Amin Rais: Antara Turun Gunung dan Glandangan Politik
Senin, 30 Maret 2020
Tulis Komentar
Amin Rais adalah politikus Senior Partai Amanat Nasional (PAN) berlatar belakang Muhamadyiah tulen. Nilai-nilai ke-Muhamadiyahan yang mendarah daging dalam dirinya membuat gaya serta gerakan politiknya dapat mudah ditebak, apalagi kalau bukan gaya dan gerakan politik Islam ala Islam berkemajuan.
Amin Rais menurut kesaksian orang dekatnya sejak kecil punya bakat untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, Ibunya berujar; “kepada kawan-kawannya yang tidak taat aturan Amin Rais sering memberesi anak-anak yang suka celelekan (gurau berlebihan) di masjid” Selanjutnya adiknya juga berkata; “sejak bocah Amin Rais punya bakat kendel (berani) manakala menghadapi situasi ketidakadilan dan kemunkaran. Bahkan, demi membela kebenaran, Amin Rais tak gentar untuk adu jotos”. (Rais, 1998: 196-197)
Sikap gemar ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam diri Amin Rais yang tertanam sejak kecil sama sekali tidak berubah ketika ia terjun dalam dunia Politik. Apabila ia yakin pada suatu kebenaran dalam ranah poilitik maka tidak segan-segan ia mengamalkan bahkan memerintahkannya, sebaliknya ia siap adu jotos demi menjegal dan menghalang-halangi lawan politiknya yang dianggapnya mungkar.
Pada prakteknya, upaya Amin Rais dalam ber-nahi mungkar dalam ranah politik dimaknai oleh pendukungnya dengan istilah “Turun Gunung”, istilah ini sebetulnya istilah kuno, istilah yang sering terdengar dalam filem-filem dunia persilatan. Pahlawan atau Pendekar akan turun gunung apabila kondisi negara kacau, penuh prahara yang disebabkan oleh kesewenang-wenangan tokoh antagonis.
Dinyatakan “Turun Gunung” karena biasanya Amin Rais tidak segan-segan meninggalkan aktivitas utamanya sebagai Cendikiawan, Pengajar dan lainnya untuk adu jotos dengan lawan politiknya. Namun dalam karir politiknya, nyatanya Turun Gunungnya Amin Rais banyak gagalnya ketimbang suksesnya. Para pendukung lawang politiknya berujar, yang demikian itu katanya bukan “Turun Gunung”, melainkan “Glandangan Politik”.
Istilah Glandangan Politik adalah istilah baru yang diyakini merupakan ucapan Gus Dur, Galandangan Politik bermakna orang yang selama hidupnya menggelandang dalam dunia politik tanpa mencapai tujuan politiknya.
Kisah Turun Gunungnya Amin Rais atau boleh juga dimaknai mengglandangnya Amain Rais dalam dunia politik dapat ditarik dari peristiwa sebelum tersungkurnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan. Amin Rais turun gunung membela mahasiswa yang menghendaki reformasi, juga menghendaki jatuhnya Soeharto, maka selepas Soeharto lengser tidak berlebihan jika pendukungnya menjulukinya “Bapak Reformasi”.
Selepas tumbanganya Soeharto dan turunya Presiden Habibi karena juga desakan mahasiswa, Amin Rais mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) sebagai wadah ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam ranah politik, namun suara partainya tak begitu menggembirkan, sebab dikalahkan oleh PDI-P yang pimpinanya seorang Wanita.
Jika dibiarkan, tentu Megawati ketua PDI-P itu akan melenggang bebas menjadi seorang Presiden wanita di tengah negara berpenduduk muslim terbesar Indonesia. Dalam hal ini Amin Rais tidak setuju, oleh karena itu, ia turun gunung, membuat poros tengah dalam parlemen, partainya berkolaisi dengan PKB dan Golkar, menjegal Megawati. Usaha Amin Rais berhasil sebab ia mampu menjadikan Gus Dur sebagai Presiden sementara Megawati harus puas menjadi wakilnya.
