raja.
Tentara Singsarai dibawah pimpinan Raden Wijaya yang ditugaskan untuk menumpas para pemberontak di Mameling ternyata menemui kesulitan, sebab pasukan Jaran Guyang selalu menghindar, dan terus menjauh bila ditekati, mereka hanya memprofokasi agar supaya pasukan Wijaya mengejarnya, mereka seperti tidak mau berperang. Hal tersebut dapat dimengerti karena Pasukan Jaran Guyang sejatinya adalah pasukan yang berfungsi untuk mengalihakan pasukan Singsari agar terus menjauh dari Kuta Raja mengikuti jebakan mereka.
Lamanya pasukan Raden Wijaya dalam menumpas Pemberontak di Mameling membuat Kertanegara khawatir terhadap nasib menantunya yang kala itu masih muda, ia menduga Raden Wijaya tidak sanggup menghadapi pasukan Jaya Katwang, oleh karena itu, sisa-sisa pasukan Patih Kebo Anegah yang semula ditugaskan mengamankan Kuta Raja diperintahkan untuk menyusul dan membantu Raden Wijaya.
Pada saat kondisi pertahanan Kuta Raja kosong, tanpa diduga-duga pasukan inti Jaya Katwang yang berada di selatan Singsari menyerbu, dalam serbuan itu benteng kerajaan Singsari dapat dijebol, Kuta Raja direbut, Istana dikuasai sementara Raja Kertanegara sendiri wafat dalam tragedi itu.
Sementara disisi lain, pasukan Jaran Guyang yang dikejar oleh gabungan pasukan Raden Wijaya dan Patih Kebo Anengah berhasil ditumpas, namun Raden Wijaya dan Patih Kebo Anengah baru sadar bahwa Pasukan jaran Guyang hanya sekelompok martir yang diciptakan Jaya Katwang sebagai pasukan pancingan.
Baik Raden Wijaya maupun Patih Kebo Anengah kemudian jatuh mentalnya selepas mendengar kabar dari mata-matanya bahawa Raja Kertanegara wafat terbunuh di dalam Kuta Raja.
Sisa-sisa pasukan Singsari yang kala itu terkonsentrasi di wilayah utara kemudian dihabisi oleh pasukan Jaya Katwang yang mentalnya menjadi kuat setalah berhasil membunuh Kertanegara. Meskipun demikian, Raden Wijaya dan beberapa pengikutnya berhasil meloloskan diri, menyingkir jauh dari Jawa, ia berhasil menyebrang ke Pulau Madura.
Selepas keberhasilannya menaklukan Singsarai, Jaya Katwang, Adipati Gelang-Gelang kemudian membangkitkan lagi Kerajaan Nenek Moyangnya Kediri yang dahulu diruntuhkan oleh Ken Arok sang pendiri Singsari. Maka mulai setelah itu, Kediri hidup lagi. Jaya Katwang pun kemudian memproklamirkan diri menjadi Raja Kediri yang membawahi bekas Kerajaan Singsari, termasuk di dalamnya Gelang-Gelang.
Begitulah sekelumit kisah mengenai pasukan Jaran Guyang, pasukan yang didalamnya dihuni oleh para bajingan yang direkrut menjadi tentara. Jasa pasukan jaran guyang sangat besar bagi keberhasilan Jaya Katwang dalam penaklukan Singasari.
Baca Juga: Bendera Merah Putih dalam Genggaman Jaya Katwang
Penulis : Bung Fei
Editor : Sejarah Cirebon
Selepas keberhasilannya menaklukan Singsarai, Jaya Katwang, Adipati Gelang-Gelang kemudian membangkitkan lagi Kerajaan Nenek Moyangnya Kediri yang dahulu diruntuhkan oleh Ken Arok sang pendiri Singsari. Maka mulai setelah itu, Kediri hidup lagi. Jaya Katwang pun kemudian memproklamirkan diri menjadi Raja Kediri yang membawahi bekas Kerajaan Singsari, termasuk di dalamnya Gelang-Gelang.
Begitulah sekelumit kisah mengenai pasukan Jaran Guyang, pasukan yang didalamnya dihuni oleh para bajingan yang direkrut menjadi tentara. Jasa pasukan jaran guyang sangat besar bagi keberhasilan Jaya Katwang dalam penaklukan Singasari.
Baca Juga: Bendera Merah Putih dalam Genggaman Jaya Katwang
Penulis : Bung Fei
Editor : Sejarah Cirebon
Belum ada Komentar untuk "Pasukan Jaran Guyang dalam Penaklukan Kerajaan Singasari"
Posting Komentar