Berjalannya waktu, Gus Dur yang diharapkan dapat menuruti kehendak kebenaran menurut pemikiran dan kehendak Amin Rais, ternyata betul-betul menjadi sosok Presiden merdeka yang mampu bekerja bebas, bahkan dalam catatan dokumen pelengseran Gus Dur yang ditemukan di tong sampah kantor Golkar oleh Repotrer Majalah Gatra, dinyatakan bahwa Gus Dur pernah menolak mengangkat Mentri Keuangan titipan Amin Rais (Rizky, 2019:2).
Konidisi Presiden semacam itu tentu membuat Amin meradang, oleh karena itu, ia lagi-lagi turun gunung untuk melengserkan Gus Dur, harapanya setelah lengsernya Gus Dur, ia sendiri yang akan menjadi Presiden selanjutnya, sehingga baginya akan dapat ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam dunia politik sesuai kehendaknya.
Gus Dur dilengserkan Amin Rais melalui Parlemen, namun niatnya menjadi Presiden tidak memperoleh dukungan di Parlemen, Megawati yang dulu ia cegah menduduki kursi Presiden hanya karena seorang wanita, justru menjadi Presiden Indonesia wanita pertama atas gerakan politiknya. Inilah kegagalan pertama misi turun gunungnya Amin Rais selepas kejatuhan Soeharto.
Selanjutnya, ketika habis masa Jabatan Megawati sebagai Presiden (2004) dan telah terbitnya aturan dan Undang-Undang Pemilu tentang pemilihan Presiden langsung, Amin Rais kembali turun gunung, ia mencalonkan diri sebagai Presiden melawan Megawati dan Seosilo Bambang Yudhoyono (SBY), tapi lagi-lagi untuk kedua kalinya, misi turun gunungnya Amin Rais dalam dunia politik selepas kejatuhan Soeharto gagal, ia kalah telak dalam pemilihan umum Presiden. Dalam Pemilu 2004 yang keluar sebagai pemenang adalah SBY.
Pada masa pemerintahan SBY jilid I hingga II (2004-20014), Amin Rais naik gunung, mungkin karena partainya menjelma menjadi pendukung dan koalisi setia pemerintahan SBY, kiprahnya dalam dunia politik saat itupun seperti ditelan bumi, tidak lagi banyak muncul di TV dan pemberitaan.
Pada tahun 2014, selepas habisnya masa Jabatan Presiden SBY, pemilu kembali digelar, kali ini PDI-P mencalonkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden, dalam kaitannya dengan ini, Amin Muncul kembali meskipun tidak sampai turun gunung, ia hanya mengungkapkan dukungannya kepada Prabowo. Numun yang didukung rupanya kalah, sebab Jokowi, Presiden dari PDI-P yang memenangkan pemilu.
Belum juga habis masa pemerintahan Jokowi (2018-2019), Amin Rais sepertinya gerah pada gaya pemerintahan Jokowi, ia pun kembali turun gunung, bergabung aktif dengan ormas dan partai-partai oposisi menjegal Jokowi di pemilu selanjutnya, Amin juga aktif dalam tiap-tiap gerakan penjegalan Jokowi seperti aktif dalam gerakan 212 yang digagas FPI dkk serta aktif dalam gerakan #2019GantiPresiden yang digagas PKS dkk.
Kiprah Amin Rais dalam turun gunungnya kali ini begitu mencolok, bahkan anak-anaknya yang juga sebagai politikus PAN mengekori ayahnya, mereka saling bahu membahu agar bagaimana caranya di pemilu yang akan datang Jokowi kalah. Namun, pada Pemilu 2019, Jokowi rupanya menang lagi. Naiknya Jokowi menjadi Presiden untuk yang kedua kalinya menandai kegagalan misi turun gungnya Amin Rais yang ketiga kalinya selepas kejatuhan Soeharto.
Gus Dur pernah berkata dalam suatau acara yang ditujukan pada orang-orang yang dahulu melengserkannya, katanya “Saya Memaafkan, tapi tidak melupakan. Lihat saja mereka akan menjadi glandangan politik di negeri ini” (Diriwayatkan oleh Lukman Hakim Politisi PKB dalam Akun Twitternya: 7:46 PM. Feb 13.2020).
Baca Juga: Beberapa Teknik Melengserkan Gus Dur Dalam Buku: Menjerat Gus Dur
Amin Rais menurut kesaksian orang dekatnya sejak kecil punya bakat untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, Ibunya berujar; “kepada kawan-kawannya yang tidak taat aturan Amin Rais sering memberesi anak-anak yang suka celelekan (gurau berlebihan) di masjid” Selanjutnya adiknya juga berkata; “sejak bocah Amin Rais punya bakat kendel (berani) manakala menghadapi situasi ketidakadilan dan kemunkaran. Bahkan, demi membela kebenaran, Amin Rais tak gentar untuk adu jotos”. (Rais, 1998: 196-197)
Sikap gemar ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam diri Amin Rais yang tertanam sejak kecil sama sekali tidak berubah ketika ia terjun dalam dunia Politik. Apabila ia yakin pada suatu kebenaran dalam ranah poilitik maka tidak segan-segan ia mengamalkan bahkan memerintahkannya, sebaliknya ia siap adu jotos demi menjegal dan menghalang-halangi lawan politiknya yang dianggapnya mungkar.
Pada prakteknya, upaya Amin Rais dalam ber-nahi mungkar dalam ranah politik dimaknai oleh pendukungnya dengan istilah “Turun Gunung”, istilah ini sebetulnya istilah kuno, istilah yang sering terdengar dalam filem-filem dunia persilatan. Pahlawan atau Pendekar akan turun gunung apabila kondisi negara kacau, penuh prahara yang disebabkan oleh kesewenang-wenangan tokoh antagonis.
Dinyatakan “Turun Gunung” karena biasanya Amin Rais tidak segan-segan meninggalkan aktivitas utamanya sebagai Cendikiawan, Pengajar dan lainnya untuk adu jotos dengan lawan politiknya. Namun dalam karir politiknya, nyatanya Turun Gunungnya Amin Rais banyak gagalnya ketimbang suksesnya. Para pendukung lawang politiknya berujar, yang demikian itu katanya bukan “Turun Gunung”, melainkan “Glandangan Politik”.
Istilah Glandangan Politik adalah istilah baru yang diyakini merupakan ucapan Gus Dur, Galandangan Politik bermakna orang yang selama hidupnya menggelandang dalam dunia politik tanpa mencapai tujuan politiknya.
Kisah Turun Gunungnya Amin Rais atau boleh juga dimaknai mengglandangnya Amain Rais dalam dunia politik dapat ditarik dari peristiwa sebelum tersungkurnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan. Amin Rais turun gunung membela mahasiswa yang menghendaki reformasi, juga menghendaki jatuhnya Soeharto, maka selepas Soeharto lengser tidak berlebihan jika pendukungnya menjulukinya “Bapak Reformasi”.
Selepas tumbanganya Soeharto dan turunya Presiden Habibi karena juga desakan mahasiswa, Amin Rais mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) sebagai wadah ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam ranah politik, namun suara partainya tak begitu menggembirkan, sebab dikalahkan oleh PDI-P yang pimpinanya seorang Wanita.
Jika dibiarkan, tentu Megawati ketua PDI-P itu akan melenggang bebas menjadi seorang Presiden wanita di tengah negara berpenduduk muslim terbesar Indonesia. Dalam hal ini Amin Rais tidak setuju, oleh karena itu, ia turun gunung, membuat poros tengah dalam parlemen, partainya berkolaisi dengan PKB dan Golkar, menjegal Megawati. Usaha Amin Rais berhasil sebab ia mampu menjadikan Gus Dur sebagai Presiden sementara Megawati harus puas menjadi wakilnya.
Berjalannya waktu, Gus Dur yang diharapkan dapat menuruti kehendak kebenaran menurut pemikiran dan kehendak Amin Rais, ternyata betul-betul menjadi sosok Presiden merdeka yang mampu bekerja bebas, bahkan dalam catatan dokumen pelengseran Gus Dur yang ditemukan di tong sampah kantor Golkar oleh Repotrer Majalah Gatra, dinyatakan bahwa Gus Dur pernah menolak mengangkat Mentri Keuangan titipan Amin Rais (Rizky, 2019:2).
Konidisi Presiden semacam itu tentu membuat Amin meradang, oleh karena itu, ia lagi-lagi turun gunung untuk melengserkan Gus Dur, harapanya setelah lengsernya Gus Dur, ia sendiri yang akan menjadi Presiden selanjutnya, sehingga baginya akan dapat ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam dunia politik sesuai kehendaknya.
Gus Dur dilengserkan Amin Rais melalui Parlemen, namun niatnya menjadi Presiden tidak memperoleh dukungan di Parlemen, Megawati yang dulu ia cegah menduduki kursi Presiden hanya karena seorang wanita, justru menjadi Presiden Indonesia wanita pertama atas gerakan politiknya. Inilah kegagalan pertama misi turun gunungnya Amin Rais selepas kejatuhan Soeharto.
Selanjutnya, ketika habis masa Jabatan Megawati sebagai Presiden (2004) dan telah terbitnya aturan dan Undang-Undang Pemilu tentang pemilihan Presiden langsung, Amin Rais kembali turun gunung, ia mencalonkan diri sebagai Presiden melawan Megawati dan Seosilo Bambang Yudhoyono (SBY), tapi lagi-lagi untuk kedua kalinya, misi turun gunungnya Amin Rais dalam dunia politik selepas kejatuhan Soeharto gagal, ia kalah telak dalam pemilihan umum Presiden. Dalam Pemilu 2004 yang keluar sebagai pemenang adalah SBY.
Pada masa pemerintahan SBY jilid I hingga II (2004-20014), Amin Rais naik gunung, mungkin karena partainya menjelma menjadi pendukung dan koalisi setia pemerintahan SBY, kiprahnya dalam dunia politik saat itupun seperti ditelan bumi, tidak lagi banyak muncul di TV dan pemberitaan.
Pada tahun 2014, selepas habisnya masa Jabatan Presiden SBY, pemilu kembali digelar, kali ini PDI-P mencalonkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden, dalam kaitannya dengan ini, Amin Muncul kembali meskipun tidak sampai turun gunung, ia hanya mengungkapkan dukungannya kepada Prabowo. Numun yang didukung rupanya kalah, sebab Jokowi, Presiden dari PDI-P yang memenangkan pemilu.
Belum juga habis masa pemerintahan Jokowi (2018-2019), Amin Rais sepertinya gerah pada gaya pemerintahan Jokowi, ia pun kembali turun gunung, bergabung aktif dengan ormas dan partai-partai oposisi menjegal Jokowi di pemilu selanjutnya, Amin juga aktif dalam tiap-tiap gerakan penjegalan Jokowi seperti aktif dalam gerakan 212 yang digagas FPI dkk serta aktif dalam gerakan #2019GantiPresiden yang digagas PKS dkk.
Kiprah Amin Rais dalam turun gunungnya kali ini begitu mencolok, bahkan anak-anaknya yang juga sebagai politikus PAN mengekori ayahnya, mereka saling bahu membahu agar bagaimana caranya di pemilu yang akan datang Jokowi kalah. Namun, pada Pemilu 2019, Jokowi rupanya menang lagi. Naiknya Jokowi menjadi Presiden untuk yang kedua kalinya menandai kegagalan misi turun gungnya Amin Rais yang ketiga kalinya selepas kejatuhan Soeharto.
Gus Dur pernah berkata dalam suatau acara yang ditujukan pada orang-orang yang dahulu melengserkannya, katanya “Saya Memaafkan, tapi tidak melupakan. Lihat saja mereka akan menjadi glandangan politik di negeri ini” (Diriwayatkan oleh Lukman Hakim Politisi PKB dalam Akun Twitternya: 7:46 PM. Feb 13.2020).
Baca Juga: Beberapa Teknik Melengserkan Gus Dur Dalam Buku: Menjerat Gus Dur
Belum ada Komentar untuk "Amin Rais: Antara Turun Gunung dan Glandangan Politik"
Posting Komentar